yang bersangkutan hingga kembali dapat melakukan pekerja yang biasa dilakukan dengan baik. Santunan uang tunai yang dibayarkan sekaligus
diberikan sesuai dengan tingkat kecacatan yang ditetapkan oleh dokter yang memeriksa atau dokter penasehat.
Peserta yang tertimpa kecelakaan kerja akan menerima salah satu dari bentuk santunan berikut:
a Santunan cacat total tetap, diberikan jika peserta mengalami cacat
yang mengakibatkan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan.
b Santunan cacat total sebagian, jika peserta mengalami cacat
jasmani danatau rohani yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak mampu lagi melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan
dengan baik, namun masih bisa melakukan pekerjaan lain yang lebih ringan.
c Santunan cacat kekurangan fungsi, diberikan jika peserta
mengalami cacat jasmani danatau rohani yang tidak mengakibatkan yang bersangkutan terganggu dalam
melaksanakan pekerjaan yang biasa dilakukan. d
Santunan kematian apabila meninggal dunia.
77
2. Jaminan Kematian
a. Kepesertaan Program Jaminan Kematian JKm
77
Ibid., hal. 93-94
Universitas Sumatera Utara
Peserta program jaminan kematian JKm diklasifikasikan menjadi 2 dua yaitu peserta pekerja penerima upah dan peserta pekerja bukan penerima
upah. Klasifikasi ini dimaksudkan untuk membedakan cara penetapan iuran. Iuran bagi peserta pekerja penerima upah ditetapkan sebesar presentase
tertentu dari upah, sedangkan iuran bagi peserta bekerja bukan penerima upah ditetapkan berdasarkan jumlah nominal tertentu yang ditinjau secara
berkala oleh pemerintah.
78
Peserta pekerja penerima upah adalah pekerja yang bekerja pada perusahaan dan penerima manfaat jaminan kematian. Yang dimaksud dengan
perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik
milik swasta maupun milik negara yang mempekrjakan pekerjaburuh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain dan usaha-usaha
sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
79
Sedangkan yang dimaksud dengan penerima manfaat jaminan kematian adalah ahli waris pekerja perusahaan.
Peserta pekerja bukan penerima upah meliputi: a
Pemberi kerja b
Orang yang berusaha sendiri, orang yang berusaha sendiri adalah orang yang dalam menjalankan usahanya tidak dibantu oleh
78
Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Pasal 46
79
Republik Indonesia, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2013 Tentang Penahapan Kepesertaan Program Jaminan Sosial, Pasal 1 ayat 8
Universitas Sumatera Utara
orang lain atau pekerja mandiri. Sebagai contoh adalah dokter, pengacara, tukang ojek dengan motor milik sendiri
c Orang yang bekerja atau berusaha dengan sistem bagi hasil atau
komisi. Contoh orang yang bekerja atau berusaha dengan sistem bagi hasil adalah pemilik modal yang bekerja sama dengan
pihak lain dalam menjalankan suatu usaha. Usahanya dijalankan oleh pihak lain, kemudian keuntungan dibagi bersama sesuai
dengan perjanjian. Contoh orang yang bekerja dengan sistim setoran adalah sopir bus yang membawa bus bukan miliknya,
imbalan diperoleh dari sisa setoran.
80
Pekerja yang pindah tempat kerja harus memberitahukan kepesertaannya kepada pemberi kerja yang baru dengan menunjukkan identitas peserta.
Dengan pindahnya pekerja dari satu pemberi kerja ke pemberi kerja yang lain, tidak berarti kepesertaannya pada program jaminan kematian terputus,
pemberi kerja yang baru harus memberikan informasi kepada BPJS Ketenagakerjaan tentang adanya peserta yang baru pindah ke
perusahaannya. Pemberitahuan pindah tempat kepada BPJS dimaksudkan agar tidak terjadi kepesertaan ganda untuk satu orang peserta. Syarat dan
tata cara pendaftaran peserta akan diatur dengan Peraturan Presiden. b.
Iuran Program Jaminan Kematian JKm Iuran jaminan kematian JKm bagi peserta pekerja penerima upah yang
masih aktif bekerja ditanggung seluruhnya oleh pemberi kerja. ketentuan ini
80
Ibid., Pasal 7
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan tanggung jawab pemberi kerja terhadap pekerjanya. Iuran jaminan kematian JKm bagi peserta penerima manfaat ditanggung oleh
peserta. Pekerja yang sudah purna tidak lagi menjadi tanggung jawab pemberi kerja. Besarnya iuran adalah sebesar 0,3 eksisting dari gaji atau
upah atau manfaat pensiun. Perusahaan besarnya iuran diatur lebih lanjut dengan Peratuaran Presiden.
Jika pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja bekerja kembali pada pemberi kerja lain, iuran jaminan kematian JKm dibayar oleh
pemberi kerja lain. Iuran program jaminan kematian bagi fakir miskin dan tidak mampu dibayar oleh pemerintah dengan memperhatikan keuangan
negara. Upah yang dijadikan sebagai dasar perhitungan pembayaran iuran meliputi
upah pokok dan tunjangan tetap. Dalam hal upah pekerja didasarkan pada satuan hasil, pekerja dianggap menerima upah sebesar upah minimun
setempat. Upah pekerja yang didasarkan pada satuan hasil dapat berubah- ubah dari waktu ke waktu. Penggunaan standar upah minimum setempat
sebagai dasar perhitungan iuran dimaksudkan untuk memudahkan administrasi iuran.
Iuran jaminan kematian JKm bagi peserta bukan penerima upah ditanggung sendiri oleh peserta, karena pekerja bukan penerima upah adalah
pemberi kerja bagi dirinya sendiri. Iuran bagi peserta bukan penerima upah ditetapkan dalam jumlah nominal yang ditinjau oleh pemerintah secara
Universitas Sumatera Utara
berkala, oleh karena itu besaran iuran yang ditetapkan adalah sebesar iuran untuk pertama kali.
Peninjauan iuran secara berkala dimaksudkan agar dapat menjamin kecukupan dana untuk pembayaran manfaat. Manfaat jaminan kematian
ditetapkan sebesar jumlah nominal tertentu yang diindeks dengan PDB per kapita. Oleh karena itu nominal iuran yang harus dibayarkan oleh pekerja
bukan penerima upah harus disesuaikan secara berkala. Pemberi kerja wajib membayar dan menyetorkan iuran jaminan kematian kepada BPJS
Ketenagakerjaan. Iuran tersebut disetorkan kepada BPJS Ketenagakerjaan setiap bulan paling lambat tanggal 15 lima belas bulan berikutnya dari
bulan iuran yang bersangkutan. Tanggal pembayaran iuran perlu ditetapkan untuk menjamin ketetapan pembayaran iuran peserta.
Keterlambatan pembayaran iuran oleh pemberi kerja dikenakan denda sebesar 1 satu perseratus untuk setiap bulan keterlambatan yang dihitung
dari iuran yang seharusnya dibayar oleh pemberi kerja. pembayaran denda
keterlambatan dibebankan kepada pembayar iuran, yaitu: Pertama,
ditanggung sepenuhnya oleh pemberi kerja bagi peserta pekerja penerima
upah yang masih aktif. Kedua, ditanggung oleh peserta bagi peserta
penerima pensiun dan peserta pekerja bukan penerima upah. Pembayaran denda dilakukan sekaligus bersama-sama dengan penyetoran iuran bulan
berikutnya. Keterlambatan dan denda merupakan piutang BPJS
Universitas Sumatera Utara
Ketenagakerjaan kepada pemberi kerja atau peserta pensiunan pekerja mandiri.
81
c. Manfaat Program Jaminan Kematian JKm
Ahli waris yang sah dari peserta yang meninggal dunia berhak atas manfaat jaminan kematian. Urutan ahli waris yang berhak menerima manfaat
jaminan kematian adalah: 1 Janda atau duda; 2 Anak; 3 Orang tua; 4 Cucu; 5 Kakek atau nenek; 6 Saudara kandung; 7 Mertua. Jika tidak
ada ahli waris yang sah, maka biaya pemakaman dibayarkan kepada pihak yang mengurus pemekaman, dan uang duka diberikan kepada badan hukum
publik atau sesuai putusan pengadilan. Besar manfaat jaminan kematian yang dibayarkan kepada ahli waris
ditetapkan sejumlah tertentu, misalnya saat ini sebesar Rp. 17.500.000,- tujuh belas juta lima ratus ribu rupiah yang diindeks dengan PDB per
kapita. Karena manfaat jaminan kematian ditetapkan dalam jumlah nominal, maka perlu diindek agar nilai riilnya tetap dapat dipertahankan. Manfaat
jaminan kematian JKm wajib dibayarkan secara sekaligus lump sum. Pembayaran manfaat jaminan kematian wajib dilakukan paling lama tujuh
hari sejak diterimanya surat keterangan kematian oleh BPJS Ketenagakerjaan.
Perlu pengaturan waktu pembayaran manfaat agar ahli waris dapat menerima pembayaran manfaat jaminan kematian secara tepat waktu.
81
BPJS Info, Jaminan Kematian, diakses dari
http:www.BPJS.infoprogramJaminan_Kematian_JK_-21, pada tanggal 11 Juni 2014 pukul 19.17
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal pemberi kerja menunggak iuran kurang dari enam bulan dan peserta meninggal dunia, BPJS Ketenagakerjaan tetap wajib membayarkan
manfaat jaminan kematian JKm kepada ahli waris peserta. Perlunya pengaturan ini agar peserta tetap mendapatkan haknya atas manfaat jaminan
kematian JKm walaupun pemberi kerja lalai dalam membayarkan iuran kepada BPJS Ketenagakerjaan.
Namun pengaturan tetap memperhitungkan rasa keadilan. Jika tunggakan kurang dari 6 enam bulan maka pemberi kerja hanya dikenakan denda dan
tidak diwajibkan membayar manfaat jaminan kematian JKm kepada ahli waris peserta. Ketentuan ini untuk menjaga keseimbangan antara kelalaian
pemberi kerja dengan sanksi. Pemberi kerja dikenakan sanksi dalam bentuk kewajiban untuk membayarkan manfaat jaminan kematian JKm.
82
3. Jaminan Hari Tua