menengah, sampai yang kecil tenaga kerjanya untuk menanggungnya. Salah satu cara JAMSOSTEK dalam melakukan fungsinya adalah berfungsi
menyelenggarakan Program Jaminan Kecelakaan Kerja JKK, Program Jaminan Kematian JK, Program Jaminan Hari Tua JHT, dan Program Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan JPK.
41
D. Jenis-Jenis Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Jaminan sosial tenaga kerja Jamsostek sebagaimana didasarkan pada UU No. 3 Tahun 1992, pada prinsipnya merupakan sistem asuransi sosial bagi pekerja yang
mempunyai hubungan industrial beserta keluarganya. Skema Jamsostek meliputi program-program yang terkait dengan risiko, seperti:
1. Jaminan Kecelakaan Kerja;
2. Jaminan Kematian;
3. Jaminan Hari Tua; dan
4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.
1. Jaminan Kecelakaan Kerja
a. Pengertian Kecelakan Kerja
kecelakaan kerja maksudnya adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada suatu perusahaan. Berhubungan dengan hubungan
kerja adalah kecelakaan tersebut bersumber atau berasal dari perusahaan yang umumnya disebabkan oleh empat faktor, yaitu sebagai berikut:
41
Ibid., hal. 3-4
Universitas Sumatera Utara
a Faktor Manusianya
Misalnya karena kurangnya keterampilan atau kurangmya pengetahuan, atau karena salah penempatan.
b Faktor Materialnyabahannyaperalatannya
Misalnya bahan yang seharusnya terbuat dari besi, akan tetapi supaya lebih murah dibuat dari bahan lainnya sehingga dengan
mudah menimbulkan kecelakaan. c
Faktor Bahayasumber bahaya, ada dua: -
Perbuatan berbahaya Misalnya karena metode kerja yang salah,
keletihankelesuhan, sikap kerja yang tidak sempurna, dan sebagainya.
- Kondisikeadaan berbahaya
Yaitu keadaan yang tidak aman dari mesinperalatan- peralatan. Lingkungan, proses, sifat pekerjaan.
d Faktor yang dihadapi
Misalnya kurangnya pemeliharaanperawatan mesin- mesinperalatan sehingga tidak bisa bekerja dengan sempurna.
Dengan faktor-faktor di atas, merupakan kewajiban pengusaha untuk menjelaskan kepada pekerjaburuhnya terutama yang baru tentang hal-hal
yang di atas tadi.
42
42
Zaeni Asyhandie, Op.Cit., hal.127-128
Universitas Sumatera Utara
b. Kategori Kecelakaan Kerja
Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 1977 tentang Asuransi Sosial Tenaga Kerja dan UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
memperluas pengertian kecelakaan kerja dengan meliputi penyakit yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, namun dengan catatan bahwa
kalau penyakit tersebut menyebabkan yang bersangkutan cacat atau meninggal dunia, maka untuk dapat dianggap sebagai penyakit kecelakaan
kerja haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut adalah:
a Pekerjaan pekerjaburuh harus menanggung resiko penyebab
penyakit itu; b
Pekerjaburuh yang bersangkutan berhubungan langsung dengan resiko tersebut;
c Penyakit tersebut telah berlangsung selama suatu masa tertentu;
d Tidak ada kelalaian atau kesengajaan oleh pekerjaburuh sehingga
ia terkena penyakit itu; e
Khusus untuk penyakit tertentu slicosis, absestosis, dan bsynosis tidak dianggap sebagai penyakit akibat kerja kecelakaan kerja
jika pekerjaburuh menderita penyakit tersebut lebih dari tiga tahun sejak dia berhenti bekerja di tempat penyebab penyakit
itu.
43
43
Ibid., hal. 133-134
Universitas Sumatera Utara
Dalam kaitannya dengan kecelakaan kerja ada suatu jenis kecelakaan yang tidak dapat dikategorikan sebagai kecelakan kerja. jenis-jenis kecelakaan kerja tersebut
adalah : a
Kecelakaan yang terjadi pada waktu cuti, yaitu yang bersangkutan sedang bebas dati urusan pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung
jawabnya. Jika yang bersangkutan mendapat panggilan atau tugas dari perusahaan, dalam perjalanan untuk memenuhi panggilan tersebut,
yang bersangkutan sudah dijamin oleh Jaminan Kecelakaan Kerja. b
Kecelakaan yang terjadi di mes perkemahan yang tidak berada di lokasi tempat kerja.
c Kecelakaan yang terjadi dalam rangka melakukan, kegiatan yang
bukan merupakan tugas dari atasan, untuk kepentingan perusahaan. d
Kecelakaan yang terjadi pada waktu yang bersangkutan meninggalkan tempat kerja untuk kepentingan pribadi. Contoh: pergi makan tidak
dianggap sebagai kecelakaan kerja jika perusahaan menyediakan fasilitas makan.
Jenis kecelakan di atas tentunya tidak akan mendapatkan jaminan dari Badan Penyelenggara.
44
c. Iuran Kecelakaan Kerja
44
Ibid., hal. 136-137
Universitas Sumatera Utara
Iuran bagi program jaminan sosial, khususnya program jaminan kecelakaan kerja ini biasanya dibayar oleh penguasa. Kewajiban pengusaha untuk
membayar iuran kecelakaan kerja didasari oleh prinsip “ siapa yang berani mempekerjakan seseorang harus berani pula menanggung risiko akibat
dipekerjakannya itu.” Inilah yang disebut asas “Employer’s Liabilit” atau “tanggung jawab pengusaha.”
Pekerjaburuh yang harus diberikan ganti rugi apabila menderita kecelakaan menurut UU No. 33 Tahun 1947 ini adalah : “Setiap orang yang bekerja
pada majikan di perusahaan yang diwajibkan memberikan tunjangan dengan mendapatkan upah” vide Pasal 6 ayat 1 UU No. 33 Tahun 1974.
45
Mekanisme asuransi sosial untuk jaminan kecelakaan kerja pertama kali dipergunakan dalam program Asuransi Sosial Tenaga Kerja ASTEK
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977. Dengan demikian, mekanisme pembayaran iuran atau premi untuk kecelakaan kerja oleh
pengusaha dimulai dengan berlakunya peraturan pemerintahan tersebut.
46
d. Kewajiban Pengusaha Dalam Hal Terjadinya Kecelakaan Kerja
Dalam hal terjadinya kecelakaan kerja yang menimpa pekerjaburuh yang dipertanggungkan dalam program jaminan sosial tenaga kerja, maka
kewajiban pengusaha adalah sebagai berikut: a
Wajib melaporkan setiap kecelakaan kerja yang menimpa pekerjaburuhnya kepada Kantor Dinas Tenaga Kerja dan badan
45
Ibid., hal. 140
46
Ibid., hal. 142
Universitas Sumatera Utara
penyelenggara setempat sebagai laporan kecelakaan kerja tahap I dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam sejak terjadinya
kecelakaan. b
Wajib mengirim laporan kecelakaan kerja tahap II kepada Kantor Dinas Tenaga Kerja dan badan penyelenggara setempat dalam
waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam setelah pekerjaburuh yang tertimpa kecelakaan kerja mendapatkan surat keterangan dokter
yang menerangkan: a
Keadaan sementara tidak mampu bekerja telah berakhir; atau
b Keadaan cacat sebagian untuk selama-lamanya; atau
c Keadaan cacat total untuk selama-lamanya baik fisik
maupun mental; atau d
Meninggal dunia. Laporan kecelakaan kerja tahap II yang disampaikan kepada badan
penyelenggara berfungsi sebagai pengajuan permintaan pembayaran jaminan kecelakaan kerja. oleh karena itu, laporan kecelakaan kerja ini
harus dilampiri:
- Fotokopi kartu peserta; - Surat keterangan dokter sebagaimana dikemukakan di atas;
- Kuitansi biaya pengobatan dan pengangkutan. Dengan demikian, ini berarti biaya pengobatan dan pengangkutan dibayar terlebih
dahulu oleh pengusaha;
Universitas Sumatera Utara
- Dokumen pendukung lain yang diperlukan oleh badan penyelenggara.
c Wajib melaporkan penyakit yang timbul karena hubungan kerja
dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam sejak menerima hasil diagnosis dari dokter pemeriksa.
47
2. Jaminan Kematian