PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN KONGKRET DALAM PEMBELAJARAN GEOMETRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SDN KARANGGONDANG, BANTUL, YOGYAKARTA.

(1)

PENGGUNAAN MEDIA KONKRET DALAM PEMBELAJARAN BIDANG DATAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SDN KARANGGONDANG, SEWON, BANTUL,

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Oryanci Jermias NIM 11108249029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

“karena masa depan sungguh ada dan harapanmu tidak akan hilang”. (Amsal, 23:18)

“iman sejalan dengan perbuatan”. (Oryanci Jermias)


(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus sebagai sumber inspirasi

2. Bapa Erens dan mama Bertha yang merelakan lutut untuk bertelut, serta selalu memberikan perhatian dan penyemangat demi keberhasilanku


(7)

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN KONGKRET DALAM PEMBELAJARAN GEOMETRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SDN KARANGGONDANG, BANTUL, YOGYAKARTA.

Oleh Oryanci Jermias NIM 11108249029

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Matematika dalam pembelajaran geometri menggunakan media kongkret pada siswa kelas III SD N Karanggondang.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berkolaborasi dengan guru SD. Desain penelitiaan yang digunakan oleh Daryanto (2011) yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleksi pada setiap siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Karanggondang, Bantul, Yogyakarta yang berjumlah 38 siswa. Sedangkan obyek penelitian adalah keseluruhan proses pada penggunaan media kongkret pada kelas III SD Negeri Karanggondang, Bantul, Yogyakarta. Instrument yang digunakan yaitu hasil tes akhir setiap siklus dan wawancara yang dianalisis dengan menggunakan deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media konkret pada pembelajaran geometri dapat meningkatkan hasil belajar Matematika. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II yaitu 7,26% meningkat menjadi 7,95%. Selain itu dari hasil wawancara guru menunjukan bahwa penggunakan media kongkret sangat membantu dalam pelaksanaan pembelajaran Matematika karena Suasana belajar lebih menyenangkan, siswa lebih mudah memahami materi yang dipelajari dan guru lebih mudah dalam mengajar. Oleh karena itu disarankan kepada guru, agar dapat mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan media konkret agar hasil belajar siswa meningkat.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan hikmat dan karunia-Nya, serta kemudahan dan kelapangan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGGUNAAN MEDIA KONGKRET DALAM PEMBELAJARAN GEOMETRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SDN KARANGGONDANG, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA” dapat terselesaikan.

Dalam penyusunan skripsi ini,banyak kendala yang dialami tapi dapat diatasi karena adanya dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd., M.A yang telah memberikan kesempatan kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dr. Haryanto, M. Pd. yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Hidayati, M. Hum yang telah memberikan motivasi kepada peneliti untuk memaparkan gagasan dalam bentuk skrispi.


(9)

4. Bapak Purwono PA., M. Pd. yang dengan penuh kesabaran dan perhatian telah membimbing peneliti sampai penulisan skripsi ini terselesaikan dengan baik. 5. Kepala SD Negeri Karanggondang Kastinah S.Pd.SD yang telah memberikan

ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SD Negeri Karanggondang, Bantul, Yogyakarta.

6. Ibu Marheni Guru Kelas III SDN Karanggondang yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

7. Guru, Staf Karyawan, dan Siswa-siswi SDN Karanggondang yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

8. Drs. Suparlan selaku Kepala Asrama yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi.

9. Bapak Erens, mama Bertha, adi Ello, adi Yuan dan semua keluarga Jermias yang selalu memberikan doa dan menantikan keberhasilan penulis.

10.Sahabat dan keluarga PPGT PGSD angkatan 2011 yang selalu memberikan motivasi dan dukungan dalam penyelesaian skripsi.

11.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu terseselesaikaannya penulisan skripsi ini.

Sesungguhnya tidak ada yang dapat penulis berikan sebagai balas jasa selain doa kepada semua yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini. Semoga yang empunya berkat senantiasa melimpahkan kasih dan damai sejahteranya bagi kita semua.


(10)

(11)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 5

C.Batasan Masalah ……... 6

D.Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G.Definisi Operasional ………. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Hakikat Pembelajan Matematika ………... 9

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ... 9

2. Pengertian Matematika ………. ... 11

3. Pembelajaran Geometri …………... 12

4. Tujuan Pengajaran Matematika... 12

5. Teori Belajar dalam Proses Belajar Matemetika ………... 13


(12)

1. Pengertian Fase Perkembangan Anak ……... 16

2. Factor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak……… 16

C.Hakikat Media ……….. 17

1. Pengertian Media ……… 17

2. Jenis-jenis Media ……… 18

3. Manfaat Media ……….... 18

4. Tujuan Media Pembelajaran ………... 19

5. Memilih dan Menggunakan Media Pembelajaran ……….. 20

6. Fungsi Media Pembelajaran ………... 22

7. Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran ……….. 25

D.Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian ……… 25

1. Kerangka Berpikir ……….. 25

2. Hipotesis Penelitian ……… 26

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 27

B.Subyek dan Obyek Penelitian... 27

1. Subjek Penelitian ………... 27

2. Objek Penelitian ……… 28

C.Prosedur Penelitian ………. 28

D.Teknik Penumpulan Data ... 28

E. Desain Penelitian ……... 29

F. Teknik Pengumpulan Data ... 33

G.Teknik Analisis Data ... 35

H.Kriteria Keberhasilan ……… 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ………... 37

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 37

2. Deskripsi Subyek Penelitian …...………... 38

3. Deskripsi Hasil Penelitian ………. 39


(13)

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ……… 41

1.) Tahap Perencanaan ……… 42

2.) Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I….……….. 43

3.) Observasi dan Evaluasi ………. 46

4.) Refleksi ………. 47

c. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ……….. 49

1.) Perencanaan ……….. 49

2.) Pelaksanaan Tindakan Siklus II ……… 50

3.) Observasi dan Evaluasi ………. 54

4.) Refleksi ………. 54

B.Pembahasan...… 55

1. Peningkatan Hasil Belajar Matematika ………. 55

C.Keterbatasan Penelitian ... 57

D.BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 58

B.Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60


(14)

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Jadwal Penelitian ... 28 Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen ………... 34 Tabel 3. Daftar Nama Siswa Kelas III SDN Karanggondang ……… 38 Tabel 4. Daftar Hasil Belajar dalam Pembelajaran Matematika Pra Tindakan

Siswa Kelas III SDN Karanggondang ………. 39 Tabel 5. Nilai Tes Siklus I ……… 44 Tabel 6. Nilai Tes Siklus II ……….. 51


(15)

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Skema Siklus Penelitian dari Daryanto ………... 29 Gambar 2. Ketuntasan Kompetensi (Pra Tindakan) Siswa SDN

Karanggondang ……….... 41

Gambar 3. Ketuntasan Kompetensi Siklus I Siswa SDN Karanggondang … 45 Gambar 4. Ketuntasan Kompetensi Siklus II Siswa SDN Karanggondang .. 53


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. RPP kelas 3 ... 63

Lampiran 2. Kisi-kisi Insrumen ……… 66

Lampiran 3. Lembar Tes Siklus I ……… 67

Lampiran 4. Lembar Tes SIklus II ………... 70

Lampiran 5. Pedoman Wawancara Guru ... 73

Lampiran 6. Hasil Wawancara Guru ... 74

Lampiran 7. Hasil Kerja Siswa pada Siklus I ………... 75

Lampiran 8. Hasil Kerja Siwa pada Siklus II ……… .. 79

Lampiran 7. Gambar Pelaksanaan Pembelajaran ... 82

Lampiran 11. Surat Ijin Penelitian ... 87


(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada hakekatnya belajar Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang membutuhkan daya pikir yang tinggi. Untuk dapat memahami Matematika dan dapat menggunakannya dalam menyelesaikan masalah diperlukan penguasaan konsep yang baik. Supaya dapat menyelesaikan soal-soal dengan benar diperlukan kemampuan, antara lain memahami masalah yang dipelajari, membuat rencana penyelesaian, mengkaji langkah-langkah penyelesaian, dan mengadakan dugaan dan informasi yang tidak lengkap. Oleh karena itu, untuk belajar Matematika, perlu ditingkatkan cara berpikir kritis.

Setiap guru matematika Sekolah Dasar (SD) mempunyai tugas yang kompleks. Tugas tersebut antara lain adalah memahami dengan baik materi matematika yang akan diajarkan, memahami dan memanfaatkan dengan baik cara peserta didik belajar matematika untuk pembelajaran yang dilaksanakannya, memahami cara mengajarkan matematika yang efektif, menggunakan cara-cara pembelajaran matematika, serta memahami dan menerangkan cara memanfaatkan kalkulator dan computer sebagai alat bantu belajar matematika SD. Dalam pembelajaran, guru memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar. Untuk mewujudkan suatu pembelajaran yang efektif, akan sangat ditentukan oleh peran guru atau posisi


(18)

sentral pengajar atau guru sebagai pengelolah pembelajaran. Dalam mengajar, guru harus memiliki keterampilan untuk menciptakan suasana belajar yang efesien dengan menggunakan media pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Maka dapat dikatakan bahwa, bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana untuk menyampaikan pesan.

Hujair AH Sanaky (2013:4) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah sarana atau alat bantu pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajan untuk mempertinggi efektifitas dan efesiensi dalam mencapai tujuan pengajaran. Oleh karena itu, guru dituntut untuk menggunakan media dalam melakukan pembelajaran di kelas agar materi yang diajarkan dapat relevan dan peserta didik dapat berpartisipasi aktif.

Pembelajaran Matematika di SD merupakan salah satu mata pelajaran yang untuk memahami materinya membutuhkan daya pikir dan ketelitian yang kritis. Matematika merupakan objek yang masih abstrak. Karena dalam pembelajaran di sekolah dasar, peserta didik belum bisa memikirkan hal-hal yang abstrak maka guru dituntut untuk mengkonkretkan hal-hal yang bersifat abstrak tersebut.


(19)

Piaget (Sudarwan Danim, 2013:64) mengemukakan bahwa perkembangan kognitif yang terjadi antara usia 7 dan 11 tahun sebagai tahap operasi konkret (concrete operations stage). Pada tahap operasi konkret, anak-anak berpikir baik secara logis maupun abstrak. Anak usia ini dibatasi untuk berpikir konkret (nyata), pasti, tepat, dan uni-direksinonal-istilah yang lebih menunjukkan pengalaman nyata dan konkret ketimbang abstrak.

Pembelajaran Matematika dapat bermanfaat jika menggunakan benda-benda konkret yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Guru harus menunjukkan keprofesionalannya dalam menciptakan suasana belajar di kelas yang menyenangkan sehingga dapat dipahami oleh peserta didik. Karena untuk memahami Matematika diperlukan penguasaan konsep dan penggunaan media yang konkret.

Dalam pembelajaran Matematika SD, media pembelajaran dibutuhkan karena dapat memudahkan guru dalam mengajar dan juga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Media pembelajaran berfungsi sebagai alat bantu pembelajaran untuk mempermudah proses pembelajaran di kelas, meningkatkan efesiensi proses pembelajaran. Dengan adanya media pembelajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. Dalam pembelajaran di SD, siswa harus aktif dalam mengikuti pembelajaran dan siswa harus mampu menguasai materi yang diajarkan guru. Jadi guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang


(20)

menyenangkan yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa di dalam kelas.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti saat magang 3 di SD N Karanggondang, dalam proses belajar mengajar yang berlangsung dikelas, guru masih kurang menguasai kelas, siswa masih kurang aktif, siswa masih sibuk sendiri di belakang, mengobrol dengan teman lainnya dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika masih rendah. Ini diakibatkan karena belum adanya media pembelajaran sehingga suasana pembelajaran di kelas kurang menyenangkan. Guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif. Proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik atau sesuai dengan apa yang diinginkan itu tergantung dari kreativitas seorang guru. Guru harus memanfaatkan media yang disediakan sekolah dengan baik. Tetapi, media yang ada di SDN Karanggondang masih terbatas, Oleh karena itu, guru harus mengelola proses pembelajaran menjadi menyenangkan sehingga peserta didik lebih aktif dalam belajar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Jika ditinjau di kelas juga, ditemukan bahwa guru belum menggunakan media pembelajaran khususnya pada mata pelajaaran Matematika. Kurangnya pemanfaatan media pembelajaran maka siswa menjadi bosan, kurang berminat belajar Matematika, dan melalui hasil pra tindakan, nilai rata-rata yang dihasilkan yaitu 7,12% yang masih belum mencapai kriteria yang ditentukan sehingga hasil belajar siswa belum tercapai dengan maksimal.


(21)

Dari permasalahan di atas, maka peneliti memberikan salah satu 5lternative terhadap permasalahan tersebut dengan mengangkat judul

“Penggunaan Media Konkret dalam Pembelajaran Bidang Datar untuk

Meningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SD Dan Karanggondang, Sewon, Bantul, Yogyakarta”. Peneliti berharap dapat memberikan solusi dan penyumbangan pikiran tentang pembelajaran geometri dengan menggunakan media pembelajaran yang kongkret untuk digunakan guru dalam meningkatkan pembelajaran Matematika. Pembelajaran dkatakan efesien jika materi yang diajarkan guru dapat tersampaikan dengan jelas, menyenangkan, dan bermakna.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, identifikasi masalahnya adalah dalam

1. Guru belum menggunakan media konkret pada pembelajaran Matematika 2. Media yang ada di sekolah masih terbatas

3. Siswa kurang aktif dalam belajar Matematika

4. Hasil belajar Matematika siswa belum mencapai kriteria yang ditentukan yaitu 75%.


(22)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, batasan masalahnya adalah “Penggunaan media konkret dalam pembelajaran bidang datar untuk Meningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SD N Karanggondang, Sewon, Bantul, Yogyakarta”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalahnya adalah Bagaimana penggunaan media Kongkret dalam pembelajaran bidang datar dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas III SD N Karanggondang, Sewon, Bantul, Yogyakarta.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar Matematika bagi siswa kelas III SD N Karanggondang.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah 1. Teoritik

Dengan menggunakan media konkret dalam pembelajaran Geometri, guru dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan sehingga materi yang diajarkan dapat dipahami dengan baik oleh siswa dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.


(23)

2. Praktis

a. Dengan menggunakan media konkret, konsep-konsep dalam pembelajaran matemetika tentang Geometri dapat dikonkretkan sehingga lebih mudah dipahami siswa.

b. Hasil belajar Matematika siswa lebih meningkat dan mencapai kriteria ketuntasan.

3. Bagi guru

Memberi motivasi bagi guru SD untuk menggunakaan media konkret dalam pembelajaran bidang datar untuk mengatasi kesulitan pada peningkatkan hasil belajar Matematika.

4. Bagi Sekolah

Sebagai bahan pertimbangan dalam peningkatan mutu pendidikan melalui penggunaan media konkret dalam kegiatan belajar mengajar di kelas khususnya pada mata pelajaran Matematika, sehingga sekolah dapat menyediakan media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan.

5. Peneliti Selanjutnya

Memberikan dasar bagi peneliti selanjutnya dalam memahami media kongkret dalam pembelajaran bidang datar untuk meningkatkan hasil belajar Matematika siswa.


(24)

G. Definisi Operasional

Media pembelajaran konkret bidang datar adalah alat bantu yang digunakan guru untuk menyampaikan pesan atau materi pelajaran yaitu bangun datar sehingga dapat memudahkan siswa dalam memahami dan mengerti materi yang diberikan. Karena dalam sebuah proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara siswa dengan guru. Dengan adanya media konkret siswa lebih aktif dalam menerima materi yang diberikan guru. Peran media dalam pembelajaran sangat penting karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh siswa akibat dilakukan suatu aktivitas pembelajaran dalam kelas. Dengan adanya media pembelajaran kongkret dengan materi geometri maka guru dapat mengukur sejauh mana haasil belajar yang diperoleh dan guru juga dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar Matematika sesuai dengan kriteria ketuntasan yang telah ditentukan.


(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka

1. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Usia siswa di sekolah dasar berkisar 6-12 tahun. Pada usia ini siswa sudah siap untuk belajar dan sekolah karena siswa sudah siap untuk menerima kecakapan-kecakapan baru yang diberikan di sekolah. Piaget (Usman Samatowa, 2006:9) mengemukakan bahwa usia siswa 7 sampai 11 atau 12 tahun termasuk dalam tahapan operasional konkret. Pada tahap ini siswa memiliki kemampuan mengklasifikasikan angka-angka atau bilangan. Usman Samatowa (2006:10) mengemukakan bahwa pada masa usia 6-9 tahun dapat dikategorikan dalam kelas rendah dan pada masa usia 10-12 tahun dapat dikategorikan dalam kelas tinggi.

Sudarwan Danim (2013:4) mengemukakan ada empat hal dominan dari karakteristik siswa yaitu (1) memiliki kemampuan dasar sepeti kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, (2) latar belakang kultural lokal, status sosial, ekonomi, dan agama, (3) perbedaan-perbedaan kepribadian yakni sikap, perasaan, dan minat, (4) cita-cita, pandangan ke depan, keyakinan diri, dan daya tahan.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa siswa sekolah dasar dapat di kelompokkan menjadi dua yaitu kelas rendah dan kelas tinggi. Jadi siswa kelas III termasuk dalam kategori kelas rendah dan pada tahap operasional


(26)

konkret karena siswa belum bisa mandiri, bertanggung jawab dalam melakukan segala sesuatu, dan masih berfikir yang fiktif.

a. Pengertian fase perkembangan siswa

Jean Piaget (Muchtar A. Karim, dkk, 1996:19) mngemukakan bahwa ada empat tahap yaitu sensorimotor, praoperasional, operasi kongkret, dan operasi formal. Pada umumnya anak Sekolah Dasar berumur 7-12 tahun yang merupakan tahap operasional kongkret. Pada tahap ini anak dapat mengelompokkan alat-alat yang bersifat kongkret yang berupa bangun-bangun Geometri. Anak dapat membedakan mana bangun-bangun geometri yang sama ukurannya atau sama bentuknya karena anak telah mencoba dengan alat-alat yang bersifat nyata. Anak sudah mulai berpikir logis karena anak sudah dapat memanipulasi benda-benda kongkret. Sedangkan Sudarwan Danim (2013:8) mendefinisikan bahwa perkembangan peserta didik adalah sebuah perubahan secara bertahap dalam kemampuan, emosi, dan ketrampilan yang terus berlangsung hingga mencapai usia tertentu.

b. Factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan siswa

Sudarwan Darnim (2013:10), mengemukakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor warisan genetik, faktor social-ekonomi, dan faktor pengaruh lingkungan dan global. Guru sangat berperan penting dalam mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam


(27)

keadaan apapun guru harus mampu mengatasi masalah-masalah yang muncul akibat pengaruh perkembangan dan pertumbuhan anak karena seorang guru harus mampu memahami dan mengembangkan tingkat pengetahuan, kertampilan dan sikap anak.

2. hakekat Pembelajaran Matematika di SD a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

H.M.Ali Hamzah dan Muhlisrarini (2014:58) menjelaskan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan manusia dan aneka raga kompetensi/kemampuan, skill/ketrampilan dan attitude/sikap secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat dengan keterlibatan dalam pendidikan formal (sekolah), informal (kursus) dan non formal (majelis-majelis ilmu) bukan atas dasar insting, kematangan, kelelahan atau temporary states lainnya.

Azhar Arzyad (2014:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada dii orang sepanjang hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Arief S. Sadiman, dkk (2014:2) juga mengatakan bahwa belajar adaah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga liang lahat nanti. Sugihartono, dkk (2007:74) juga mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan Slameto


(28)

(2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Seseorang dikatakan sudah belajar apabila adanya perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri yang mungkin karena terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, kterampilan dan sikapnya.

Istilah belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pendidikan. Gagne (Miftahul Huda, 2013:3) menjelaskan bahwa pembelajaran dapat diartikan sebagai proses modifikasi dalam kapasitas manusia yang bisa dipertahankan dan ditingkatkan levelnya. Hamruni (2011:48-52) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses berpikir yang memanfaatkan potensi otak dan berlangsung sepanjang hayat.

H.M.Ali Hamzah dan Muhlisrarini (2014:58) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah upaya dari guru atau dosen untuk siswa/mahasiswa dalam bentuk kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode dan strategi yang optimal untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. Sedangkan Sudjana (Sugihartono dkk, 2007:80) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Mujiono (H. Rostina Sundayana 2013:25) juga berpendapat bahwa ada


(29)

beberapa komponen dalam proses belajar mengajar yang penting dan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa yaitu bahan belajar yang akan diajarkan, suasana belajar, media dan sumber belajar, dan guru sebagai subyek pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar dan pembelajaran saling berkaitan dan tidak akan dipisahkan. Dalam pembelajaran akan terjadinya belajar. Seperti yang dikemukakan Sugihartono, dkk bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. maka Pembelajaran dapat dilakukan oleh manusia sepanjang hayat yang dapat menghasilkan pengalaman-pengalaman yang bermanfaat bagi diri sendiri. b. Pengertian Matematika

Ruseffendi (1992:45) mengemukakan bahwa Matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasikan, sebab berkembang dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke postulat/aksioma, dan ke dalil/teori. Rostina sundayana (2013:2) berpendapat bahwa Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun sampai ssat ini masih banyak siswa yang merasa Matematika sebagai mata pelajaran yang susah, tidak menyenangkan, bahkan menakutkan.


(30)

Ending Setyo Winarni dan Sri Harmini (2011:1) menjelaskan bahwa untuk memahami Matematika membutuhkan pemikiran yang kritis dan juga diperlukan penguasaan konsep yang baik sehingga dapat memahami dan mengungkapkan kembali masalah, merencanakan penyelesaiannya, membuat langkah-langkah penyelesaikan dan melakukan dugaan dari informasi yang tidak lengkap dalam menyelesaikan masalah yang dipelajari. Dalam berpikir kritis ini dapat menggunakan penalaran induktif dan deduktif. Penalaran induktif adalah penalaran yang bersifat generalisasi dari hal khusus ke umum sedangkan penalaran deduktif adalah penalaran yang bersifat generalisasi dari hal umum ke khusus.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Matematika merupakan mata pelajaran yang membutuhkan pemikiran yang lebih kritis untuk memahami materinya. Sehingga guru harus mampu menguasai materi yang diajarkan sehingga tidak salah dalam mengajar. Guru harus mampu mengkondisikan kelas agar siswa lebih senang dalam belajar Matematika.

c. Pembelajaran Bidang Datar

J. Tombokan dan Selpius Kandou (2014: 153) menjelaskan bahwa bangun datar atau bangun dua dimensi adalah kurva tertutup sederhana yang terletak pada bidang.


(31)

d. Tujuan Pengajaran Matematika

Muchtar A. Karim, dkk (1996:11) mengemukakan tujuan umum dan tujuan khusus pengajaran Matematika. Tujuan umumnya yaitu menata nalar atau cara berpikir, pembentukan sikap, dan ketrampilan siswa untuk menerapkan matemaatika. Sedangkan tujuan khusus di SD adalah (1) suatu alat yang dapat mengembangkan ketrampilan berhitung dengan menggunakan bilangan, (2) menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dipindahkan, (3) sebagai bekal dalam mengembangkan pembelajaran Matematika di sekolah lebih lanjut, (4) membentuk sikap logis, kritis, kreatif, cermat dan disiplin. Jadi, pengajaran Matematika di SD sangat penting dilakukan karena merupakan dasar dari pembentukan karakter, dan melatih cara berpikir siswa yang kritis.

e. Teori Belajar dalam Proses Belajar Matematika

1.) Ruseffendi (1992:109) mengemukakan Teori belajar menurut Bruner mengatakan bahwa belajar Matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan.

2.) Muchtar A. Karim, dkk (1996:18-26) menjelaskan beberapa teori yaitu a.) Teori belajar Wiliam Brownell yang dikenal dengan nama meaning

theory yaitu teori yang dimana siswa dalam memahami konsep Matematika menggunakan benda-benda kongkret dan dilakukan secara terus-menerus untuk waktu yang lama.


(32)

b.) Teori belajar Zoltan P. Dienes yang meyaakini bahwa siswa akan dapat memahami penuh konsep Matematika jika menggunakan berbagai sajian atau representasi. Karena siswa akan lebih memahami materi yang diajarkan jika diajarkan secara berulang-ulang.

c.) Teori belajar Richard Skemp yang meyakini bahwa agar belajar menjadi berguna bagi siswa, maka sifat-sifat umum dari pengalaman harus dipadukan untuk membentuk suatu struktur konsep tual atau skema.

d.) Teori belajar Robert M. Gagne yang meyakini bahwa belajar dapat ditingkatkan jika untuk menuntaskan tugas-tugas yang lebih luas harus sudah jelas mendefinisi dan urutannya.

Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran Matematika guru harus merancang pembelajaran yang baik. Guru harus menggunkan media pemeblajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan seperti dalam teori belajar William Brownell, siswa dalam memahami konsep Matematika harus menggunakan benda-benda kongkret dan dilakukan secara terus-menerus sehingga adanya interaksi yang aktif antara guru dan siswa. Materi yang diajarkan juga mudah dipahami oleh siswa, suasana belajarpun menyenangkan dan hasil belajar siswapun memuaskan.


(33)

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil belajar

Nana Sudjana (2013:22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan Purwanto (2009:49) berpendapat bahwa hasil belajar adalah perwujudan kemampuan akibat perubahan perilaku yang dilakukan oleh usaha pendidikan.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah pembelajaran guru dapat mengetahui kemampuan siswa dan dapat melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa seperti yang jelaskan oleh Nana Sudjana. Hasil yang didapatkan dari siswa dapat diukur dan dapat kembangkan oleh guru.

4. Media Pembelajaran a. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin n’ merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Medoe adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Arief S. Sadiman, dkk (2014:6) mengemukakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Hujair AH Sanaky (2013 : 4-5) menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah berbagai


(34)

jenis bentuk alat fisik yang dapat menyajikan pesan, informasi atau bahan pelajaran agar merangsang pembelajar untuk belajar. Sedangkan Gegne (Arief S. Sadiman, dkk, 2005:6) mengemukakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Rostina Sundayana (2013:4) juga berpendapat bahwa media dalam proses pembelajaran adalah sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan vebal.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media adalah alat-alat yang dibuat untuk menunjang atau membantu pembelajaran yang berlangsung. Media yang disediakan harus sesuai dengan materi yang diajarkan sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan harapan. b. Jenis-jenis Media

Jenis media yang sering digunakan yang lazim dipakai dalam kegiatan belajar mengajar adalah Media Grafis. Media grafis termasuk media visual. Sebagaimana halnya media yang lain media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan dalam simbol-simbol visual. Simbol-simbol visual tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Menurut Arief S. Sadiman, dkk (2014:29) mengemukakan bahwa selain pembuatan media grafis sederhana dan mudah, juga termasuk media yang relatif murah dari segi biayanya.


(35)

c. Manfaat Media

Hujair AH Sanaky (2013:5) mendefinisikan manfaat media pembelajaran adalah:

1.) Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar. Media dapat bermanfaat dalam pembelajaran untuk menjadikan pembelajaran lebih menarik sehingga menjadi dorongan pembelajar untuk belajar.

2.) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya. Materi yang diajarkan dapat tersampaikan dengan baik kepada pembelajar.

3.) Metode pembelajaran bervariasi. Media yang digunakan akan menjadikan metode pembelajaran yang bermacam-macam sehingga pembelajar tidak bosan dalam belajar.

4.) Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar. Dengan adanya media, pembelajar lebih fokus dalam mengikuti pembelajaran.

Sudjana dan Rivai (Rostina Sundayana 2013:12) berpendapat bahwa manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa yaitu siswa akan lebik tertarik untuk belajar, bahan pengajaran akan lebih jelas, metode mengajar akan lebih bervariasi, dan siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. d. Tujuan Media Pembelajaran

Hujair AH Sanaky (2013:5) mendefinisikan tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran untuk : (a) mempermudah proses pembelajaran di kelas, (b) meningkatkan efesiensi proses pembelajaran, (c) menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan


(36)

pembelajaran, (d) membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran. Sedangkan Yudhi Munadi (2013:8) mengemukakaan bahwa tujuan pemanfaatan media dalam proses pembelajaran adalah untuk mengefektifkan dan mengefesiensikan suatu proses pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media dapat melancarkan suatu proses Pembelajaran, pembelajar juga lebih mudah untuk memahami materi yang dipelajari dan adanya interaksi yang baik antara pengajar dan pembelajar dalam mencapai tujuan pembelajaran.

e. Memilih dan menggunakan Media Pembelajaran

Sudirman (Rostina Sundayana 2013:15-17) mengemukakan bahwa prinsip pemilihan media pengajaran dibagi ke dalam beberapa kategori yaitu: 1.) Tujuan pemilihan

Dalam memilih media yang akan digunakan harus sesuai dengan tujuan memilih media yang jelas agar siswa dapat belajar dan mendapat informasi yang jelas dan bermanfaat.

2.) Alternatif pilihan

Dalam memilih dan menggunakan media guru harus bisa menentukan media-media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Jenis media yang sesuai dengan materi pembelajaran, karakteristik siswa dalam kelas, waktu dan situasi penggunaan media harus diperhatikan guru dalam memilih media agar dapat mencapai hasil pembelajaran yang baik.


(37)

3.) Kriteria pemilihan media

Kriteria dalam pemilihan suatu media pembelajaran yaitu media yang akan digunakan harus dapat menghasilkan tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Dick dan Carey (Arief S. Sadiman, dkk 2014:86) berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media yaitu ketersediaan sumber setempat, tersedianya dana, tenaga, dan fasilitas untuk membeli dan membuat sendiri, media yang akan digunakan harus luwes, praktis dan tahan lama, dan efektivitas biayanya dalam waktu yang panjang.

Yudhi Munadi (2013:194) menjelaskan prosedur pemilihan media dimulai dari sifat-sifat belajar seperti belajar kognitif, psikomotorik, dan afektif. Pemilihan media pembelajaran berdasarkan digunakan agar siswa dapat mengenal sesuatu yang masih asing, berhubungan dengan sikap, dan adanya umpan balik atau rangsangan.

Dick dan Carey (Hujair AH Sanaky, 2013:37) mengemukakan bahwa untuk memilih media ada faktor-faktor yang harus dipertimbangkan yaitu: a.) Tersedia media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Apabila

media tidak tersedia, maka harus dibeli atau dibuat sendiri

b.) Tersedia dana, tenaga, dan fasilitas. Guru harus sekreatif mungkin untuk menyediakan media yang murah dan menarik


(38)

c.) Media yang digunakan dapat bertahan lama dan mudah dibawa sesuai dengan keperluan

d.) Biaya yang efesiensi jika dimanfaatkan dalam jangka waktu yang relative lama.

Rostina Sundayana (2013:16-17) menjelaskan bahwa kriteria utama dalam pemilihan media pembelajaran adalah ketepatan tujuan pembelajaran, artinya media yang di pilih harus dapat memenuhi kebutuhan dan pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran di kelas perlu dipertimbangkan pemilihannya. Media yang dipilih harus sesuai dengan tujuan pengajaran, bahan pelajaran, metode mengajar, kondisi siswa, dan situasi pengajaran yang berlangsung. Media yang menarik akan tergantung pada kreatifnya seorang guru dalam mengajar dan menciptakan suasana belajar yang kondusif.

f. Fungsi Media Pembelajaran

Hujair AH Sanaky (2013:7) mengemukakan bahwa media pembelajaran berfungsi untuk merangsang pembelajaran dengan :


(39)

1.) Menghadirkan objek sebenarnya dan objek yang langkah

Dengan adanya media guru dapat menghadirkan objek yang tidak bisa dijangkau sehingga mempermudah guru dalam menyampaikan pesan atau materi.

2.) Membuat duplikasi dari objek yang sebenarnya

Media pembelajaran dapat digunakan untuk membuat satu objek menjadi dua dari suatu objek yang nyata.

3.) Membuat konsep abstrak ke konsep kongkret

Dengan adanya media dapat memanipulasi suatu konsep yang tdak nyata menjadi nyata. Pembelajaran akan bersifat nyata sehingga siswa mudah memahaminya.

4.) Memberi kesamaan persepsi

Dengan adanya media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pendapat dan satu pengalaman sehingga tidak terpisah.

5.) Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah, dan jarak

Media pembelajaran dapat mempersingkat waktu, tidak membutuhkan tempat yang jauh dengan jumlah yang banyak, dan jarak yang jauh sehingga guru mudah untuk menyampaikan materi.

6.) Menyajikan ulang informasi secara konsisten

Guru akan menyajikan materi secara berulang jika menggunakan media maka materi tersebut tidak akan berubah.


(40)

7.) Memberi suasana belajar yang menyenangkan, tidak tertekan, santai dan menarik, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Yudhi Munadi (2013:37) mendefinisikan fungsi media pembelajaran yaitu: (a) sebagai sumber belajar, (b) semantik, (c) manipulative, (d) psikologis, (e) sosio-kultural.

a.) Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar yang meliputi buku, orang, lingkungan dan lain sebagainya. Dengan adanya sumber belajar maka dapat memudahkan sebuaah proses pembelajaran.

b.) Fungsi semantik yaitu kemampuan suatu media dalam menambah simbol verbal yang artinya benar-benar dimengerti siswa.

c.) Fungsi manipulatif yang karakteristiknya yaitu media pembelajaran dalam mengatasi batas-batas ruang dan waktu, dan mengatasi keterbatasan inderawi manusia.

d.) Fungsi psikologis yaitu fungsi atensi, afektif, kognitif, imajinatif, dan motivasi. Fungsi atensi adalah dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap rangsangan yang dianggap menarik dan membuang yang lainnya. Fungsi afektif adalah menggugah tingkah laku siswa dalam menerima dan menolak stimulus yang muncul. Fungsi kognitif dimana media pembelajaran yang dapat meningkatkan daya piker siswa dalam menerima pembelajaran. Fungsi imajinatif dimana media pembelajaran yang dapat meningkatkan imajinasi siswa dalam objek-objek tertentu. Fungsi


(41)

motivasi adalah mendorong siswa untuk mengikuti atau melakukan kegiatan pembelajaran.

e.) Fungsi sosio-kultural yaitu mengaatasi hambatan-hambatan yang terjadi saat pembelajaran karena perbedaan karakteristik antara satu siswa dengan yang lainnya.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam suatu pembelajaran sangat membantu guru dalam mengajar. Materi yang diberikan guru akan tersampaikan dengan jelas sehingga tujuan pembelajaran tercapai sesuai dengan keinginan. Dengan adanya media pembelajaran siswa lebih aktif dan menyenangi pelajaran yang dipelajari. g. Prinsip-prinsip Penggunaan Media Pembelajaran

Sri Anita (Martiyono, 2012:145) mengemukakan bahwa penggunaan media harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: (a) penggunaan media pembelajaran dipandang sebagai bagian integral dalam sistem pembelajaran, (b) media pembelajaran hendaknya dipandang sebagai sumber daya, (c) guru hendaknya memahami tingkat hirarkhi (sequence) dari jenis alat dan kegunaannya, (d) pengujian media hendaknya berlangsung terus, sebelum, selama, dan sesudah pemakaian, (e) penggunaan multimedia akan sangat menguntungkan dan memperlancar proses pembelajaran.

Media pembelajaran yang akan digunakan, guru harus mempertimbangkan dan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan


(42)

sehingga dapat memperlancarkan proses pembelajaran. Media akan sangat berguna jika digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan anak karena dapat memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas.

B. Kerangka Berpikir

Media pembelajaran diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, proses pembelajaran bermakna, memotivasi siswa dalam belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar matematika di Sekolah SD. Dengan adanya hasil belajar, guru dapat mengukur kemampuan siswa dalam belajar. Jika pembelajaran menyenangkan dan aktif maka hasil belajar siswapun meningkat.

Media pembelajaran juga diharapkan dapat membantu guru dalam mengajar. Guru akan mudah menyampaikan materi atau pesan kepada siswa dan direspon dengan baik sehingga suasana belajar dapat aktif dan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan adanya media belajar, pesan yang diberikan akan tersampaikan dengan baik dan cepat karena siswa mengamati dan mencoba langsung dengan media tersebut.

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan merupakan sebuah rumusan yang memuat usulan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan. Adapun hipotesis penelitian ini adalah dengan menggukan media kongkret untuk pembelajaran geometri yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD N Karanggondang, Bantul Yogyakarta.


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaborasi. Dimana, guru dan peneliti bersama-sama mengamati kegiatan belajar siswa dikelas. (Daryanto, 2011:4) menjelaskan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.

Dari pengertian penelitian tindakan kelas diatas, penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika melalui penggunaan media kongkret. Prosedur pelaksanaannya mengikuti prinsip dasar Penelitian Tindakan Kelas yaitu dirinci dari rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi yang bersifat siklus tindakan agar proses kegiatan pembelajaran dapat lebih meningkat dari yang sebelumnya.

B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian Tindakan Kelas ini adalah semua siswa kelas III SD Negeri Karanggondang, Bantul Yogyakarta, pada semester 2 tahun ajaran 2014/2015 dengan jumlah 38 siswa, yang terdiri dari 23 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.


(44)

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas III SD N Karanggondang, Bantul, Yogyayakarta.

C. Setting Penelitian

Sekolah yang dipilih untuk penelitian adalah SDN Karanggondang yang terletak di jalan Bantul, km 8, kecamatan Sewon, Yogyakarta.

D. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada minggu keempat bulan April sampai minggu kedua bulan Mei 2015. Adapun jadwal penelitiannya dalam tabel berikut:

Tabel 1. Jadwal Penelitian No Hari/

tanggal

Kegiatan Bulan/minggu April Mei I II III IV I II III IV

1. Penyusunan Proposal

2. Penyempurnaan Proposal 3. Pelaksanaan Peneltian

a. Pengumpulan data b. Tindakan siklus I c. Tindakan siklus II

4. Pengolahan dan

analisis data


(45)

E. Desain Penelitian

Daryanto (2011:30) mengemukakan bahwa prosedur penelitian tindakan kelas dapat dirinci melalui empat tahapan yang bersifat siklus tindakan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dan analisis dan refleksi. Siklus tindakan yang digunakan hendaknya lebih dari satu dan minimal dua kali.

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Siklus 1

Siklus 2

DST

Gambar Skema Siklus Penelitian (Daryanto, 2011: 31) Rencana

Tindakan Analisis dan

refleksi

Pelaksanan tindakan observasi

Perbaikan

rencana tindakan Analisis dan

refleksi

Observasi Pelaksanaan


(46)

Berdasarkan gambar diatas, dapat dirinci kegiatannya sebagai berikut: 1. Tahap perencanaan

Tahap ini merupakan tahap awal dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dimulai dari penemuan masalah, dan dari penemuan masalah tersebut kemudian dirancang suatu tindakan yang akan dilakukan. Peneliti melakukan tes untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika di kelas III SD N Karanggondang, Bantul Yogyakarta. Dari hasil tes tersebut, peneliti menemukan adanya masalah yaitu hasil belajar siswa masih banyak yang rendah.

Berdasarkan observasi, diketahui bahwa siswa masih belum aktif, tidak memperhatikan penjelasan guru, ada yang asyik mengobrol dalam mengikuti pembelajaran dan hasil belajar siswa pun masih rendah, Maka peneliti mencoba menggunakan media kongkret sebagai penyampaian pesan kepada siswa untuk materi bangun datar di kelas III, sehingga dapat mengalihkan perhatian siswa kepada pembelajaran yang sedang berlangsung dan diperkirakan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.


(47)

2. Tahap Tindakan dan Pengamatan

Tahap-tahap pelaksanaan kedua siklus dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Tahap perencanaan tindakan Langkah-langkahnya yaitu

1) Menentukan bahan ajar yang akan dilaksanakan

2) Peneliti bersama guru kelas mengembangkan silabus yang akan diajarkan

3) Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang akan digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran

4) Menyiapkan media yang akan digunakan

5) Menyusun evaluasi pembelajaran untuk menguji kemampuan siswa b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini merupakan tahap implementasi (pelaksanaan) dari semua rencana tindakan yang telah dibuat. Strategi dan skenario pembelajaran yang telah ditetapkan pada perencanaan harus benar-benar diterapkan dan mengacu pada proses tindakan pemecahan masalah sesuai dengan perencanaan tersebut. Setelah peneliti menyusun perencanaan tindakan, tahap berikutnya adalah mengimplementasikan tindakan dan mengamati aktivitas guru, siswa dan suasana yang ada di kelas. Tahap ini merupakan penggunaan


(48)

media kongkret dalam pembelajaran Matemetika yang rencananya terdiri dari dua pertemuan.

Langkah-langkah pembelajarannya disesuaikan dengan Rencana Kegiatan Pembelajaran yang telah disusun yang terdiri dari kegiatan awal, inti dan akhir. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1) Guru dan siswa saling bertanya tentang materi yang akan diajarkan yaitu bangun ruang.

2) Guru mengajak siswa untuk mencoba menempelkan gambar yang merupakan gambar tiga dimensi dan dua dimensi

3) Guru dan siswa bersama-sama membahas hasil penempelan siswa 4) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya

5) Guru menjelaskan tentang media kongkret geometri

6) Guru mengajak siswa untuk mengamati gambar bangun datar seperti bola, tabung, kotak persegi panjang dan persegi, kerucut dan segitiga.

7) Siswa diminta untuk mengerjakan soal evaluasi yang telah disiapkan guru

8) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah di pelajari


(49)

3. Tahap Pengamatan/Observasi

Tahap pengamatan/observasi merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan. Pada tahap pengamatan/observasi dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan. Peneliti mengamati cara guru dalam menggunakan media kongkret, dan mengamati keaktifan siswa didalam kelas.

4. Tahap Refleksi

Tahap ini dilakukan pada akhir siklus. Tahap refleksi ini peneliti melakukan identifikasi kekurangan, hambatan dan kegagalan yag terjadi pada saat pembelajaran berlangsung. Peneliti mengukur dan menyimpulkan hasil belajar siswa. Jika tahap siklus I belum sesuai dengan kriteria yang ditentukan, maka dapat dilanjutkan pada siklus II dengan langkah-langkah tindakan yang sama tetapi metode yang berbeda dalam pembelajaran.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan wawancara.

G. Instrumen Penelitian

Suharsimi Arikunto, (2005:101) mengemukakan bahwa instrument penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan tes dan lembar wawancara.


(50)

1. Tes

Instrumen penelitian ini menggunakan tes. Suharsimi Arikunto (2005:150) Tes adalah serentetan pertanyaan atau pelatihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Instrumen ini digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa melalui kegiatan penilaian proses yang dilakukan setiap akhir siklus penelitian. Tes yang digunakan berupa soal-soal yang dapat mengukur keberhasilan siswa dalam suatu pembelajaran.

Langkah-langkah dalam membuat tes yaitu a. Membuat definisi operasional

b. Membuat kisi-kisi tes c. Menyusun item tes

Dalam penelitian ini yang akan diberikan adalah tes objektif yang telah divalidasi oleh validator dengan cara expert judgement sebelum instrument digunakan dengan kisi-kisi sebagai berikut:


(51)

Tabel 2. Kisi- kisi Instrumen

SK : Menghitung keliling, luas persegi, dan persegi panjang serta penggunaannya dalam pemecahahn masalah

No Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator No. Soal 1. 4.1. mengidentifikasi

berbagai bangun datar sederhana menurut sifat atau unsurnya

Sifat bangun datar persegi dan persegi panjang

1. Menyebutkan berbagai bentuk bangun datar sederhana

1, 4, 5

2. Menyebutkan sifat bangun datar persegi

2 3. Menyebutkan sifat

bangun datar persegi panjang

7

2. 5.2. menghitung luas persegi dan persegi panjang dengan satuan baku

Luas persegi dan persegi panjang

1. Menghitung luas persegi dengan satuan baku

6, 8,10

2. Menghitung luas persegi panjang dengan satuan baku

3,9

2. Lembar Wawancara

Digunakan untuk mewawancarai guru kelas tentang hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran di kelas dengan menggunakan media kongkret dan siswa tentang hasil pembelajaran yang telah berlangsung.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah 35isban yang sangat penting dalam melakukan penelitian. Semua data yang telah terkumpul tidak berarti kalau tidak dianalisis. Hasil penganalisan akan memberikan jawaban dari penelitian yang dilakukaan.


(52)

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Deskriptif Kuantitatif

Langkah-langkah teknik analisis data deskriptif kuantitatif pada penelitian ini yaitu mencari skor ideal dan skor maksimal untuk hasil belajar Matematika, menjumlah skor yang diperoleh tiap subjek, dan mencari presentase hasil skala belajar Matematika.

2. Deskritif Kualitatif

Teknik analisis kualitatif pada penelitian ini yaitu mendskripsikan hasil wawancara guru dan siswa tentang penggunaan media kongkret dalam pembelajaran geometri.

I. Kriteria Keberhasilan

Komponen-komponen yang menjadi kriteria keberhasilan dalam penelitian ini antara lain : Hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika minimal meningkat pada kategori “tuntas” yaitu jika nilai yang diperoleh siswa ≥75 setelah diterapkan pembelajaran matematika dengan menggunakan media kongkret. Penelitian ini akan diberhentikan apabila hasil belajar siswa kelas III terhadap mata pelajaran Matematika meningkat dan mencapai kriteria baik yaitu 75% sampai 100%.


(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini peneliti menguraikan hasil penelitian mengenai peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran Matematika materi geometri siswa kelas III SDN Karanggondang. Hasil penelitian yang diuraikan adalah data mengenai deskripsi lokasi penelitian, deskripsi subyek penelitian, hasil belajar pra tindakan siswa dalam pembelajaran Matematika, dan hasil pelaksanaan tindakan pada tiap-tiap siklus, serta peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika melalui penggunaan media kongkret. Sementara itu, dalam pembahasan diuraikan analisis data hasil belajar pra tindakan siswa dalam pembelajaran Matematika, pelaksanaan tindakan pada tiap-tiap siklus, dan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika materi geometri melalui penggunaan media kongkret.

A. Hasil Penelitian.

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas III Sekolah Dasar Negeri Karanggondang. Sekolah ini berada di jalan Bantul Km. 8,5 Karanggondang, Sewon, Bantul. Lokasi dari SD Negeri Karanggondang. Untuk menuju sekolah siswa biasanya berjalan kaki, naik sepeda atau diantar oleh orang tua masing-masing. Tidak ada akses angkutan umum yang melintas di jalan depan sekolah.


(54)

SDN Karanggondang, bangunan fisik sekolah cukup baik. Sekolah ini memiliki 6 ruang kelas, 1 ruang guru dan kepala sekolah, 1 ruangan UKS, 1 ruang perpustakaan dan peralatan, 1 ruang ibadah, 11 Sanitasi (sumur, WC, kamar mandi), dan halaman sekolah.

Peneliti memilih kelas III SDN Karanggondang berdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran dan wawancara dengan guru pada magang 3 dan pada tanggal 3 Januari 2015. Dari pengamatan peneliti pembelajaran di kelas tersebut kurang menyenangkan, kurang aktif dan hasil belajar siswa belum mencapai kriteria ketuntasan yang ditentukan.

2. Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek dalam penilitian tindakan kelas ini adalah semua siswa kelas III SDN Karanggondang tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 38 siswa. Berikut daftar nama subyek penelitian tersebut:


(55)

Tabel 3. Daftar Nama siswa kelas III SD N Karanggondang

No Nama No Nama

1. DHS 20. DMN

2. AQS 21. FRD

3. DAR 22. IEQ

4. TKS 23. MIZN

5. MRAW 24. SF

6. LAYC 25. HA

7. NKD 26. ARFN

8. WIP 27. IM

9. DA 28. AN

10. EPA 29. AKH

11. NRM 30. FRD 12. LNM 31. QRP 13. AFMS 32. JMF

14. AH 33. RJD

15. DU 34. SABM

16. DPA 35. FF

17. SNS 36. AKH

18. NKS 37. AZA

19. DS 38. RM

Siswa kelas III SDN Karanggondang terdiri dari 23 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.

3. Deskripsi Hasil Penelitian a. Pra Tindakan

Data awal hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika dapat dilihat dari hasil pra tindakan pembelajaran Matematika yang dilakukan di kelas, dapat digambarkan pada tabel yaitu:


(56)

Tabel 4. Daftar Hasil Belajar dalam Pembelajaran Matematika Pra Tindakan Siswa Kelas III SDN Karanggondang

No Nama Ulangan Harian Ketuntasan (>74)

1. DS 70 Tidak Lulus

2. DM 70 Tidak Lulus

3. DAR 70 Tidak Lulus

4. AFMS 70 Tidak Lulus

5. AZA 70 Tidak Lulus

6. AH 73 Tidak Lulus

7. AKH 70 Tidak Lulus

8. AKH 72 Tidak Lulus

9. AN 75 Lulus

10. DPA 70 Tidak Lulus

11. DAAY 70 Tidak Lulus

12. DHS 70 Tidak Lulus

13. DU 70 Tidak Lulus

14. EPA 70 Tidak Lulus

15. FF 70 Tidak Lulus

16. FRD 70 Tidak Lulus

17. GNS 70 Tidak Lulus

18. HADH 70 Tidak Lulus

19. IEQA 70 Tidak Lulus

20. IM 76 Lulus

21. LAYC 72 Tidak Lulus

22. LNM 70 Tidak Lulus

23. MIZN 72 Tidak Lulus

24. MRAW 70 Tidak Lulus

25. NKS 70 Tidak Lulus

26. NKD 70 Tidak Lulus

27. NRMP 70 Tidak Lulus

28. QRP 70 Tidak Lulus

29. RJD 70 Tidak Lulus

30. SNS 70 Tidak Lulus

31. SABM 70 Tidak Lulus

32. SF 90 Lulus

33. TKS 73 Tidak Lulus

34. WI P 70 Tidak lulus

35. JMF 70 Tidak Lulus

36. ARFN 72 Tidak Lulus

37. AAN 70 Tidak Lulus


(57)

Ketuntasan dalam belajar matematika sebelum tindakan kelas, secara visual disajikan pada grafik berikut:

Gambar 2

Kentuntasan Kompetensi (Pra Tindakan) Siswa Kelas III SDN Karanggondang

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa dari 38 siswa kelas III SDN Karanggondang sebagai subyek penelitian, hanya 2 siswa (5,26%) yang tuntas dan 36 siswa (94,73%) belum tuntas dalam pembelajaran Matematika. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa (94,73%) belum tuntas. Nilai rata-rata kelas mencapai 7,12% belum mencapai kriteria yang ditentukan yaitu 75%. Berdasarkan kesepakatan dengan guru yang bersangkutan, penelitian dilakukan sesuai dengan jam pelajaran matematika kelas III.

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Pra Siklus

Tuntas Tidak Tuntas


(58)

b.Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Siklus pertama dilaksanakan tanggal 28 April 2015. Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini mencakup empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Tahapan-tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

Tahap pertama dalam penelitian tindakan kelas ini adalah perencanaan. Setelah peneliti melakukan observasi terhadap kondisi pembelajaran Matematika siswa kelas III SDN Karanggondang, peneliti bekerja sama dengan kolaborator untuk mengatasi permasalahan yang ada. Penyebab terjadi permasalahan dalam kegiatan pembelajaran Matematika telah teridentifikasi, yaitu siswa mengalami kesulitan dalam beberapa hal diantaranya: dalam memahami materi, mengajukan pertanyaan tentang hal yang belum dipahami, dan jenuh dalam mengikuti pembelajaran. Dengan melihat kondisi siswa dan permasalahan yang ada di kelas, peneliti bersama guru memutuskan untuk menggunakan media Kongkrit yang ada disekitar kelas dalam meningkatkan Hasil belajar Matematika siswa. Hasil dari perencanaan siklus I, yaitu:

a) Peneliti dan guru menetapkan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Penelitian diadakan hari selasa yaitu sesuai jadwal mata pelajaran Matematika di kelas III SDN Karanggondang.


(59)

b) Peneliti dan guru membuat perangkat pembelajaran, mulai dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar soal tes, kunci jawaban, lembar pedoman wawancara guru, dan pedoman wawancara siswa.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap kedua dari penelitian ini adalah pelaksanaan tindakan yang merupakan implementasi isi rancangan. Pada siklus I ini guru dan peneliti mempersiapkan ruang, dan alat yang dibutuhkan. Selanjutnya guru membuka kelas dengan memberikan apersepsi yang berkaitan dengan partisipasi siswa dalam pembelajaran yang dilanjutkan dengan pemberian materi mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar sederhana menggunakan media Kongkret yang disekitar kelas. Siswa diminta untuk mencari benda-benda yang ada disekitar ruang kelas yang merupakan bangun datar. Kemudian, guru menjelaskan tentang cara menghitung luas dari bangun datar yang berbentuk persegi dan persegi panjang. Selanjutnya guru menanyakan kepada siswa mengenai apa yang belum dipahami. Dengan demikian guru dan peneliti tahu apa saja yang masih belum dipahami. Siswa diberikan LKS setelah semua siswa benar-benar paham dengan materi yang disampaikan.

Karena penginformasian kepada siswa yang belum diterima dengan baik maka masih ada beberapa siswa yang mengerjakan tidak sesuai dengan arahan. Setelah dilakukan pembahasan peneliti mengulang materi yang sudah disampaikan agar siswa benar-benar mengerti dengan materi pembelajaran.


(60)

Tes siklus I diberikan setelah semua kegiatan tersebut dilalui untuk mengukur hasil belajar siswa siklus I. Adapun perhitungan nilai tes siklus 1 dan data hasil observasi dideskripsikan sebagai berikut:

a) Nilai Test

Untuk mengukur hasil belajar siswa kelas III SD N Karanggondang dilakukan dengan memberikan tes siklus 1. Adapun tabulasi data setelah siklus I kompetensi mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar , secara ringkas disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 5. Nilai Tes Siklus 1

Kompetensi mengidentifikasi berbagai bangun datar dan menghitung luas bangun persegi dan persegi panjang Siswa SD N Karanggondang

Setelah Siklus I

No. Siswa Nilai Ketuntasan Pra Siklus Siklus I

1 70 70 Tidak Tuntas

2 70 70 Tidak Tuntas

3 70 70 Tidak Tuntas

4 70 70 Tidak Tuntas

5 70 70 Tidak Tuntas

6 73 70 Tidak Tuntas

7 70 80 Tuntas

8 72 70 Tidak Tuntas

9 75 80 Tuntas

10 70 70 Tidak Tuntas

11 70 70 Tidak Tuntas

12 70 70 Tidak Tuntas

13 70 70 Tidak Tuntas

14 70 70 Tidak Tuntas

15 70 70 Tidak Tuntas

16 70 70 Tidak Tuntas

17 70 70 Tidak Tuntas

18 70 70 Tidak Tuntas

19 70 80 Tuntas

20 76 70 Tidak Tuntas


(61)

22 70 70 Tidak Tuntas

23 72 70 Tidak Tuntas

24 70 70 Tidak Tuntas

25 70 70 Tidak Tuntas

26 70 70 Tidak Tuntas

27 70 70 Tidak Tuntas

28 70 70 Tidak Tuntas

29 70 80 Tuntas

30 70 70 Tidak Tuntas

31 70 80 Tidak Tuntas

32 90 80 Tuntas

33 73 80 Tuntas

34 70 70 Tidak Tuntas

35 70 70 Tidak Tuntas

36 72 70 Tidak Tuntas

37 70 80 Tuntas

38 70 70 Tidak Tuntas

Ketuntasan kompetensi belajar Geometri setelah dilakukan tindakan kelas pada siklus I, secara visual disajikan pada grafik yaitu:

Gambar 3

Ketuntasan Kompetensi (setelah siklus 1)

Mengidentifikasi bangun ruang sederhana menurut sifatnya dan menghitung luas persegi dan persegi panjang pada siswa kelas III SD

Negeri Karanggondang 0 5 10 15 20 25 30 35 40

Pra Siklus Siklus I

Tuntas Tidak Tuntas


(62)

Berdasarkan data tersebut, setelah dilakukan tindakan kelas dengan penggunaan media kongkret pada siklus pertama, diketahui bahwa dari 38 siswa kelas III SDN Karanggondang sebagai subyek penelitian, 8 siswa (21,05%) tuntas dan 30 siswa(78,95%) belum tuntas.

Mengacu pada data yang diperoleh pada Siklus I tindakan kelas dengan penggunaan media kongkret menunjukan hasil yang cukup signifikan terjadi peningkatan pembelajaran Geometri sederhana pada siswa kelas III SDN Karanggondang, dari kondisi awal 5,26% siswa yang tuntas meningkat menjadi 21,05% atau terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas yang tadinya 7,12% menjadi 7,26%. Dari hasil yang diperoleh tersebut dirasa belum cukup memuaskan karena masih ada siswa yang belum tuntas dengan kriteria ketuntasan minimal yaitu 75 dan belum mencapai kriteria nilai rata-rata kelas yaitu 75%.

3. Tahap Observasi dan Evaluasi

Tahap ketiga dari penelitian tindakan kelas ini adalah pengamatan. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya tindakan. Pengamatan dilakukan terhadap guru dan siswa, baik sebelum, saat, maupun sesudah implementasi tindakan dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh pewawancara sebagai kolaborator peneliti, menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran pada siklus pertama berada pada rentang ’baik’. Dikatakan demikan karena dari 5 item yang ditanyakan, semua terpenuhi atau sesuai dengan yang diharapkan yaitu dengan menggunakan


(63)

media kongkret suasana belajar menyenangkan, siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan guru lebih mudah dalam menyampaikan materi yang diajarkan. Hasil ini tentu sudah baik dari batas keberhasilan yaitu pada rentang ’cukup’Oleh karena itu, tetapi hasil belajar siswa yang dicapai belum memenuhi kriteria maka peneliti melakukan persiapan pada tindakan siklus kedua dengan lebih baik lagi.

4. Tahap Refleksi

Tahap keempat dalam penelitian tindakan kelas ini adalah refleksi. Refleksi merupakan kegiatan untuk mengungkapkan kembali apa yang sudah dilakukan, menguraikan informasi, mengkaji secara mendalam kekurangan dan kelebihan tindakan tersebut.

Dalam tahap refleksi, peneliti dan guru melakukan evaluasi proses pembelajaran Matematika meteri geometri yang telah dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan pemahaman materi siswa dengan penggunaan media kongkret. Sehingga dalam penelitian tindakan kelas siklus I belum dikatakan berhasil. Selain itu, dalam tindakan siklus I masih terdapat kendala-kendala yang dialami siswa selama proses pembelajaran Mateematika. Berdasarkan hasil obsevasi, kendala-kendala yang dialami siswa yaitu: (1) beberapa siswa belum sepenuhnya paham dengan materi. Misalnya masih ada siswa yang kebingungan saat mengerjakan soal evaluasi. Guru menginstruksikan siswa untuk mengerjakan soal, siswa tersebut masih bertanya tentang cara


(64)

menghitung luas persegi dan persegi panjang. (2) salah satu tujuan penggunaan media kongkret adalah menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, tampaknya beberapa siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran. Siswa tersebut hanya diam jika diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan “apa rumus untuk menghitung luas persegi dan persegi panjang?”. (3) beberapa siswa kurang konsentrasi dalam mengerjakan soal dan angka-angka yang ada pada soal terlalu tinggi. Siswa tersebut masih kurang teliti dalam menghitung.

Permasalahan-permasalahan tersebut harus segera diatasi agar upaya meningkatkan hasil belajar Matematika dengan menggunakan media kongkret dapat berhasil sesuai rencana. Dalam mengatasi masalah tersebut, peneliti juga harus cermat karena jika permasalahan yang pertama sulit diatasi maka akan menghambat pelaksanaan tindakan selanjutnya. Meskipun demikian, secara keseluruhan pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar Matematika materi Geometri dengan penggunaan media kongkret berjalan dengan baik.

Di samping kendala-kendala tersebut, beberapa hal yang positif juga telah diraih oleh siswa dalam proses tindakan siklus I ini. Beberapa hal positif itu antara lain: (1) siswa mulai antusias dalam mengikuti pembelajaran Matematika, (2) siswa mulai aktif dalam pembelajaran, dan (3) jiwa kompetitif siswa mulai tumbuh. Hal ini tampak pada saat guru memberikan pertanyaan yang dikemas dalam kuis siswa sangat


(65)

memperhatikan. Untuk itu, disusunlah rencana perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus selanjutnya, yakni siklus kedua. Adapun perbaikan yang akan diterapkan pada siklus II adalah dengan menciptakan suasana pembelajaran yang santai, menyenangkan namun terkendali, guru menjelaskan ulang tahapan materi geometri, membuat angka soal evaluasi yang rendah, dan menambah waktu dalam penyelesaian. Serta guru dan peneliti sepakat untuk menggunakan pendekatan kooperatif, dengan menggunakan pendekatan kooperatif diharapkan siswa yang tadinya mengalami kesulitan dalam pembelajaran Matematika karena tidak mau bertanya pada guru dan cenderung tertutup, sekarang bisa terbuka, hal-hal yang dianggap sulit dan belum dimengerti bisa dibicarakan dengan teman satu kelompoknya.

c. Pelaksanaan Siklus II

Siklus kedua dilaksanakan tanggal 14 Mei 2015. Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini sama dengan pelaksanaan siklus I yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Tahapan-tahapan tersebut yaitu:

1. Tahap Perencanaan

Tahap awal dari pelaksanaan siklus II yaitu tahap perencanaan. Peneliti menyusun rencana perbaikan pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus ini. Adapun hasil dari perencanaan siklus 2, sebagai berikut.


(66)

a. Peneliti bersama guru menyamakan persepsi dan diskusi untuk merumuskan tindakan yang akan dilakukan pada siklus kedua.

b. Peneliti bersama guru sepakat akan menciptakan suasana pembelajaran yang santai, menyenangkan namun terkendali.

c. Guru dan peneliti sepakat untuk menggunakan metode diskusi dan Tanya jawab dalam tindakan siklus 2.

d. Peneliti dan guru membuat 50isbandi pembelajaran dan perangkat pembelajaran serta menyiapkan 50isbanding penelitian, mulai dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pedoman wawancara, soal tes dan lembar jawaban.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan. Pada tahap ini guru mempersiapkan ruang dan mengkondisikan siswa sebelum pembelajaran dimulai. Guru menjelaskan materi bangun datar. Siswa dan guru saling Tanya jawab kemudian siswa diberikan kesempatan untuk menunjukan sifat dari bangun datar dari sebuah lembar kertas dan juga mencoba menggambar contoh bangun ruang dipapan tulis. Selanjutnya siswa dan guru bersama-menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama.


(67)

Tes siklus II diberikan setelah semua kegiatan tersebut dilalui untuk mengukur hasil belajar siswa siklus II. Sebelum mengakhiri pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu mempertahankan konsistensi dan meningkatkan semangat belajar baik disekolah ataupun dirumah.

A. Nilai Test

Untuk mengukur prestasi belajar siswa kelas III SDN Karanggondang dilakukan dengan memberikan tes siklus 2. Adapun Tabulasi data setelah siklus 2 kompetensi Mengidentifikasi berbagai bangun datar sederhana menurut sifat atau unsurnya dan menghitung luas persegi dan persegi panjang , secara ringkas disajikan pada tabel sebagai berikut:


(68)

Tabel 6. Nilai Tes Siklus 2

Kompetensi Mengidentifikasi berbagai bangun ruang sederhana menurut sifat atau unsurnya dan menghitung luas persegi dan persegi

panjang Siswa Kelas III SD Negeri Karanggondang

No. Siswa Nilai Ketuntasan

Pra Siklus Siklus I Siklus II

1 70 70 70 Tidak Tuntas

2 70 70 90 Tuntas

3 70 70 40 Tidak Tuntas

4 70 70 80 Tuntas

5 70 70 90 Tuntas

6 73 70 80 Tuntas

7 70 80 70 Tidak Tuntas

8 72 70 80 Tuntas

9 75 80 80 Tuntas

10 70 70 80 Tuntas

11 70 70 80 Tuntas

12 70 70 60 Tidak Tuntas

13 70 70 90 Tuntas

14 70 70 80 Tuntas

15 70 70 90 Tuntas

16 70 70 90 Tuntas

17 70 70 80 Tuntas

18 70 70 60 Tidak Tuntas

19 70 80 80 Tuntas

20 76 70 80 Tuntas

21 72 90 70 Tidak Tuntas

22 70 70 80 Tuntas

23 72 70 90 Tuntas

24 70 70 90 Tuntas

25 70 70 80 Tuntas

26 70 70 80 Tuntas

27 70 70 90 Tuntas

28 70 70 80 Tuntas

29 70 80 80 Tuntas

30 70 70 80 Tuntas

31 70 80 70 Tidak Tuntas

32 90 80 80 Tuntas

33 73 80 90 Tuntas

34 70 70 80 Tuntas

35 70 70 80 Tuntas

36 72 70 80 Tuntas

37 70 80 80 Tuntas


(69)

Adapun ketuntasan kompetensi mengidentifikasi bangun ruang sederhana menurut sifat dan menghitung luas persegi dan persegi panjang setelah dilakukan tindakan kelas pada siklus II, secara visual disajikan pada grafik berikut ini:

Gambar 4. Ketuntasan Kompetensi (setelah siklus II) Mengidentifikasi bangun ruang sederhana menurut sifatnya dan

menghitung luas persegi dan persegi panjang pada siswa kelas III SDN Karanggondang

Berdasarkan tabel dan histogram di atas setelah dilakukan tindakan kelas dengan penggunaan media kongkret pada siklus kedua, diketahui bahwa dari 38 siswa kelas III SDN Karanggondang sebagai subjek penelitian, ada 31 siswa (81,58%) yang sudah tuntas dalam kompetensi mengidentifikasi berbagai bangun ruang sederhana menurut sifatnya dan menghitung luas persegi dan persegi panjang.

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Pra Siklus Siklus I Siklus II

tuntas tidak tuntas


(70)

Mengacu pada analisis data pada Siklus II tindakan kelas dengan penggunaan media kongkret pada penelitian ini diketahui bahwa terdapat peningkatan yang signifikan kompetensi mengidentifikasi berbagai bangun ruang sederhana menurut sifatnya dan menghitung luas persegi dan persegi panjang SD Negeri Karanggondang, dari kondisi awal 5,26% siswa yang tuntas dan pada siklus I ada 21,5% siswa yang tuntas dan pada akhir siklus II ini 81,58% siswa tuntas dan nilai rata-rata kelas meningkat dari pra siklus yaitu 7,12% ke siklus I menjadi 7,26% dan pada siklus II menjadi 7,95% dalam kompetensi mengidentifikasi bangun ruang sederhana menurut sifatnya dan menghitung luas persegi dan persegi panjang.

Hasil tersebut sudah mencapai target yang diharapkan yakni 31 siswa (81,58%) tuntas dan nilai rata-rata yang dicapai 7,95% dalam pembelajaran Matematika kompetensi mengidentifikasi berbagai bangun datar sederhanan menurut sifatnya dan menghitung luas persegi dan persegi panjang dengan menggunakan media kongkret.

3. Tahap Observasi

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan oleh pewawancara sebagai kolaborator peneliti, pada siklus II ini menunjukkan kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan. Pada siklus I hasil wawancara pada siswa dan guru yaitu suasana belajar menyenangkan, siswa lebih aktif dan guru lebih mudah menyampaikan materi dengan menggunakan media kongkret.


(71)

4. Tahap Refleksi

Tahap keempat dalam penelitian tindakan kelas ini adalah refleksi. Dalam kegiatan refleksi, guru dan peneliti mengevaluasi implementasi tindakan dan menganalisis dampak implementasi tindakan yang telah dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran Matematika dan keberhasilan pembelajaran dengan penggunaan media kongkret pada siklus II.

Pada siklus II, nilai kriteria ketuntasan minimal mengalami peningkatan dari siklus I. Siswa yang sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal meningkat dari 21,5% menjadi 81,58%. Hasil dirasa sudah cukup memuaskan, karena 55isbandin keberhasilan dalam penelitian ini sudah tercapai.

B. Pembahasan

Penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan ini menunjukkan hasil yang meningkat, terbukti penggunaan media kongkret mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas III semester 2 SDN Karanggondang tahun pelajaran 2014/2015.


(72)

1. Peningkatan Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar Matematika kelas III semester 2 SDN Karanggondang pada kondisi awal dengan nilai rata-rata 7,12% . Rata-rata ini masih di bawah dari kriteria yang ditentukan, yaitu 75%. Pelaksanaan siklus I dilakukan dan berdasarkan hasil analisis pada data akhir siklus I diperoleh peningkatan hasil belajar matematika kompetensi mengidentifikasi bangun ruang sederhana menurut sifatnya dan menghitung luas persegi dan persegi panjang dari 7,12% meningkat menjadi 7,26%. Pada siklus I perhatian siswa belum sepenuhnya fokus ketika pembelajaran berlangsung. Ketika diminta untuk bertanya atau mengemukakan pendapat oleh guru beberapa siswa cenderung diam karena malu. Bahkan ketika pembelajaran berlangsung ada sebagian anak yang berbuat gaduh dikelas sehingga mengganggu teman yang lain. Peningkatan ini belum cukup baik karena belum mencapai nilai rata-rata yang ditentukan. Maka dilanjutkan pelaksanaan siklus II. Hasil analisis data pada akhir siklus II diperoleh hasil matematika kompetensi mengidentifikasi bangun ruang sederhana menurut sifat dan menghitung luas persegi dan persegi panjang yaitu 7,95%. Dalam siklus II, terjadi peningkatan kualitas ketika pembelajaran berlangsung. Pada siklus I yang cenderung tidak fokus terhadap pembelajaran, di siklus II ini mereka menunjukkan minat yang bagus terhadap pembelajaran. Siswa lebih aktif dalam bertanya kepada guru, berpartisipasi untuk maju ke depan kelas untuk menggambar bentuk bangun datar sederhana, dan terjadi


(73)

lebih sedikit kegaduhan di kelas sewaktu pembelajaran berlangsung di siklus II ini dibanding siklus I.

Dilihat dari peningkatannya, terjadi peningkatan dari pra siklus yaitu 7,12% ke siklus I yaitu 7,26% dan ke siklus II menjadi 7,95%. Peningkatan ini sudah mencapai nilai rata-rata yang ditentukan yaitu 75%.

Selain itu, data wawancara menunjukan bahwa penggunaan media kongkret sangat membantu dalam pelaksanaan pembelajaran Matematika. Suasana belajar menyenangkan, siswa lebih mudah memahami materi yang dipelajari dan guru lebih mudah dalam mengajar.

Dari hasil-hasil tersebut di atas, terbukti bahwa penggunaan media kongkret mampu meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Matematika kelas III semester 2 SD Negeri Karanggondang tahun pelajaran 2014/2015. C.Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan pada siswa kelas III SD Negeri Karanggondang telah diupayakan untuk memperoleh hasil yang maksimal, namun pada kenyataannya masih terdapat kekurangan-kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan yaitu Pembelajaran Matematika dalam penelitian ini masih sebatas peningkatan hasil belajar siswa dalam ranah kogntif tingkatan pemahaman atau C2.


(74)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan media kongkret dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal itu dibuktikan dengan peningkatan yang dialami siswa dalam pembelajaran Matematika pada tiap siklusnya. Pembahasan setelah dilakukan observasi dalam penelitian mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada pra siklus, nilai rata-rata yang dicapai yaitu 7,12%. Pada pelaksanaan siklus I, rata-rata yang dicapai yaitu 7,26%. Karena nilai rata-rata yang diperoleh belum mencapai kriteria yang ditentukan yaitu 75% maka dilanjutkan ke siklus II. Pada pelaksanaan siklus II, nilai rata-rata yang dicapai yaitu 7,95%.

Keberhasilan proses ditunjukkan dengan keaktifan dan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan belajar siswa lebih komunikatif dan menyenangkan. Selain itu, guru juga memberikan respon positif karena penggunaan media kongkret dapat mengaktifkan siswa dan menjadikan suasana kelas lebih hidup. Hal ini dirasa sudah cukup memuaskan bagi guru dan peneliti. Dengan dari hasil penelitian dan pembahasan diketahui bahwa pembelajaran geometri menggunakan media kongkret dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas III SDN Karanggondang.


(75)

B. Saran

Beberapa saran yang dapat disampaikan dengan hasil penelitian ini yaitu:

1. Diharapkan kepada siswa, hasil belajar baik yang telah dicapai harus lebih ditingkatkan lagi dan media kongkret yang gunakan dengan kreatifitas untuk disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran dan karakteristik siswa akan lebih membantu siswa dalam memahami materi.

2. Diharapkan kepada guru kelas supaya menggunakan media kongkret agar dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran, terutama pembelajaran matematika dengan materi pokok Geometri.

3. Diharapkan guru, hendaknya media kongkret dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang lain dengan tetap memperhatikan karakteristik materi pelajaran dan karakteristik siswa.

4. Pembelajaran menggunakan media kongkret membutuhkan kreatifitas yang tinggi agar lebih menarik. Oleh karena itu guru harus kreatif dalam membuat media kongkret terutama dalam pembelajaran Matematika.


(76)

DAFTAR PUSTAKA

Arief S. Sadiman, dkk. (2014). Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers.

Azhar Arzyad. (2014). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Daryanto. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Gava Media.

Ending Setyo Winarni dan Sri Harmini. (2012). Matematika untuk PGSD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Huda Miftahul. (2013). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakaarta: Pustaka Pelajar.

Hamruni. (2011). Strategi Pendidikan. Yogyakarta: insane Madani.

Hujair AH Sanaky. (2013). Media Pembelajaaran Interaktif-Inovatif. Yogyakarta: Kaukaba Dipantata.

H.M. Ali Hamzah dan Muhlisrarini. (2014). Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: RajaGravindo Persada.

H. Rostina Sundayana. (2013). Media Pembelajaran Matematika (untuk guru, calon guru, orang tua, dan para pecinta matematika). Bandung: Alfabeta.

J.Tombokan Runtukahu dan Selpius Kandou. (2014). Pembelajaran Matematika Dasar bagi Anak Berkesulitan Belajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Martiyono. (2012). Perencanaan Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Muchtar A Karim, dkk. (1996). Pendidikan Matematika I. Malang: Depdiknas. Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Slameto. (2010). Belajar dan Factor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudarwan Danim. (2013). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Alfabeta. Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Bumi Aksara


(77)

Usman Samatowa. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Wina Sanjaya. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Yudhi Munadi. (2013). Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi (GP Press Group). Zainal Aqib. (2006). Penelitian Tindaka Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.


(78)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)