Meningkatkan keaktifan dan hasil belajar biologi siswa kelas X D SMA Negeri Depok Yogyakarta pada pokok bahasan ekosistem melalui pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-D SMA NEGERI 1 DEPOK YOGYAKARTA PADA POKOK BAHASAN EKOSISTEM MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
GROUP INVESTIGATION
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh: Geterudis Kerans NIM : 091434021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2013
(2)
i
MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-D SMA NEGERI 1 DEPOK YOGYAKARTA PADA POKOK BAHASAN EKOSISTEM MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
GROUP INVESTIGATION
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh: Geterudis Kerans NIM : 091434021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(3)
ii
(4)
(5)
iv
“
Kita bermegah dalam kesengsaraan kita, karena kesengsaraan itu
menimbulkan ketukunan dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan
uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan
karena kasih allah telah dicurahkan dalam hati hati kita oleh roh kudus
yang telah dikaruniakan kepada kita”.
(Roma 5: 3-5)Kupersembahkan karya ini untuk:
Allah Tri Tunggal Maha kudus yang selalu menyertaiku dalam setiap
perjuanganku.
Alm. Bapa Markus Uje Kerans dan Mama Margaretha Arif yang selalu
mendukungku dalam Doa
Keluarga besar Flores dan Sumba yang selalu mendukung dan mendoakanku
Dosen Pembimbing yang selalu sabar dalam membimbing dan memberikan arahan
Teman-teman PBIO 2009, teman-teman Gamaflora, Teman-teman KMKS
yang selalu mendukung
(6)
(7)
vi
(8)
vii
ABSTRAK
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Guru Biologi di SMA Negeri 1 Depok, didapatkan adanya dua permasalahan yaitu keaktifan dan hasil belajar siswa yang rendah. Permasalahan ini disebabkan oleh faktor suasana kelas yang kurang menyenangkan dan metode pembelajaran yang kurang bervariasi. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XD SMA Negeri 1 Depok pada pokok bahasan Ekosistem dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada setiap siklus terdiri dari 5 tahapan yaitu 1) Perencanaan, dilakukan observasi untuk melihat permasalahan, analisis studi pustaka, dan merencanakan kegiatan pembelajaran. 2) Pelaksanaan, melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan Metode Group Investigation. 3) Observasi, pengambilan data dibantu oleh observer untuk melihat tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. 4) Evaluasi, dilakukan postest untuk melihat peningkatan pemahaman siswa dan merangkum lembar observasi untuk melihat peningkatan keaktifan siswa. 5) Refleksi, dilakukan untuk menganalisis data hasil penelitian untuk mengetahui apakah kegiatan yang dilakukan telah mencapai target dan digunakan juga untuk melihat kelebihan dan kekurangan metode yang digunakan.
Subyek penelitian adalah 32 siswa kelas XD SMA Negeri 1 Depok. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa. Pada siklus I keaktifan siswa sebesar 56,25% dan meningkat pada siklus II menjadi 87,5%. Untuk hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 59,37% dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 100% siswa yang hasil belajarnya tuntas atau mencapai KKM. Hasil belajar siswa dilihat dari rata-rata kelas juga mengalami peningkatan. Pada siklus I, rata-rata kelas sebesar 71,45 dan mengalami peningkatan menjadi 82,17. Berdasarkan data, dapat disimpulkan bahwa Metode Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar biologi siswa kelas XD SMA Negeri 1 Depok pada pokok bahasan Ekosistem.
Kata kunci : Metode Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation, Ekosistem, Keaktifan, Hasil Belajar.
(9)
viii ABSTRACT
Based on observations and interviews with Biology teacher at SMAN 1 Depok, it was found that the lowness of the student activity and learning outcomes as a problem which needs to be solved. This problem is caused by factors such as the classroom activities lacking of varied learning methods. The research was conducted to determine how far there is an increase of student activity and learning outcomes at classroom XD SMA Negeri 1 Depok on the subject Ecosystem by implementing cooperative learning methods Group Investigation.
Classroom action research was conducted in two cycles. Each cycle consists of 5 stages: 1) Planning, making observation to look at the issues, literature analysis, and planning learning activities. 2) Implementation, implementing the learning activities with Group Method of Investigation. 3) Observation, data collection aided by the observer to see the level of involvement of the student in the learning process. 4) Evaluation, performing postest to see an increase in student understanding and summarize the observation sheet to see an increase in student activity. 5) Reflection, analyzing the data to determine whether the activities undertaken have achieved the target and to look at the advantages and disadvantages of the methods used.
Subjects were 32 tenth grade students of SMA Negeri 1 Depok XD. The results showed an increase of student activity and learning outcomes. Student activities in the first cycle of 56.25% increased in the second cycle to 87.5%. For student learning outcomes in the first cycle of 59.37% showed an increase in the second cycle to 100% as related to student who completed the learning outcomes or achieve KKM. When viewed from the classroom average grade is an increase also. In the first cycle, the average grade of 71.45 increased to 82.17. Based there on the data, it can be concluded that Group Investigation type of cooperative learning method can improve the student activity and student learning outcomes at Biology class of XD SMA Negeri 1 Depok on the subject of Ecosystem.
Keywords: Method of Cooperative Learning type Group Investigation, Ecosystem, Motivation and Learning Outcomes.
(10)
ix
KATA PENGANTAR
Pujian dan Syukur berlimpah penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha pengasih dan Penyayang atas segala kemurahan dan kasihnya yang begitu melimpah selama penulis mengerjakan Skripsi ini dari awal sampai akhir sehingga peneliti dimampukan untuk menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul
“Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Biologi Siswa kelas XD SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta pada Pokok Bahasan Ekosistem melalui Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation” . Penyususnan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan yang Maha Kuasa atas perlindungan dan kuasa Roh Kudusnya yang senantiasa menyertaiku dalam setiap perjuanganku.
2. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ selaku Rektor Universitas Sanata Dharma, dosen pembimbing I dan dosen penguji.
3. Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma yang telah memberi ijin penelitian.
4. Ibu Luisa Diana Handoyo, M.Si. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam rangka penyelesaian skripsi ini
5. Bapa Drs. Maskur, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Depok yang telah memberikan ijin penelitian
6. Bapak Agus Sartono selaku guru bidang Studi Biologi kelas XD SMA Negeri 1 Depok yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian
7. Siswa kelas XD SMA Negeri 1 Depok yang telah bekerjasama selama pelaksanaan penelitian
8. Para dosen yang telah membantu dalam perkuliahan. Terima kasih atas ilmu dan bantuan yang telah saya dapat
9. Alm. Bapak Markus Uje Kerans dan Mama Margaretha Arif, Bapak Petrus Ratu Kerans dan Mama Hildygard Dada, Kakak Maria Veronika dan Kakak Timce, Kakak Lorensisus Kerans dan Adik Yohanes Uje Kerans serta semua keluarga besar Flores dan Sumba atas dukungan dan doa yang selalu diberikan.
(11)
x
11.Keluarga besar Gamaflora dan Keluarga besar KMKS atas doa dan dukungannya 12.Teman-teman Apri, Aga, Triel, Jojo, Zem, Frater Jimmy, Ana Rambu, Eran, Siska,
Lasar yang telah membantu dalam penelitian serta teman-teman Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma angkatan 2009 yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Terimakasih atas dukungan, semangat, dan doa dalam mengerjakan skripsi ini
13.Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Sekecil apapun bantuan itu sangat berarti untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kebaikan bapa, ibu, serta rekan-rekan sekalian selalu diberkati oleh Tuhan yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis terbuka menerima kritik dan saran yang membangun. Kritik dan saran yang diberikan bagi penulis akan sangat membantu penulis dalam mengerjakan tugas di masa mendatang.
Atas perhatian yang diberikan, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan.
Penulis
(12)
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii
Halaman Pengesahan ... iii
Halaman Persembahan ... iv
Pernyataan Keaslian Karya ... v
Pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah untuk kepentingan akademis vi
Abstrak ... vii
Abstract ... viii
Kata Pengantar ... ix
Daftar Isi ... xi
Daftar Tabel ... xiii
Daftar Gambar ... xiv
Daftar Lampiran ... xv
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 4
D. Variabel ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II : KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran …... 8
B. Keaktifan ... 11
C. Hasil Belajar ... 14
D. Pembelajaran Kooperatif ... 25
E. Group Investigations ... 29
(13)
xii
G. Bahasan Hasil Penelitian yang Relevan ... 38
H. Kerangka Berpikir ... 39
I. Hipotesis ... 40
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 41
A. Jenis Penelitian ... 41
B. Setting Penelitian ... 41
C. Rancangan Tindakan ... 42
D. Instrumen Penelitian ... 46
E. Analisis Data ... 49
F. Indikator Ketercapaian ... 51
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS ...52
A. Deskripsi Umum Proses Pembelajaran Siswa Kelas X-D SMA Negeri 1 Depok ...52
B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian di Kelas X-D SMA Negeri 1 Depok ... 53
C. Hasil Penelitian ... 67
D. Pembahasan ... 74
BAB V : PENUTUP ... 81
A. Kesimpulan ... 81
B. Saran ... 81
Daftar Pustaka ... 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14)
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1. Indikator Keberhasilan ... 51
Tabel 4. 1. Hasil Pretest kelas XD ... 67
Tabel 4. 2. Rekapitulasi Nilai Siswa Siklus I ... 68
Tabel 4. 3. Tingkat Aktivitas siswa Siklus I ... 69
Tabel 4. 4. Rekapitulasi Nilai Siswa Siklus II ... 71
(15)
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Bagan Klasifikasi Hasil Pembelajaran ... 17
Gambar 4. 1. Memberikan Topik dan Pembentukan Kelompok Siklus I...,. 57
Gambar 4. 2. Kelompok Merencanakan Investigasi Siklus I ... 58
Gambar 4. 3. Kelompok Mempresentasikan Hasil Investigasi Siklus I ... 58
Gambar 4.4. Observasi oleh Observer Siklus I ... 60
Gambar 4.5. Siswa Mengerjakan Soal Postest Siklus I ... 60
Gambar 4.6. Memberikan Topik dan Pembentukan Kelompok Siklus II……... 63
Gambar 4.7. Kelompok Merencanakan Investigasi Siklus II... 63
Gambar 4.8. Kelompok Mempresentasikan Hasil Investigasi Siklus II...64
Gambar 4.9. Observasi oleh Observer Siklus II ...65
Gambar 4.10. Siswa Mengerjakan Soal Postest Siklus II. ... 66
Gambar 4.11. Grafik Hasil Belajar siswa secara Klasikal ... 74
Gambar 4.12. Grafik Nilai Rata-rata Siswa kelas XD ……... 76
Gambar 4.11. Grafik Keaktifan siswa ... 77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(16)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Silabus ... 85
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 89
Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 99
Lampiran 4 : Handout Siklus I ... 108
Lampiran 5 : Handout Siklus II ... 117
Lampiran 6 : Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 120
Lampiran 7 : Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 121
Lampiran 8 : Format Laporan Akhir ... 122
Lampiran 9 : Lembar Penilaian Hasil Laporan Akhir ... 123
Lampiran 10 : Hasil Laporan Akhir Siswa Siklus I ... 124
Lampiran 11 : Hasil Laporan Akhir Siswa Siklus II ... 135
Lampiran 12 : Nilai Laporan Akhir siklus I ... 143
Lampiran 13 : Nilai Laporan Akhir siklus II ... 144
Lampiran 14 : Lembar Penilaian Hasil Presentasi ... 145
Lampiran 15 : Hasil Presentasi siklus I ... 146
Lampiran 16 : Hasil Presentasi siklus II ... 147
Lampiran 17 : Instrumen dan Pedoman Penilaian pretest ... 148
Lampiran 18 : Daftar Nilai Siswa pretest ... 157
Lampiran 19 : Hasil Pretest Siswa Tuntas KKM ... 158
Lampiran 20 : Hasil Pretest Siswa Tidak Tuntas KKM ... 164
(17)
xvi
Lampiran 22 : Daftar Nilai Siswa Postest I ... 177
Lampiran 23 : Hasil Postest Siswa Tuntas KKM Siklus I ... 178
Lampiran 24 : Hasil Postest Siswa Tidak Tuntas KKM Siklus I ... 184
Lampiran 25 : Instrumen dan Pedoman Penilaian Postest Siklus II ... 189
Lampiran 26 : Daftar Nilai Siswa Postest Siklus II ... 197
Lampiran 27 : Hasil Postest Siswa Tuntas KKM Siklus II ... 198
Lampiran 28 : Hasil Postest Siswa Tidak Tuntas KKM Siklus II ... 204
Lampiran 29 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 210
Lampiran 30 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ...212
Lampiran 31 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 214
Lampiran 32 : Hasil Kuesioner Penilaian Siswa terhadap Proses Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Group Investigation ... 216
Lampiran 33 : Surat Permohonan Ijin dan surat Pernyataan telah melaksanakan Penelitian ...217
Lampiran 34 : Daftar Hadir Peserta Didik Kelas X-7 SMA Negeri 1 Depok ... 220
Lampiran 35 : Dokumentasi Penelitian Siklus I ... 221
Lampiran 36 : Dokumentasi Penelitian Siklus II ...222
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(18)
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang
untuk memperdalam dan memperluas pengetahuannya. Pendidikan memegang
peran penting dalam pembangunan serta kemajuan suatu negara. Menurut UU
No.20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, serta ketrampilan diri.
Keberhasilan dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak hal
antara lain guru sebagai fasilitator dan motivator, sarana dan prasarana yang
digunakan, dan juga adanya keaktifan dari siswa itu sendiri. Untuk mencapai hasil
yang optimal dibutuhkan adanya kontribusi yang maksimal dari semua
unsur-unsur tersebut. Sebagai fasilitator dan motivator, guru memegang peranan yang
sangat penting. Dorongan dan dukungan dari guru dengan berbagai metode
didukung dengan sarana prasarana lainnya akan sangat membantu siswa untuk
terdorong menjadi aktif. Faktor lain yang juga dapat mendukung kegiatan belajar
mengajar adalah situasi kelas, situasi yang nyaman dan menyenangkan. Situasi
seperti ini akan membuat proses belajar mengajar menjadi menyenangkan bagi
siswa.
Dalam kurikulum sekolah, Biologi merupakan salah satu Ilmu
Pengetahuan Alam yang memegang peran dalam pembentukan ketrampilan dan
daya berpikir kritis siswa. Sebagai salah satu Ilmu Pengetahuan Alam yang sangat
(19)
2
Biologi. Bagi sebagian besar siswa, Biologi merupakan salah satu ilmu yang
penuh dengan materi hafalan dan bahasa latin. Siswa cenderung malas dan
ngantuk ketika mengikuti pembelajaran Biologi karena materi-materi yang padat
dan tanpa adanya variasi metode pembelajaran. Pembelajaran Biologi, diberikan
sejak kelas X. Salah satu materi yang diberikan adalah Ekosistem. Materi ini
memiliki cakupan yang sangat luas sehingga siswa mengalami kesulitan dalam
proses pembelajaran di kelas. Materi yang begitu banyak akan menyulitkan siswa
untuk memahami materi tersebut.
Berdasarkan pengalaman dalam masa PPL di SMA Negeri 1 Depok
Yogyakarta, siswa memiliki minat yang cukup rendah dalam mempelajari
Biologi. Hal ini dapat diketahui dari kurangnya aktivitas siswa saat proses belajar
mengajar berlangsung. Siswa lebih cenderung beraktivitas lain yang tidak
mendukung proses belajar mengajar. Siswa lebih senang mengganggu
teman-temannya atau saling bercerita tentang hal-hal di luar pembelajaran. Kurangnya
minat belajar Biologi juga ditunjukan dengan nilai hasil ulangan yang tidak
mencapai KKM.
Dari hasil observasi selama PPL ini dan dari hasil tulisan refleksi siswa,
diketahui ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya minat siswa
terhadap pelajaran Biologi. Faktor-faktor tersebut meliputi suasana kelas yang
kurang mendukung, kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang
terlihat dari kurangnya siswa bertanya dan menjawab, serta metode pembelajaran
yang tidak bervariasi. Metode yang digunakan guru adalah ceramah, diskusi dan
penugasan.
Kondisi ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap hasil belajar
yang akan dicapai oleh siswa. Dari data hasil test yang diberikan pada materi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(20)
Ekosistem, dapat dilihat hasil belajar siswa sangat rendah. Hal ini terbukti dari
hasil belajar siswa, Kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada materi Ekosistem
adalah 70 sedangkan siswa yang mendapat nilai ≤ 70 ada 55% dan ≥70 ada 45%. Hal ini menunjukan ketidakberhasilan proses pembelajaran ini dalam mencapai
tujuan yang diharapkan.
Untuk dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar pada materi
Ekosistem, diperlukan adanya suatu tindakan untuk memperbaiki proses
pembelajaran ini. Salah satu perbaikan yang bisa dilakukan adalah dengan
melakukan perubahan pada metode pembelajaran agar lebih bervariasi. Salah satu
metode yang telah diteliti dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa adalah
metode Cooperative Learning. Metode Cooperative Learning mampu
meningkatkan pencapaian prestasi siswa dan juga memberikan akibat-akibat
positif yang dapat mengembangkan hubungan antarkelompok, penerimaan
terhadap teman kelas yang lemah dalam bidang akademik dan meningkatkan rasa
harga diri. Selain itu Metode Cooperative Learning mampu menumbuhkan
kesadaran bahwa siswa perlu belajar berpikir, menyelesaikan masalah, dan
mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka.
Dari berbagai macam metode atau tipe pembelajaran Cooperative
Learning, tipe yang dirasa sesuai dengan kondisi kelas X SMA Negeri 1 Depok
Yogyakarta adalah tipe Group Investigation ( kelompok investigasi). Metode ini
dikembangkan oleh John Dewey (1970), dan telah diperbaharui dan diteliti pada
beberapa tahun terakhir ini oleh Shlomo dan Yael Sharan, serta
Rachel-Lazarowitz di Israel. Group Investigation (kelompok investigasi) adalah
perencanaan kooperatif siswa atas apa yang dituntut dari mereka. Anggota
(21)
4
dari proyek mereka. Dalam kelompok, siswa menentukan apa yang ingin
diinvestigasi sehubungan dengan upaya mereka untuk menyelesaikan masalah
yang mereka hadapi; sumber apa yang mereka butuhkan; siapa akan melakukan
apa; dan bagaimana mereka akan menampilkan proyek mereka yang sudah selesai
ke hadapan kelas. Dalam kelas yang melaksanakan proyek Group Investigation,
guru bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator. Guru berkeliling diantara
kelompok-kelompok untuk melihat mereka mengelola tugas dan membantu setiap
kesulitan yang mereka hadapi (Robert Slavin, 2005).
Bertolak dari latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “ MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-D SMA NEGERI 1 DEPOK YOGYAKARTA PADA POKOK BAHASAN EKOSISTEM MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah Metode Cooperative Learning tipe Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta pada materi Ekosistem?”
C. Batasan Masalah
Agar masalah yang akan diteliti tidak meluas dan terarah, maka perlu
dilakukan pembatasan masalah pada penelitian ini. Batasan masalah merupakan
fokus dari penelitian. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
(22)
1. Subyek penelitian adalah siswa kelas X-D SMA Negeri 1 Depok
Yogyakarta semester genap tahun pelajaran 2012/2013;
2. Obyek dalam penelitian adalah:
a. Keaktifan siswa
Merupakan segala aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
berlangsung. Dalam Penelitian ini menitikberatkan pada keaktifan siswa
selama proses pembelajaran yaitu keaktifan dalam bertanya dan
menjawab;
b. Hasil belajar
Hasil belajar berkaitan dengan perubahan atau peningkatan pemahaman
kognitif siswa. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari hasil pre-test
yang dibandingkan dengan hasil penjumlahan beberapa komponen
penelitian yaitu laporan hasil penyelidikan, presentasi kelompok, dan
Post-test pada setiap siklusnya. Setiap komponen penilaian memiliki
bobot tersendiri. Laporan hasil penyelidikan bobotnya 40%, presentasi
kelompok bobotnya 20%, dan nilai post-test bobotnya 40%;
3. Materi : Ekosistem
a. Materi Ekosistem yang dimaksud adalah tentang komponen penyusun
ekosistem, interaksi antar komponen ekosistem, dan aliran energi.
b. Standar Kompetensi : 4. Menganalisis hubungan antara komponen
ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam
keseimbangan ekosistem
c. Kompetensi Dasar : 4.1. Mendeskripsikan peran komponan ekosistem
dalam aliran energi dan daur biogeokimia serta pemanfaatan
(23)
6
D. Variabel
Pada penelitian ini saya menggunakan beberapa variable yaitu
Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation yang ditempatkan sebagai
variabel bebas, keaktifan dan hasil belajar siswa ditempatkan sebagai variabel
terikat dan jumlah siswa dalam kelompok ditempatkan sebagai variabel kontrol.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XD SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta pada
materi Ekosistem melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat, baik bagi sekolah, guru, bagi siswa dan
bagi peneliti sendiri. Manfaat tersebut sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
a. Memberikan tambahan pengetahuan dan informasi tentang metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa.
b. Sebagai masukan untuk mengembangkan metode Pembelajaran Kooperatif
Tipe Group Investigation
2. Bagi Guru
a. Memberikan tambahan pengetahuan bagi guru tentang metode-metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa.
(24)
b. Membantu guru mengatasi masalah di kelas yang tidak aktif dan hasil
belajar siswa yang tidak mencapai KKM.
3. Bagi Siswa
a. Membantu siswa dalam memahami materi Ekosistem dengan lebih
menyenangkan.
b. Memberikan pengalaman bagi siswa untuk terjun langsung ke lapangan
dan membantu siswa untuk bekerja sama.
4. Bagi Peneliti
a. Mengembangkan pengetahuan khususnya tentang penelitian tindakan
kelas dalam pembelajaran Biologi.
b. Membantu memotivasi siswa untuk lebih aktif dan memperbaiki proses
(25)
8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan
mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh
pengetahuan, menurut pemahaman sains secara konvensional (pembelajaran yang
langsung berhubungan dengan apa yang ada di alam), kontak manusia dengan
alam diistilahkan dengan pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi
berulang kali melahirkan pengetahuan (knowledge) atau a body of knowledge
(Suyono & Hariyanto, 2010).
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan
tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat
didefinisikan sebagai berikut : “ Belajar ialah suatu proses atau usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”( Slameto, 2010: hal. 2).
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat
maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri
seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Ciri-ciri perubahan tingkah
laku dalam pengertian belajar adalah:
(26)
a. Perubahan terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya
perubahan itu atau sekurangnya-kurangnya ia merasakan telah terjadi
adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa
pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya
bertambah (Slameto, 2010).
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang
terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi
kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya seorang anak
belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat
menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini berlangsung terus hingga
kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna. Disamping itu,
dengan kecakapan menulis yang telah ia miliki, ia dapat memperoleh
kecakapan-kecakapan lain misalnya, dapat menulis surat, menyalin
catatan, mengerjakan soal-soal dan sebagainya (Slameto, 2010).
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa
bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari
sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan,
makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang
(27)
10
melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya perubahan tingkah laku
karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan
dari dalam, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar (Slameto,
2010).
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya
untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, menagis dan
sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar.
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau
permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan
bersifat menetap. Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan
piano seteah belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus
dimiliki bahkan makin berkembang kalau terus dipergunakan atau dilatih
(Slameto, 2010).
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada
tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan
tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar
mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai
dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang akan
dicapainya. Dengan demikian perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa
terarah kepada tingkah laku yang telah ditetapkannya (Slameto, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(28)
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses
belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang
belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah
laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan
sebagainya. Sebagai contoh, jika seorang anak telah belajar naik sepeda,
maka perubahan yang paling tampak ialah dalam keterampilan naik sepeda
itu. Akan tetapi, ia mengalami perubahan-perubahan lainnya seperti
pemahaman tentang cara kerja sepeda, pengetahuan tentang jenis-jenis
sepeda, pengetahuan tentang alat-alat sepeda, cita-cita untuk memiliki
sepeda yang lebih bagus, kebiasaan membersihkan sepeda, dan
sebagainya. Jadi aspek perubahan satu berhubungan erat dengan aspek
lainnya (Slameto, 2010).
B. Keaktifan dalam Pembelajaran
Aktivitas adalah melakukan suatu kegiatan tertentu secara aktif. Aktivitas
menunjukkan adanya kebutuhan untuk aktif bekerja atau melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu baik fisik maupun non-fisik. Aktivitas yang dimaksudkan disini
penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. Belajar aktif adalah suatu
sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental
intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan
antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor (Hamalik, 2001).
Keberhasilan pencapaian kompetensi satu mata pelajaran bergantung
(29)
12
bagaimana cara seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran. Kecenderungan
pembelajaran saat ini masih berpusat pada guru dengan bercerita atau berceramah.
Siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Akibatnya tingkat
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran rendah. Disamping itu, media jarang
digunakan dalam pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi kering dan kurang
bermakna.
Beberapa ciri dari pembelajaran yang aktif sebagaimana dikemukakan
dalam panduan pembelajaran model ALIS (Active learning In school, 2009)
adalah sebagai berikut: 1.) pembelajaran berpusat pada siswa, 2.) pembelajaran
terkait dengan kehidupan nyata, 3.) pembelajaran mendorong anak untuk berpikir
tingkat tinggi, 4.) pembelajaran melayani gaya belajar anak yang berbeda-beda,
5.) pembelajaran mendorong anak untuk berinteraksi multiarah (siswa-guru), 6.)
pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai media atau sumber belajar, 7.)
pembelajaran berpusat pada anak, 8.) penataan lingkungan belajar memdahkan
siswa untuk melakukan kegiatan belajar, 9.) guru memantau proses belajar siswa,
dan 10.) guru memberikan umpan balik terhadap hasil kerja siswa (Mel
Silberman,2002).
Untuk menciptakan pembelajaran aktif, beberapa penelitian (Hamzah,
2009) menemukan salah satunya adalah anak belajar dari pengalamannya, selain
anak harus belajar memecahkan masalah yang dia peroleh. Anak-anak juga belajar
dengan baik dan memahami bila apa yang dipelajari terkait dengan apa yang
sudah diketahui dan metode pembelajaran yang digunakan sesuai dengan gaya
belajar mereka (gaya belajar mendengarkan, melihat, dan bergerak atau
melakukan) dan bagaimana kecerdasan yang mereka miliki (Gadner, 2004, dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(30)
Hamzah, 2008) seperti bahasa, musik, gerak, logika, antarpribadi, dan
interpribadi.
Strategi pembelajaran yang aktif adalah siswa diharapkan aktif terlibat
dalam kegiatan pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba,
menemukan konsep baru atau menghasilkan suatu karya. Sebaliknya anak tidak
diharapkan pasif menerima layaknya gelas kosong yang menunggu untuk diisi.
Siswa bukanlah gelas kosong yang pasif yang hanya menerima ceramah sang guru
tentang pengetahuan atau informasi sebagaimana yang digambarkan
diatas.Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi Aktivitas Belajar Siswa. Gagne
dan Briggs (2010) dalam Yamin (2007) menyatakan faktor-faktor yang
menumbuhkan timbulnya keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran,
yaitu:
a. Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada peserta
didik).
b. Mengingatkan kompetensi belajar kepada peserta didik.
c. Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari).
d. Memberikan petunjuk kepada peserta didik cara mempelajarinya.
e. Memunculkan aktivitas, partisipasi peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran.
f. Memberikan umpan balik (feedback).
g. Melakukan tagihan-tagihan terhadap peserta didik berupa tes, sehingga
kemampuan peserta didik selalu terpantau dan terukur.
(31)
14
C. Pengertian Hasil Belajar
Proses pembelajaran melibatkan dua subyek yaitu guru dan siswa yang
akan menghasilkan suatu perubahan dalam diri siswa sebagai hasil dari kegiatan
pembelajaran. Perubahan yang terjadi dalam diri siswa sebagai akibat kegiatan
pembelajaran bersifat non-fisik seperti perubahan sikap, pengetahuan maupun
kecakapan. Berbagai perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai hasil proses
pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu output dan outcome. Output
merupakan kecakapan yang dikuasai siswa yang segera dapat diketahui setelah
mengikuti serangkaian proses pembelajaran. Ada juga yang menyebut output
pembelajaran merupakan hasil pembelajaran yang bersifat jangka pendek. Output
pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu soft skills dan hard
skills.
Hard skills merupakan kecakapan yang relatif lebih mudah untuk
dilakukan pengukuran. Hard skills dibedakan menjadi dua, yaitu.
a. Kacakapan Akademik (Academic Skills)
Kecakapan akademik (academic skills) merupakan kecakapan untuk
menguasai berbagai konsep dalam bidang ilmu-ilmu yang dipelajari,
seperti kecakapan mendefinisikan, menghitung, menjelaskan,
mendeskripsikan, memprediksi menganalisis, membandingkan,
membedakan, dan menarik kesimpulan dari berbagai konsep, data maupun
fakta yang berkaitan dengan bidang studi atau mata pelajaran yang
dipelajari.
(32)
b. Kecakapan Vokasional (Vocational Skills).
kecakapan vokasional (vocational skills) sering disebut juga sebagai
kecakapan kejujuran, yaitu kecakapan yang berkaitan dengan bidang
pekerjaan tertentu. Misalnya, dalam bidang seni dan kerajinan ukir kayu,
yang termasuk kecakapan vokasional diantaranya kecakapan mendesain
ukiran, kecakapan memegang alat ukir, kecakapan mengoperasikan alat
ukir, kecakapan mengukir.
Soft skills merupakan strategi yang diperlukan untuk meraih sukses hidup
dan kehidupan dalam masyarakat. Kecakapan ini merupakan kecakapan yang
relatif sulit untuk dilakukan pengukuran dibandingkan kecakapan akademik dan
kecakapan vokasional. Soft skills dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Kecakapan personal ( personal skills)
Merupakan kecakapan yang diperlukan agar siswa dapat eksis dan
mampu mengambil peluang yang positif dalam kondisi kehidupan yang
berubah dengan sangat cepat. Kecakapan personal tersebut diantaranya
meliputi : kecakapan beradaptasi, kecakapan berpikir kritis dan kreatif,
kecakapan memecahkan masalah, dan kecakapan mengambil keputusan
,semangat, jujur, tangguh menghadapi tantangan, ulet dan sebagainya.
Anwar (2004: 29-30) dalam buku Evaluasi Program Pembelajaran
menyatakan bahwa kecakapan personal, seperti pengambilan keputusan
dan pemecahan masalah merupakan kecakapan utama yang menentukan
(33)
16
b. Kecakapan sosial (social skills)
Merupakan kecakapan yang dibutuhkan untuk hidup (life skill)
dalam masyarakat yang multikultur, masyarakat demokrasi dan
masyarakat global yang penuh persaingan dan tantangan. Kecakapan
sosial meliputi kecakapan berkomunikasi dengan empati, baik secara lisan
maupun tertulis dan kecakapan bekerja sama dengan orang lain, baik
dalam kelompok kecil maupun kelompok besar. Empati merupakan sikap
penuh pengertian dan seni komunikasi dua arah, perlu ditekankan karena
yang dimaksud berkomunikasi bukan sekedar menyampaikan pesan tetapi
isi dan sampainya pesan disertai kesan baik yang akan menumbuhkan
hubungan harmonis.
Dengan menguasai berbagai kecakapan tersebut diharapkan siswa akan
mempunyai prestasi sosial (social achievement) dalam masyarakat, mampu
mengatasi berbagai macam permasalahan maupun tantangan hidup, mampu
melihat dan mengambil peluang yang ada dalam lingkungan hidupnya yang pada
akhirnya siswa diharapkan mampu eksis dan sukses dalam hidup bermasyarakat
baik dalam lingkup local, regional, nasional maupun internasional. Prestasi sosial
siswa dalam masyarakat merupakan hasil pembelajaran yang bersifat jangka
panjang atau outcome. Beragam kecakapan siswa sebagai hasil pembelajaran
tersebut dapat disusun dalam bentuk bagan sebagai berikut (Eko Putro, 2009):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(34)
Gambar 2.1. Bagan klasifikasi hasil pembelajaran
Secara implisit, ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Sudjana, 2000):
a. Faktor Internal
Faktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan
keadaan fungsi-fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat menunjang atau
melatar belakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain
pengaruhnya dibanding jasmani yang keadaannya kurang sehat. Untuk
menjaga agar keadaan jasmani tetap sehat, nutrisi harus cukup.
Faktor psikologis, yaitu yang mendorong atau memotivasi belajar.
Faktor-faktor tersebut diantaranya:
1) Adanya keinginan untuk tahu
2) Agar mendapatkan simpati dari orang lain.
3) Untuk memperbaiki kegagalan
4) Untuk mendapatkan rasa aman. Hasil
Pembelajaran
Out Put
Hard Skills
Academic Skills Vocational
Skills
Soft Skills
Personal Skills
Social Skills
Out Come Social
(35)
18
b. Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut
mempengaruhi belajar anak, yang antara lain berasal dari orang tua,
sekolah, dan masyarakat.
1) Faktor yang berasal dari orang tua
Faktor yang berasal dari orang tua ini utamanya adalah sebagai
cara pendidikan orang tua terhadap anaknya. Dalam hal ini dapat
dikaitkan suatu teori, apakah orang tua mendidik secara demokratis,
pseudo demokratis, otoriter, atau cara laisses faire. Cara atau tipe
mendidik yang demikian masing-masing mempunyai kebaikannya dan
ada pula kekurangannya.
Dalam kaitan dengan hal ini, Tim Penyusun Buku Sekolah
Pendidikan Guru Jawa Timur (1989: 8) menyebutkan, “Di dalam
pergaulan di lingkungan keluarga hendaknya berubah menjadi situasi
pendidikan, yaitu bila orang tua memperhatikan anak, misalnya anak
ditegur dan diberi pujian….” Pendek kata, motivasi, perhatian, dan
kepedulian orang tua akan memberikan semangat untuk belajar bagi
anak.
2) Faktor yang berasal dari sekolah
Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata
pelajaran yang ditempuh, dan metode yang diterapkan. Faktor guru
banyak menjadi penyebab kegagalan belajar anak, yaitu yang
menyangkut kepribadian guru, kemampuan mengajarnya. Terhadap
mata pelajaran, karena kebanyakan anak memusatkan perhatianya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(36)
kepada yang diminati saja, sehingga mengakibatkan nilai yang
diperolehnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Keterampilan,
kemampuan, dan kemauan belajar anak tidak dapat dilepaskan dari
pengaruh atau campur tangan orang lain. Oleh karena itu menjadi
tugas guru untuk membimbing anak dalam belajar.
3) Faktor yang berasal dari masyarakat
Anak tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor
masyarakat bahkan sangat kuat pengaruhnya terhadap pendidikan
anak. Pengaruh masyarakat bahkan sulit dikendalikan. Mendukung
atau tidak mendukung perkembangan anak, masyarakat juga ikut
mempengaruhi.
Selain beberapa faktor internal dan eksternal di atas, faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dapat disebutkan sebagai berikut.
1) Minat
Seorang yang tidak berminat mempelajari sesuatu tidak akan
berhasil dengan baik, tetapi kalau seseorang memiliki minat terhadap
objek masalah maka dapat diharapkan hasilnya baik. Masalahnya adalah
bagaimana seorang pendidik selektif dalam menentukan atau memilih
masalah atau materi pelajaran yang menarik siswa. Berikutnya mengemas
materi yang dipilih dengan metode yang menarik. Karena itu pendidik/
pengajar perlu mengenali karakteristik siswa, misalnya latar belakang
(37)
20
2) Kecerdasan
Kecerdasan memegang peranan penting dalam menentukan
berhasil tidaknya seseorang. Orang pada umumnya lebih mampu belajar
daripada orang yang kurang cerdas. Berbagai penelitian menunjukkan
hubungan yang erat antara tingkat kecerdasan dan hasil belajar di sekolah
(Sumadi, 1989 dalam Huzaifal Hamid).
3) Bakat
Bakat merupakan kemampuan bawaan sebagai potensi yang perlu
dilatih dan dikembangkan agar dapat terwujud (Utami, 1992: 17). Bakat
memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan
pada masa yang akan datang. Selain kecerdasan bakat merupakan faktor
yang menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam belajar (Sumadi,
1989 dalam Huzaifal Hamid). Belajar pada bidang yang sesuai dengan
bakatnya akan memperbesar kemungkinan seseorang untuk berhasil.
4) Motivasi
Motivasi merupakan dorongan yang ada pada diri anak untuk
melakukan sesuatu tindakan. Besar kecilnya motivasi banyak dipengaruhi
oleh kebutuhan individu yang ingin dipenuhi (Suharsimi, 1993: 88). Ada
dua macam motivasi yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi instrinsik adalah motivasi yang ditimbulkan dari dalam diri orang
yang bersangkutan. Sedangkan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
timbul oleh rangsangan dari luar atau motivasi yang disebabkan oleh
faktor-faktor dari luar situasi belajar, misalnya angka, ijazah, tingkatan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(38)
hadiah, persaingan, pertentangan, sindiran, cemoohan dan hukuman.
Motivasi ini tetap diperlukan di sekolah karena tidak semua pelajaran
sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
Dengan memiliki kemampuan pada suatu mata pelajaran, baik itu
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mampu dikembangkan, siswa
diharapkan dapat mengalih gunakan kemampuan-kemampuan tersebut
dalam menghadapi masalah-masalah dalam berbagai bidang pelajaran.
Kemampuan bernalar, kemampuan memilih strategi yang cocok dengan
permasalahannya, maupun kemampuan menerima dan mengemukakan
suatu informasi secara tetap dan cermat merupakan kemampuan umum
yang dapat digunakan dalam berbagai bidang.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan
kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni
Ranah Kognitif, Ranah Afektif, dan Ranah Psikomotorik.
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental
(otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak
adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan
dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan
menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan
kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek
atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan
jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud
(39)
22
1) pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali
(recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide,
rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk
menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses
berfikir yang paling rendah.
2) pemahaman (comprehension)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami
sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain,
memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya
dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami
sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian
yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya
sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang
setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
3) penerapan (application)
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau
menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode,
prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi
yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses
berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
(40)
4) analisis (analysis)
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan
suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan
mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau
faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor-faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis
setingkat lebih tinggi dari pada jenjang aplikasi.
5) sintesis (syntesis)
Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari
proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang
memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga
menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau berbentuk
pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi
daripada jenjang analisis. Salah satu hasil belajar kognitif dari jenjang
sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang
pentingnya kedisiplinan sebagaimana telah diajarkan.
6) penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Adalah jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif
dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan
kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu
kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada
beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang
(41)
24
b. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,
emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat
diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan
kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif,
karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima
(memperhatikan), Merespon, Menghargai, Mengorganisasi, dan
Karakteristik suatu nilai. Skala yang digunakan untuk mengukur ranah
afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap.
Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak
(negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan
berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi,
afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang
tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam
menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan
kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu, sikap
selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.
c. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(42)
yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat,
melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah
psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa
hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu.
Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari
hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang
baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku).
Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar
psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau
perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah
kognitif dan ranah afektif.
D. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori kontruktivis. Pembelajaran
kooperatif muncul dari adanya konsep bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi
dengan temannya. Ide utama dari belajar kooperatif adalah siswa bekerja bersama
untuk belajar bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Belajar
kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat
dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi
(Slavin, 1995). Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi
heterogen kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling
(43)
26
Menurut Johnson & Johnson (1994) dan Sutton (1992) dalam buku
Cooperative Learning, terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif yaitu:
a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa
Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja
sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa
tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa
akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga
mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.
b. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat
Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antar siswa. Hal ini terjadi
dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai
anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung
secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok
mempengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, siswa
yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan dari teman
sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah
dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari
bersama.
c. Tanggung jawab individual
Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa
tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa yang membutuhkan
bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman, jawab siswa dan kelompoknya.
(44)
d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil
Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang
diberikan, seorang siswa dituntut untuk mempelajari bagaimana
berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa
bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam
kelompok akan menuntut keterampilan khusus.
e. Proses kelompok
Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses
kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana
mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja
yang baik.
Selain unsur-unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran
kooperatif, model pembelajaran kooperatif juga mengandung prinsip-prinsip yang
membedakannya dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari belajar
kooperatif menurut Slavin (1995), adalah sebagai berikut.
a. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai
kriteria yang ditentukan.
b. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok
tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung
jawab ini berfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan
memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi
tanpa bantuan yang lain.
c. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah
(45)
28
Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan
rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa
kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.
Johnson & Johnson (1994) dalam Slavin (2005), menyatakan bahwa
tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk
peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun
secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu team, maka dengan
sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar
belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan
proses kelompok dan pemecahan masalah.
Zamroni (2000) dalam dalam Slavin (2005), mengemukakan bahwa
manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan
pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Selain itu, belajar
kooperatif juga dapat meningkatkan solidaritas sosial di antara siswa sehingga
diharapkan kelak akan muncul generasi yang memiliki prestasi akademik yang
cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.
Struktur tujuan kooperatif terjadi apabila siswa dapat mencapai tujuan
mereka hanya jika siswa lain dengan siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan
tersebut. Tujuan-tujuan pembelajaran ini mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu
hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keanekaragaman, dan pengembangan
keterampilan sosial (Ibrahim, dkk., 2000: 7 dalam Slavin (2005)). Para ahli telah
menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa
dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami
konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir
kritis. Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(46)
yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata sosial, kemampuan,
dan ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada
siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja bekerja dan saling
bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan
struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.
Keterampilan sosial atau kooperatif berkembang secara signifikan dalam
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk
melatihkan keterampilan-keterampilan kerja sama dan kolaborasi, dan juga
keterampilan-keterampilan tanya jawab.
E. Group Investigation (Kelompok Investigasi)
Group Investigation (Kelompok Investigasi), merupakan penelitian yang
paling luas dan sukses dari metode-metode spesialisasi tugas. Group Investigation
(Kelompok Investigasi) merupakan suatu metode pembelajaran dari jaman John
Dewey (1970), tetapi telah diperbaharui dan diteliti pada beberapa tahun terakhir
ini oleh Shlomo dan Yael Sharan, serta Rachel-Lazarowitz di Israel (Slavin,
2005).
Group Investigation (Kelompok Investigasi) memiliki akar filosofis, etis,
psikologi penulisan sejak awal tahun abad ini. Yang paling terkenal di antara
tokoh-tokoh terkemuka dari orientasi pendidikan ini adalah John Dewey (1970).
Pandangan Dewey tentang kooperasi di dalam kelas sebagai sebuah prasyarat
untuk bisa menghadapai berbagai masalah kehidupan yang kompleks dalam
masyarakat demokrasi. Kelas adalah sebuah tempat kreatifitas kooperatif dimana
guru dan murid membangun proses pembelajaran yang didasarkan pada
(47)
30
masing-masing. Pihak yang belajar adalah partisipan aktif dalam segala aspek
kehidupan sekolah, membuat keputusan yang menentukan tujuan terhadap apa
yang mereka kerjakan. Kelompok dijadikan sebagai sarana sosial dalam proses
ini. Rencana kelompok adalah satu metode untuk mendorong keterlibatan
maksimal para siswa.
Sebuah metode investigasi-kooperatif dari pembelajaran di kelas diperoleh
dari premis bahwa baik domain sosial maupun intelektual proses pembelajaran
sekolah melibatkan nilai-nilai yang didukungnya. Group Investigation (Kelompok
Investigasi) tidak akan dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan
yang tidak mendukung dialog interpersonal atau yang tidak memperhatikan
dimensi rasa sosial dari pembelajaran di dalam kelas. Komunikasi dan interaksi
kooperatif diantara sesama teman sekelas akan mencapai hasil terbaik apabila
dilakukan dalam kelompok kecil, dimana pertukaran diantara teman sekalas dan
sikap-sikap kooperatif bisa terus bertahan. Aspek rasa sosial dari kelompok,
pertukaran intelektualnya, dan maksud dari subjek yang berkaitan dengannya
dapat bertindak sebagai sumber-sumber penting maksud tersebut bagi usaha para
siswa untuk belajar.
Kesuksesan implementasi dari Group Investigation (Kelompok
Investigasi) sebelumnya memerlukan pelatihan dalam kemampuan komunikasi
dan sosial. Fase ini sering disebut sebagai meletakan landasan kerja atau
pembentukan tim. Guru dan siswa melaksanakan sejumlah kegiatan akademik dan
non-akademik yang dapat membangun norma-norma perilaku kooperatif yang
sesuai di dalam kelas.
Seperti yang terkesan dari namanya, Group Investigation (Kelompok
Investigasi) sesuai untuk proyek-proyek studi yang terintegrasi yang berhubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(48)
dengan hal-hal semacam penguasaan, analisis, dan mensintesiskan informasi
sehubungan dengan upaya menyelesaikan masalah yang bersifat multi-aspek.
Tugas akademik haruslah menyediakan kesempatan bagi anggota kelompok untuk
memberikan berbagai macam kontribusi, dan tidak boleh dirancang hanya sekedar
untuk bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersifat faktual (siapa, apa,
kapan, dan sebagainya). Misalnya , Group Investigation (Kelompok Investigasi)
akan sangat tidak ideal untuk mengajari pelajaran sejarah dan budaya dari sebuah
Negara. Secara umum, guru merancang sebuah topik yang cakupannya luas,
dimana para siswa selanjutnya membagi topik tersebut ke dalam subtopik yang
merupakan hasil perkembangan dari ketertarikan dan latar belakang siswa, yang
sama halnya dengan pertukaran gagasan di antara para siswa.
Sebagai bagian dari investigasi, para siswa mencari informasi dari
berbagai sumber baik di dalam maupun di luar kelas. Sumber-sumber seperti
(buku, institusi, orang) menawaran sederetan gagasan, opini, data, solusi, ataupun
posisi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dipelajari. Para siswa
selanjutnya mengevaluasi dan mensintesiskan informasi yang disumbangkan oleh
tiap anggota kelompok supaya dapat menghasilkan buah karya kelompok.
Dalam kelas yang melaksanakan proyek Group Investigation (Kelompok
Investigasi), guru bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator. Guru tersebut
berkeliling di antara kelompok-kelompok yang ada dan melihat apakah mereka
bisa mengelola tugasnya, dan membantu tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam
interaksi kelompok, termasuk masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus
yang berkaitan dengan proyek pembelajaran. Yang pertama dan terpenting adalah,
guru harus membuat model kemampuan komunikasi dan sosial yang diharapkan
(49)
32
untuk memikirkan berbagai variasi peran kepemimpinan, seperti dalam diskusi
dengan seluruh kelas atau dengan kelompok-kelompok kecil. Dalam diskusi ini,
guru membuat model-model dari berbagai kemampuan mendengarkan, membuat
ungkapan, member reaksi yang tidak menghakimi, mendorong partisipasi, dan
sebagainya. Diskusi ini dapat ditambahkan dan ditujukan pada penentuan tujuan
pembelajaran jangka pendek dan sebagai saran untuk meraihnya.
Dalam Group Investigation (Kelompok Investigasi), para murid bekerja
dalam enam tahap. Tahap-tahap tersebut akan dijabarkan secara rinci dibawah ini
(Slavin, 2005).
1. Tahap 1: Mengidentifikasikan topik dan mengatur ke dalam kelompok-kelompok penelitian.
Tahap ini secara khusus ditujukan untuk masalah pengaturan. Guru
mempresentasikan serangkaian masalah dan para siswa mengidentifikasi dan
memilih berbagai macam subtopik untuk dipelajari berdasarkan pada
ketertarikan dan latar belakang mereka. Tahap ini dimulai dengan perencanaan
kooperatif yang melibatkan seluruh kelas, yang dapat dijabarkan sebagai
berikut :
a. Guru mempresentasikan sebuah masalah kepada kelas dan bertanya, “
apakah yang ingin kalian ketahui tentang masalah ini?”. Tiap siswa
memberikan pertanyaan mengenai aspek-aspek dari masalah tersebut yang
ingin mereka investigasi.
b. Para siswa berkumpul dalam diskusi menuliskan semua gagasan dan
kemudian melaporkannya kepada seluruh kelas. Diskusi singkat seluruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(50)
kelas akan menghasilkan daftar usulan bersama mengenai suptopik yang
akan menjadi bahan investigasi.
c. Perencanaan dimulai dengan setiap siswa menuliskan usulannya, dan
dilanjutkan dengan kelompok yang semakin besar, mulai dari kelompok
yang beranggotakan dua orang sampai yang beranggotakan empat bahkan
delapan siswa. Pada setiap tahap anggota kelompok membandingkan
daftar mereka, menghilangkan usulan sama, dan mengompilasikan satu
daftar bersama. Daftar akhir ini mewakili ketertarikan dari seluruh
anggota.
2. Tahap 2 : Merencanakan Investigasi di dalam kelompok
Setelah mengikuti kelompok-kelompok penelitian masing-masing,
para siswa mengalihkan perhatian mereka kepada subtopik yang mereka pilih.
Pada tahap ini, anggota kelompok menentukan aspek dari subtopik yang
masing-masing akan mereka investigasi. Sebagai akibatnya, tiap kelompok
harus memformulasikan sebuah masalah yang dapat diteliti, memutuskan
bagaimana melaksanakannya, dan menentukan sumber-sumber mana yang
akan dibutuhkan untuk melakukan investigasi tersebut.
Banyak kelompok menemukan bahwa sangat berguna jika mengisi
sebuah lembar kegiatan yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang relevan
terhadap tahap perencanaan ini. Lembar kegiatan tersebut mungkin bisa
berbentuk seperti ini:
Topik penelitian kami:
Anggota kelompok : (nama-nama) Apa yang ingin kami investigasi?
(51)
34
Apa saja sumber-sumber kami? Bagaimana kami membagi tugasnya?
Guru dapat memasang selembar fotokopi dari tiap lembar kerja
kelompok dengan tujuan untuk menampilkan bukti grafis bahwa kelas tersebut
adalah sebuah “kelompok yeng terdiri dari kelompok-kelompok”. Tiap siswa berkontribusi terhadap Group Investigation (Kelompok Investigasi)-
kelompok kecil, dan tiap kelompok berkontribusi terhadap pembelajaran
seluruh kelas atau unit yang lebih besar.
3. Tahap 3 : Melaksanakan Investigasi
Dalam tahap ini tiap kelompok melaksanakan rencana yang telah
diformulasikan sebelumnya. Biasanya ini adalah tahap yang paling banyak
memakan waktu. Walaupun para siswa mungkin memang diberikan batas
waktu kerja, tetapi jumlah pasti dari sesi yang mereka perlukan untuk
menyelesaikan investigasi tidak selalu dapat dipastikan jumlahnya. Guru harus
mengupayakan berbagai cara untuk memungkinkan sebuah proyek kelompok
berjalan tanpa terganggu sampai investigasinya selesai, atau paling tidak
sampai sebagian besar dari pekerjaan tersebut selesai.
Pada tahap ini, para siswa, satu demi satu atau secara berpasangan atau
berkelompok mengumpulkan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi,
membuat kesimpulan-kesimpulan, dan mengaplikasikan pengetahuan baru
yang menjadi bagian mereka untuk menciptakan sebuah resolusi atas masalah
yang diteliti kelompok. Tiap siswa menginvestigasi aspek proyek kelompok
yang paling menarik minat mereka, dan dalam melakukannya memberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(52)
kontribusi satu bagian yang diperlukan untuk menciptakan sebuah keseluruhan
kelompok.
Ketika individu atau pasangan telah menyelesaikan porsi mereka atau
tugas kelompok, maka kelompok akan berkumpul kembali dan para anggota
saling membagikan pengetahuan mereka. Kelompok boleh memilih salah satu
anggota untuk mencatat kesimpulan mereka, atau tiap anggota boleh
mempresentasikan sebuah rangkuman tertulis dari penemuan mereka.
Kelompok yang pertama kali melakukan investigasi, khususnya pada kelas
yang lebih rendah, boleh cukup meminta tiap anggotanya menampilkan
sebuah rangkuman singkat sebagai respon terhadap pertanyaan yang
diinvestigasi. Dengan pengalaman, tampilan dari rangkuman ini akan menjadi
sebuah diskusi penyelesaian masalah.
4. Tahap 4 : Menyiapkan Laporan Akhir
Tahap ini merupakan transisi dari tahap pengumpulan data dan
klasifikasi ke tahap dimana kelompok-kelompok yang ada melaporkan hasil
investigasi mereka kepada seluruh kelas. Ini terutama merupakan sebuah tahap
pengaturan, tetapi seperti pada tahap 1 juga memerlukan semacam
kegiatan-kegiatan intelektual yang mengabstraksikan gagasan utama dari proyek
kelompok, mengintegrasikan semua bagiannya menjadi satu keseluruhan, dan
(53)
36
5. Tahap 5 : Mempresentasikan Laporan Akhir
Sekarang tiap-tiap kelompok mempersiapkan diri untuk
mempresentasikan laporan akhir mereka kepada kelas. Pedoman-pedoman
berikut telah terbukti dapat membantu siswa saat presentasi :
a. Bicaralah dengan ringkas dan jelas ketika memberi pembukaan kepada
kelas, tetapi sampaikan pelajaran sesedikit mungkin.
b. Gunakan papan tulis untuk mengilustrasikan konsep-konsep.
c. Gunakan peralatan audio visual, seperti overhead projector.
d. Lakukan debat formal di hadapan kelas jika memang perlu.
e. Pikirkan mengenai persiapan tempat belajar di mana teman sekelas dapat
menampilkan tugas-tugas yang telah dipersiapkan oleh kelompok.
f. Pertimbangkan untuk menampilkan beberapa porsi tugas, atau
mensimulasikan kejadian-kejadian tertentu.
g. Pertimbangkan program-program kuis sebagai sebuah cara untuk menarik
perhatian pendengar.
h. Pertimbangkan untuk menampilkan gambar, lukisan, atau foto untuk
menghidupkan presentasi.
6. Tahap 6 : Evaluasi Pencapain.
Dalam Group Investigation (Kelompok Investigasi), para guru harus
mengevaluasi pemikiran paling tinggi siswa mengenai subyek yang dipelajari,
bagaimana mereka menginvestigasi aspek-aspek tertentu dari subjek,
bagaimana mereka mengaplikasikan pengetahuan mereka terhadap solusi dari
masalah-masalah baru, bagaimana mereka menggunakan kesimpulan dari apa
yang mereka pelajari dalam mendiskusikan pertanyaan yang membutuhkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(54)
analisis dan penilaian, dan bagaimana mereka sampai pada kesimpulan dari
serangkaian data.
Apabila hendak dilakukan test, test harus mempertimbangkan
perbedaan tingkat atau tipe pembelajaran. Pengalaman efektif para murid
selama masa belajar mereka juga harus dievaluasikan, termasuk tingkat
motivasi dan keterlibatan mereka.
F. Pembelajaran tentang Ekosistem
Materi Ekosistem diajarkan berdasarkan Standar Kompetensi 4 yaitu
Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi
serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem dan dikhusukan pada
Kompetensi Dasar 4.1. yaitu Mendeskripsikan peran komponan ekosistem dalam
aliran energi dan daur biogeokimia serta pemanfaatan komponen ekosistem bagi
kehidupan.
Untuk dapat mencapai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang
telah ditetapkan diatas digunakan beberapa indikator yang dapat membantu siswa
antara lain sebagai berikut:
1. Membedakan penggunaan istilah-istilah habitat, nisia, populasi, komunitas,
ekosistem, faktor biotik, faktor abiotik
2. Mengamati berbagai interaksi yang terjadi dalam ekosistem
3. Menganalisis berbagai interaksi yang terjadi dalam ekosistem.
4. Mengidentifikasi pengertian rantai makanan
5. Mengidentifikasi jaring-jaring makanan pada suatu ekosistem
(55)
38
7. Menghubungkan pengertian rantai makanan, jaring-jating makanan dan
piramida ekologi.
Indikator-indikator di atas dapat dicapai oleh siswa melalui metode yang
tepat dengan adanya tujuan pembelajaran yang menggunakan lingkungan sebagai
salah satu media pembelajarannya. Materi Ekosistem yang akan dipelajari disini
adalah tentang komponen penyusun ekosistem, interaksi yang terjadi dalam
ekosistem, dan aliran energi. Deskripsi mengenai materi dapat dilihat pada
Lampiran 4 dan lampiran 5.
G. Hasil penelitian yang relevan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurseto Arif Setiawan
dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) disertai media komik untuk meningkatkan minat belajar siswa kelas VIIb SMP
Negeri 10 Surakarta” disimpulkan bahwa penggunaan media komik dengan
penerapan metode Group Investigation dapat meningkatkan minat belajar siswa
kelas VIIb SMP Negeri 10 surakarta. Rata-rata pencapaian angket pada prasiklus
sebesar 72,75%, pada siklus 1 sebesar 79,94 % dan pada siklus II naik menjadi
82,47% (Skripsi Nurseto Arif).
Selain itu, pada penelitian yang dilakukan oleh Dwi Novitasari dengan
judul “Penerapan Pembelajaran Metode Group Investigation untuk Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Biologi siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Blitar”
dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran metode Group Investigation
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian,
rata-rata hasil belajar siswa meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar 5,3 poin, begitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(56)
pula dengan tingkat ketuntasan pada siklus I ke siklus II meningkat secara klasikal
sebesar 12,1% (Skripsi Dwi Novitasari, 2010)
H. Kerangka Berpikir
Masalah:
1. Kesiapan awal siswa sebelum pembelajaran dimulai kurang. 2. Siswa jenuh dengan proses
pembelajaran yang mengakibatkan siswa kurang aktif sehingga hasil belajar siswa kurang memuaskan.
Metode Group Investigation - Pembelajaran langsung di alam
-Mengembangkan hubungan antarkelompok - Penerimaan terhadap teman yang lemah - Meningkatkan rasa menghargai
- Berpikir kritis
- Menyelesaikan masalah
- Mengintegrasikan dan mengimplikasikan kemampuan dan penegtahuannya
Siswa aktif dan
hasil belajar siswa
meningkat.
Materi Ekosistem
Memiliki karakteristik:
- Pembelajaran tentang alam dan lingkungan sekitar siswa.
- Memiliki topik-topik yang menarik untuk dipelajari.
(57)
40
I. Hipotesa
Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan
dan hasil belajar Biologi siswa kelas X-D SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta
pada pokok bahasan Ekosistem.
(58)
41 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan metode penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan
oleh guru ketika menemukan suatu permasalahan dalam proses pembelajaran di
kelas. Secara singkat penelitian tindakan kelas merupakan suatu proses yang
dirancang untuk memberdayakan seluruh partisipan dalam proses pendidikan
(peserta didik, guru dan pihak lainnya) dengan maksud untuk meningkatkan
praktik pendidikan atau pembelajaran yang dilakukan dalam pengalaman
pendidikan. Penelitian tindakan kelas terdiri dari 5 tahapan yaitu planning, acting
dan observing, evaluasi, dan reflecting yang dilakukan secara berulang sampai
memenuhi target yang diinginkan (Setyosari, 2010). Model yang digunakan dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah metode model Kemmis dan Taggart dimana
tahap observing dilakukan bersama tahap acting.
B. Setting Penelitian
1. Tempat penelitian :
Tempat penelitian adalah SMA Negeri 1 Depok ,Yogyakarta.
2. Subjek penelitian :
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas X-D SMA Negeri 1 Depok.
3. Obyek penelitian :
Objek dari penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X-D
(59)
42
4. Waktu penelitian :
Waktu penelitian adalah bulan April-Mei 2013
C. Rancangan Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalan 2 siklus yaitu siklus I dan
siklus II. Di dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai penyaji materi
pembelajaran dan bekerja sama dengan guru serta beberapa teman mahasiswa
yang akan berperan sebagai observer. Dalam setiap siklus penelitian, baik siklus I
maupun siklus II terbagi menjadi 5 tahap yaitu perencanaan (planning),
pelaksanaan (acting), observasi (observing), evaluasi dan refleksi (reflecting).
Rincian tindakan yang akan dilaksanakan dalam setiap siklus penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Perencanaan
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan peneliti dalam tahap ini
adalah:
a. Observasi lapangan untuk melihat permasalahan yang terjadi.
b. Analisis studi pustaka dan lapangan untuk menyusun perencanaan
tindakan yang akan dilakukan.
c. Konsultasi dengan guru dan rekan mahasiswa untuk mempersiapkan
penelitian.
d. Membuat persiapan yang berkaitan dengan instrumen pembelajaran
yang meliputi :
1) Silabus (lampiran 1)
2) RPP siklus 1 (lampiran 2)
3) RPP siklus 2 (Lampiran 3)
(60)
4) Handout pembelajaran siklus 1 (lampiran 4)
5) Handout pembelajaran siklus 2 (Lampiran 5)
6) Lembar rekapitulasi nilai siswa
7) Lembar penilaian laporan akhir (lampiran 9)
8) Lembar penilaian hasil presentasi ( lampiran 14)
9) Daftar hadir siswa kelas XD (lampiran 34)
e. Menyiapkan instrument penelitian yang meliputi :
1) Kisi-kisi soal pre-test (lampiran 17)
2) Soal pretest (lampiran 17)
3) Kisi-kisi soal post-test siklus I (lampiran 21)
4) Soal posttest siklus 1 (lampiran 21)
5) Kisi-kisi soal Post-test siklus II (lampiran 25)
6) Soal posttest siklus 2 (lampiran 25)
7) Lembar Kerja Siswa (lampiran 6 dan 7)
8) Lembar observasi aktivitas siswa (lampiran 29)
2. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, peneliti berperan sebagai penyaji pembelajaran atau
guru. Guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Secara garis besar,
(61)
44
a. SiklusI
1) Pertemuan I
a) Guru memberikan Pretest
b) Guru menjelaskan secara singkat tentang proses pembelajaran
yang akan dilakukan.
c) Guru memberikan topik untuk didiskusikan (komponen
penyusun dan interaksi yang terdapat didalamnya. Ekosistem
buatan (sekolah, perumahan, ruko) ekosistem alami (sawah,
kali, hutan)”.
d) Guru membimbing siswa memilih sup topik yang ingin
diinvestigasi
e) Guru membimbing siswa secara berkelompok, kelompok
didasarkan pada kesamaan sup topik yang ingin diinvestigasi.
f) Guru dan siswa melakukan diskusi untuk merencanakan
tahapan investigasi.
g) Siswa melakukan investigasi.
2) Pertemuan II
a) Siswa menyiapkan laporan akhir
b)Siswa mempresentasikan laporan akhir (kelompok 1, 2, dan 3).
3) Pertemuan III
a) Siswa mempresentasikan laporan akhir ( kelompok 4, 5, dan 6).
b)Guru memberikan evaluasi dengan memberikan post-test.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(62)
b. Siklus II
1) Pertemuan I
a) Guru memberikan topik pembelajaran (“Topik : aliran energi pada ekosistem. Ekosistem buatan ( sekolah, perumahan, ruko)
ekosistem alami ( sawah, kali, hutan)”.
b) Guru membimbing siswa memilih sup topik yang ingin
diinvestigasi
c) Guru membimbing siswa secara berkelompok, kelompok
didasarkan pada kesamaan sup topik yang ingin diinvestigasi.
d) Guru dan siswa melakukan diskusi untuk merencanakan
tahapan investigasi.
e) Siswa melakukan investigasi.
2) Pertemuan II
a) Siswa mempresentasikan laporan akhir.
3) Pertemuan III
a) Post-test
3. Observasi
Pada tahap observasi, kegiatan yang dilakukan meliputi observasi aktivitas
siswa di kelas, baik pada kegiatan diskusi, kegiatan bertanya dan
menjawab pada proses pembelajaran dan proses presentasi. Kegiatan
(1)
(2)
219
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
DAFTAR HADIR SISWA KELAS XD No.
Absen
28/03/ 13 02/04/ 13 04/04/13 09/04/13 11/04/13 22/04/13
1 √ √ √ √ √ √
2 √ √ i √ √ √
3 √ √ √ √ √ √
4 √ √ √ √ √ √
5 √ √ i √ √ √
6 √ √ √ √ √ √
7 √ √ √ √ √ √
8 √ √ √ √ √ √
9 √ √ √ √ √ √
10 √ √ √ √ √ √
11 √ √ √ √ √ √
12 √ √ √ √ √ √
13 √ √ √ √ √ √
14 √ √ √ √ √ √
15 √ √ i √ √ √
16 √ √ √ √ √ √
17 √ √ i √ √ √
18 √ √ √ √ √ √
19 √ √ √ √ √ √
20 √ √ √ √ √ √
21 √ √ i √ √ √
22 √ √ √ √ √ √
23 √ √ √ √ √ √
24 √ √ √ √ √ √
25 √ √ √ √ √ √
26 √ √ √ √ √ √
27 √ √ √ √ √ √
28 √ √ √ √ √ √
29 √ √ i √ √ √
30 √ √ √ √ √ √
31 √ √ √ √ √ √
(4)
LAMPIRAN 34 221 DOKUMENTASI KEGIATAN SIKLUS 1
Gambar 1. Pretest
Gambar 2. Mengidentifikasi topik dan mengatur dalam kelompok
Gambar 3. Berdiskusi merencanakan investigasi
Gambar 4. Mempresentasikan Hasil Investigasi
Gambar 5. Siswa aktif bertanya saat presentasi
Gambar 6. Guru memberikan Evaluasi dan Motivasi
Gambar 6. Siswa mengerjakan posttest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
LAMPIRAN 35 222 DOKUMENTASI KEGIATAN SIKLUS 2
Gambar 1. Mengidentifikasi topik dan mengatur dalam kelompok
Gambar 2. Berdiskusi merencanakan investigasi
Gambar 4. Mempresentasikan Hasil Investigasi
Gambar 5. Siswa aktif bertanya saat presentasi
Gambar 6. Guru memberikan Evaluasi dan Motivasi
Gambar 6. Siswa mengerjakan posttest
(6)