Berdasarkan ketentuan ini, pada awalnya badan penyelenggara program jaminan sosial tenaga kerja ini dilaksanakan oleh Perum ASTEK yang didirikan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1977. Namun, mengingat beberapa keunggulan dari badan usaha Perseroan Terbatas, maka untuk
selanjutnya perum ASTEK diubah menjadi PT Persero ASTEK berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1990 dan kemudian menjadi PT Persero
JAMSOSTEK berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995. Maksud dan tujuan PT Persero JAMSOSTEK pada prinsipnya untuk
menyelenggarakan program sebagaimana dikemukakan dalam ruang lingkup di atas, yaitu jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua, dan
jaminan pemeliharaan kesehetan. Dengan tujuan tersebut dana yang terkumpul dari penyelenggaraan programnya harus dikelola semata-mata untuk kepentingan
peserta dengan mempertimbangkan perimbangan yang memadai antara kekayaan dan kewajiban.
32
B. Aspek-Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan jaminan sosial yang telah dikeluarkan oleh pemerintah di zaman kemerdekaan secara berturut-turut adalah :
1. Undang-Undang Nomor 33 tahun 1974 tentang Kecelakaan;
2. Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 3 Tahun 1967 tentang
Pertanggungan Sakit, Hamil, dan Bersalin; 3.
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 tentang Asuransi Sosial Tenaga Kerja;
32
Zaeni Asyhandie, Op.Cit., hal. 89-90
Universitas Sumatera Utara
4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja.
33
Jaminan sosial bagi tenaga kerja ini mempunyai beberapa aspek, yaitu : 1 Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi tenaga
kerja beserta keluarganya; 2 Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempat mereka
bekerja.
34
Tujuan jaminan sosial tenaga kerja adalah untuk memberikan perlindungan kepada pekerja dan keluarganya dari berbagai resiko pasar tenaga kerja, seperti
resiko kehilangan pekerjaan, penurunan upah, kecelakaan kerja, sakit, cacat, lanjut usia, meninggal dunia, dan lain-lain. Jaminan sosial tenaga kerja diharapkan akan
dapat memberikan ketenangan bekerja kepada pekerja, dan sebagai timbal- baliknya diharapkan pekerja akan meningkatkan disiplin dan produktivitas kerja
mereka.
35
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan dilaksanakannya jaminan sosial bagi pekerjaburuh, yaitu sebagai berikut:
a Jaminan sosial menciptakan ketenangan kerja bagi pekerjaburuh dan
ketenangan berusaha bagi pengusaha sehingga mendorong terciptanya produktivitas kerja.
33
Ibid., hal. 56
34
Lanny Ramli., Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di Indonesia, Airlangga University Press,
Surabaya, 1997, hal. 2
35
Zainuddion., Proses Hukum Terhadap Kasus Jamsostek Dilihat Dari Aspek Sosiologi Hukum., Diakses dari http:zainuddion.blogspot.com200909proses-hukum-terhadap-kasus-
jamsostek.html, pada tanggal 23 Februari 2014 Pukul 17.26
Universitas Sumatera Utara
b Dengan adanya program jaminan sosial yang permanen, berarti
pengusaha dapat melakukan perencanaan yang pasti untuk kesejahteraan pekerjaburuhnya, dimana biasanya pengeluaran-
pengeluaran untuk jaminan sosial ini bersifat mendadak sehingga tidak bisa diperhitungkan terlebih dahulu.
c Dengan adanya jaminan sosial, praktis akan menimbulkan ikatan bagi
pekerjaburuh untuk bekerja di perusahaan tersebut serta tidak berpisah ke tempat lain.
d Jaminan sosial juga akan ikut menciptakan ketenangan kerja serta
menciptakan hubungan yang positif antara pekerjaburuh dan pengusaha. Hubungan yang positif ini sangat diperlukan untuk
kegairahan dan semangat kerja ke arah kenaikan produksi perusahaan yang pada gilirannya akan menumbuhkan rasa ikut bertanggung jawab
dengan rasa ikut memiliki sebagaimana yang dikehendaki oleh konsepsi Hubungan Industrial Pancasila.
e Dengan adanya program jaminan sosial ini, kepastian akan
perlindungan terhadap resiko-resiko dari pekerjaan akan terjamin, terutama untuk melindungi kelangsungan penghasilan pekerjaburuh
yang sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup beserta keluarganya.
36
Jika apa yang dikembangkan dalam konsepsi Hubungan Industrial Pancasila itu benar-benar berjalan dengan baik, pekerjaburuh bersama-sama dengan pengusaha
bisa menyatu sebagai satu kesatuan dan bertekad bersama-sama bergotong-
36
Zaeni Asyhandie., Op.Cit., hal. 36-37
Universitas Sumatera Utara
royong, bekerja keras dalam suasana kekeluargaan mensukseskan misi perusahaan yang pada gilirannya akan meningkatkan pula kesejakteraan pekerjaburuh.
37
Program jaminan sosial tenaga kerja di Indonesia sesungguhnya sudah mulai dirintis sejak tahun-tahun awal kemerdekaan, yaitu ketika Undang-Undang UU
No. 33 Tahun 1947 tentang “Kecelakaan Kerja” dan UU No. 34 Tahun 1947 tentang “Kecelakaan Perang” diberlakukan. Setahun berikutnya diluncurkan UU
Kerja No. 12 Tahun 1948 yang mengatur tentang “Usia Tenaga Kerja, Jam Kerja, Tempat Kerja, Perumahan, dan Kesehatan Buruh”.
Perlindungan bagi tenaga kerja diatur lagi pada tahun 1951 dengan diluncurkannya UU No. 2 Tahun 1951 tentang “Kecelakaan Kerja”. Pada tahun
1952 diberlakukan Peraturan Menteri Perburuhan PMP No. 48 Tahun 1952 jo PMP No. 8 Tahun 1956 tentang “Pengaturan Bantuan Untuk Usaha
Penyelenggaraan Kesehatan Buruh”. Ketentuan mengenai penyelenggaraan kesehatan buruh itu kemudian dilengkapi lagi dengan PMP No. 15 Tahun 1957
tentang “Pembentukan Yayasan Sosial Buruh”. Peraturan tersebut menguraikan tentang bantuan kepada badan yang menyelenggarakan usaha jaminan sosial. UU
tentang tenaga kerja yang agak lengkap lahir pada tahun 1969. Pada UU No. 14 Tahun 1969 tentang “Pokok-pokok Mengenai Tenaga Kerja” diatur tentang
penyelenggaraan asuransi sosial bagi tenaga kerja beserta keluarganya. Pada tahun 1992 Pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
DPR menerbitkan UU No. 3 Tahun 1992 tentang “Jaminan Sosial Tenaga Kerja” yang mewajibkan setiap perusahaan yang memiliki karyawan minimal 10
37
Ibid., hal. 39
Universitas Sumatera Utara
orang atau mengeluarkan biaya untuk gaji karyawannya minimal Rp 1 jutabulan untuk menyelenggarakan empat program Jamsostek, yaitu: Jaminan Hari Tua
JHT; Jaminan Kecelakaan Kerja JKK; Jaminan Kematian JK; dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK. UU ini juga menugaskan PT Jamsostek sebagai
pelaksana program Jamsostek di Indonesia, hal ini dipertegas lagi dengan PP No. 36 Tahun 1995 tentang “ Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan
Sosial Tenaga Kerja”.
38
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja ini sesungguhnya merupakan hasil dari tugas tim yang dibentuk oleh pemerintah cq.
Menteri Tenaga Kerja dan Koperasi pada tahun 1972 tersebut. Undang-undang ini berlaku efektif sejak dikeluarkan peraturan pelaksananya, yaitu PP Nomor 14
Tahun 1993 diundangkan tanggal 17 Februari 1993. Jadi jelas, bahwa pemerintah memang menghendaki adanya perlindungan jaminan sosial bagi
tenaga kerja secara keseluruhan yang meliputi jaminan sakit, hamil, bersalin, hari tua, meninggal dunia, cacat dan menganggur bagi seluruh tenaga kerja termasuk
tenaga kerja yang bekerja di luar hubungan kerja.
39
C. Fungsi Jaminan Sosial Tenaga Kerja