Jaminan Hari Tua Jenis-Jenis Perlindungan Tenaga Kerja Dalam Badan Penyelenggaraan

Dalam hal pemberi kerja menunggak iuran kurang dari enam bulan dan peserta meninggal dunia, BPJS Ketenagakerjaan tetap wajib membayarkan manfaat jaminan kematian JKm kepada ahli waris peserta. Perlunya pengaturan ini agar peserta tetap mendapatkan haknya atas manfaat jaminan kematian JKm walaupun pemberi kerja lalai dalam membayarkan iuran kepada BPJS Ketenagakerjaan. Namun pengaturan tetap memperhitungkan rasa keadilan. Jika tunggakan kurang dari 6 enam bulan maka pemberi kerja hanya dikenakan denda dan tidak diwajibkan membayar manfaat jaminan kematian JKm kepada ahli waris peserta. Ketentuan ini untuk menjaga keseimbangan antara kelalaian pemberi kerja dengan sanksi. Pemberi kerja dikenakan sanksi dalam bentuk kewajiban untuk membayarkan manfaat jaminan kematian JKm. 82

3. Jaminan Hari Tua

a. Kepesertaan Program Jaminan Hari Tua JHT Kepesertaan program jaminan hari tua JHT dimulai sejak peserta mendaftarkan diri kepada BPJS Ketenagakerjaan dan membayar iuran. Dengan demikian iuran bulan pertama dibayarkan oleh pemberi kerja bersamaan dengan waktu pendaftaran sebagai peserta program jaminan hari tua JHT. Kepesertaan program JHT berakhir dengan ketentuan sebagai berikut: 82 Chazali H. Situmorang, Op.Cit., hal. 105-106 Universitas Sumatera Utara a Peserta mencapai usia pensiun atau dipensiunkan, hal ini untuk mengakomodir variasi usia pensiu; b Peserta dinyatakan mengalami cacat total tetap. Walaupun peserta yang bersangkutan belum mencapai usia pensiun, namun mengingat peserta tersebut sudah mengalami cacat total tetap dan tidak bisa bekerja lagi sehingga tidak mungkin untuk membayar iuran, maka kepesertaannya berakhir; c Peserta meninggal dunia; d Peserta meninggalkan Indonesia untuk selamanya. 83 Peserta yang meninggalkan Indonesia untuk selamanya kesulitan untuk membayar iuran. Oleh karena itu kepesetaannya berakhir pada saat meninggalkan Indonesia untuk selamanya. Bagi peserta yang meninggalkan Indonesia untuk sementara waktu, kepesertaannya dapat berlanjut setelah kembali ke Indonesia. 84 Pekerja yang pindah tempat kerja harus memberitahukan kepesertaannya kepada pemberi kerja yang baru dengan menunjukkan identitas peserta. Dengan pindahnya pekerja dari satu pemberi kerja ke pemberi kerja yang lain, tidak berarti kepesertaannya pada program jaminan hari tua JHT terputus. Pemberi kerja yang baru harus memberikan informasi kepada BPJS Ketenagakerjaan tentang adanya peserta yang baru pindah ke perusahaannya. Pemberitahuan pindah tempat kepada BPJS dimaksudkan 83 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1993 Tetang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Pasal 37 ayat 1 84 Ibid., Pasal 25 Universitas Sumatera Utara agar tidak terjadi penerbitan kartu kepesertaan ganda untuk satu orang peserta. Masa iur pekerja yang pindah tempat kerja merupakan akumulasi dari masa iur tempat kerja yang lama dengan masa iur di tempat kerja yang baru. Ketentuan masa iur dalam program jaminan hari tua JHT menjadi penting terkait dengan syarat untuk mengambil sebagian manfaat jaminan hari tua JHT sekurang-kurangnya 10 tahun. Syarat dan tata cara pendaftaran peserta akan diatur dengan peraturan presiden. 85 b. Manfaat Program Jaminan Hari Tua JHT Manfaat JHT bagi peserta yang di PHK atau berhenti bekerja sebelum usia pensiun dibayarkan pada saat peserta mencapai usia pensiun. Hal ini perlu ditegaskan, sesuai dengan filosofi program jaminan hari tua, yaitu agar di usia pensiun mendapatkan uang tunai, maka peserta yang terPHK atau berhenti bekerja sebelum memasuki usia pensiun tidak serta merta dapat memperoleh pembayaran manfaat jaminan hari tua. Pembayarannya akan diberika pada saat memasuki usia pensiun. 86 BPJS Ketenagakerjaan menetapkan besarnya manfaat JHT paling lambat 30 tiga puluh hari sebelum peserta mencapai usia pensiun dan memberitahukan kepada peserta. 87 Dengan demikian peserta mempunyai kesempatan untuk mengajukan klaim pembayaran manfaat JHT sehingga peserta dapat menerima manfaat jaminan hari tua tepat pada waktunya. 85 Chazali H. Situmorang., Op.Cit., hal. 107 86 Ibid., hal 110 87 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993, Op.Cit., Pasal 30 Universitas Sumatera Utara Pembayaran manfaat JHT dapat diberikan sebagian setelah masa kepesertaan mencapai minimal 10 sepuluh tahun. Batas jumlah pembayaran sebagian manfaat JHT sebanyak-banyaknya sebesar jumlah hasil pengembangan dana JHT peserta pada akhir bulan sebelum pengajuan pembayaran. Pembayaran manfaat JHT sebanyak-banyaknya 3 tiga kali selama menjadi peserta. Pembatasan dilakukan agar tidak menghilangkan tujuan Program Jaminan Hari Tua JHT. Pengajuan pembayaran manfaat JHT adalah sebagai dasar bagi BPJS untuk membayarkan manfaat JHT. Pengajuan pembayaran manfaat JHT dilakukan dengan melampirkan identitas kepesertaan sebagai bukti bahwa yang bersangkutan betul sebagai peserta jaminan hari tua. Berdasarkan pengajuan pembayaran, BPJS Ketenagakerjaan membayarkan manfaat JHT secara sekaligus kepada peserta atau ahli waris peserta yang meninggal dunia. Pembayaran manfaat JHT dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan selambar-lambatnya 30 hari kalender sejak pengajuan pembayaran diterima oleh BPJS Ketenagakerjaan. Ketentuan batas waktu dimaksudkan agar peserta dapat menerima pembayaran manfaat jaminan hari tua tepat waktu. 88

4. Jaminan Pensiun JP

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Bagi Pekerja/Buruh Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs)

1 50 107

Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Melalui Asuransi JAMSOSTEK Dengan Program BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Studi Pada PT. JAMSOSTEK Cabang Medan)

2 53 141

Analisis Terhadap Status Hukum Dan Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Outsourcing Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

11 248 141

Kepesertaan Perusahaan Dan Tenaga Kerja Dalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja Pada PT. Jamsostek Cabang Medan Tahun 2006

0 28 8

Perlindungan Hak Kreditor Dengan Jaminan Fidusia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia

0 10 149

Perlindungan Hukum Terhadap Hak-Hak Tertanggung Dalam Pelaksanaan Klaim Asuransi Kebakaran (Studi Pada PT. Asuransi Bintang, Tbk Cabang Medan Dan PT. Asuransi Parolamas Cabang Medan)

1 28 159

Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Dalam Hal Teradi Pemutusan Hubungan Kerja Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

0 4 26

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERASURANSIAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DI INDONESIA - Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Melalui Asuransi JAMSOSTEK Dengan Program BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 20

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN - Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Melalui Asuransi JAMSOSTEK Dengan Program BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Studi Pada PT. JAMSOSTEK Cabang Medan)

0 0 18

Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Melalui Asuransi JAMSOSTEK Dengan Program BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Studi Pada PT. JAMSOSTEK Cabang Medan)

0 0 11