Sistematika Penulisan Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Melalui Asuransi JAMSOSTEK Dengan Program BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Studi Pada PT. JAMSOSTEK Cabang Medan)

Cabang MEDAN ” belum pernah ditulis sebelumnya. Dengan demikian, berdasarkan perumusan masalah serta tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini, maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya yang asli dan bukan merupakan hasil jiplakan dari skripsi orang lain. Skripsi ini dibuat berdasarkan hasil pemikiran sendiri, refrensi dari buku-buku, undang-undang, makalah-makalah, serta media elektronik yaitu internet dan juga mendapat bantuan dari berbagai pihak. Berdasarkan asas-asas keilmuan yang rasional, jujur, dan terbuka, maka penelitian dan penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

G. Sistematika Penulisan

Guna memudahkan pemahaman atas isi dari skripsi ini, penulis membuat sistematika pembahasan secara teratur yang semuanya mempunyai hubungan erat satu dengan yang lain. Dalam skripsi ini terdiri dari 5 lima bab dan sejumlah sub bab. Adapun sistematika dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang landasan dan dasar pemikiran bagi penyusun skripsi, baik mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, keaslian penulisan, dan sistematika penulisan. Universitas Sumatera Utara BAB II : Tinjauan Umum Tentang Perasuransian Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia Bab ini menguraikan tentang pengertian hukum perasuransian jaminan sosial tenaga kerja di Indonesia, aspek hukum jaminan sosial tenaga kerja, fungsi jaminan sosial tenaga kerja, dan jenis-jenis jaminan sosial tenaga kerja. BAB III : Tinjauan Hukum Perlindungan Tenaga Kerja Dalam Transformasi JAMSOSTEK Menjadi BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Bab ini membahas mengenai pengertian BPJS, dasar hukum BPJS, fungsi BPJS dan jenis-jenis BPJS setelah diberlakukannya dan menggantikan PT.JAMSOSTEK. BAB IV : Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Melalui Asuransi JAMSOSTEK Dengan Program BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Bab ini membahas mengenai prosedur penanganan dalam mengatasi masalah ketidak sesuaian data para pekerja dilihat dari sudut pandang JAMSOSTEK dan BPJS, perbandingan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja yang diberikan oleh JAMSOSTEK dan BPJS, dan akibat hukum terhadap perusahaan yang terlambat membayar iuran kepada pihak JAMSOSTEK dan BPJS. Universitas Sumatera Utara BAB V : Kesimpulan dan Saran Bab ini merupakan bab terakhir dari skripsi ini yang berisikan kesimpulan dan saran yang menjadi pokok-pokok pikiran penulis berdasarkan atas uraian-uraian yang telah di kemukakan. Universitas Sumatera Utara 18 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERASURANSIAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DI INDONESIA Dalam kehidupan dan kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai hal yang menunjukkan sifat hakiki dari kehidupan itu sendiri, sifat hakiki yang dimaksud di sini adalah suatu sifat “tidak kekal” yang selalu menyertai kehidupan dan kegiatan manusia pada umumnya. Keadaan yang tidak kekal biasanya mengalami adanya suatu keadaan yang tidak dapat diramalkan terlebih dahulu secara tepat sehingga dengan demikian maksudnya tidak akan memberikan rasa pasti terhadap resiko yang mungkin saja bisa terjadi dimana saja. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi resiko yang mungkin saja bisa terjadi dimana saja dan oleh siapa saja antara lain dilakukan dengan cara menghindari, atau melimpahkannya kepada pihak-pihak lain di luar dirinya sendiri, dalam hal ini yang dimaksud dengan melimpahkannya kepada pihak lain di luar dirinya sendiri adalah lembaga asuransi. 16 Suatu lembaga atau institusi pada hakikatnya berada dan ada di tengah-tengah masyarakat. Berbagai jenis lembaga ada dan dikenal dalam masyarakat yang masing-masing mempunyai tugas sendiri, sesuai dengan maksud dan tujuan dari tiap lembaga yang bersangkutan. Lembaga yang merupakan organ masyarakat 16 Sri Rezeki Hartono., Hukum Asuransi Dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal. 2 Universitas Sumatera Utara yang merupakan “sesuatu” yang keberadaannya adalah untuk memenuhi tugas sosial dan kebutuhan khusus masyarakat. 17 Sebab hal itu juga yang menjadi salah satu tujuan dibentunya Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni mensejahterakan rakyat, hal ini dapat dilihat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 apa yang dicantumkan dalam UUD 1945 yang mengemukakan : “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusian. Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas umum yang layak.” Dengan demikian semestinya, program jaminan sosial menempati tempat yang tinggi dalam mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu mewujudkan kesejahteraan umum yang berkeadilan sosial. Oleh sebab itu dibuatlah program untuk menjamin perlindungan seluruh rakyat Indonesia dalam program Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN. Dimana yang dimaksud dengan Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial Pasal 1 ayat 2. 18 UU SJSN menjelaskan bahwa pilar jaminan sosial terdiri dari bantuan sosial, tabungan wajib dan asuransi sosial. Bantuan sosial adalah suatu sistem untuk reduksi kemiskinan yang didanai dari pajak yang dimasukan dalam APBN dan dikeluarkan sebagai Penerima Bantuan Iuran PBI, sedangkan tabungan wajib provident fund merupakan skema tabungan untuk dirinya sendiri seperti wajib yang didanai dengan iuran peserta atau pihak lain dan atau oleh pemerintah bagi 17 Ibid., hal. 4 18 Sentosa Sembiring, Op.Cit., hal. 20 Universitas Sumatera Utara penduduk miskin. Model asuransi sosial ini dinilai paling baik dan efektif untuk membiayai jaminan sosial. 19 Pengertian asuransi sosial Social Insurance adalah program jaminan sosial yang bersifat wajib menurut undang-undang bagi setiap pemberi kerja dan pekerja menjadi mandiri profesional untuk tujuan penanggulangan hilangnya sebagian pendapatan sebagai konsekuensi adanya hubungan kerja yang kemungkinan menimbulkan industrial hazards bahaya industri. 20 Sedangkan pengertian mengenai jaminan sosial itu sendiri dapat diartikan secara luas dan dapat pula diartikan secara sempit. Dalam pengertian secara luas jaminan sosial ini meliputi berbagai usaha yang dapat dilakukan oleh masyarakat danatau pemerintah. Usaha-usaha tersebut kemudian oleh Sentanoe Kertonegoro diaplikasikan dalam berbagai sistem jaminan sosial untuk mengatasi risiko ekonomis. Sistem jaminan sosial tersebut adalah berupa : a Pencegahan dan penanggulangan; b Pelayanan dan tunjangan; c Bantuan sosial dan asuransi sosial; d Asuransi komersial dan asuransi sosial; e Peranggaran dan pendanaan. Selanjutnya dalam pengertian jaminan sosial dalam arti sempit dapat dijumpai dalam bukunya Imam Soepomo yang merumuskan bahwa: “ Jaminan sosial adalah pembayaran yang diterima pihak buruh dalam hal buruh di luar 19 Chazali H. Situmorang, Op.Cit., hal.7 20 Ibid., hal. 10 Universitas Sumatera Utara kesalahannya tidak melakukan pekerjaannya, jadi menjamin kepastian pendapatan income security dalam hal buruh kehilangan upahnya karena alasan di luar kehendaknya.” Dalam definisi Imam Soepomo ini mengandung makna bahwa pengertian yang dikemukakannya sangatlah “sempit” jauh dari apa yang sesungguhnya berkembang dalam praktik pemberian jaminan sosial di Indonesia saat ini. Dalam perkembangannya sekarang, jaminan sosial bagi pekerjaburuh bukan hanya berupa “Pembayaran” saja, tetapi juga pelayanan, bantuan, dan lain sebagainya. 21 Sudut pandang ekonomi sendiri jaminan sosial pada prinsipnya merupakan salah satu faktor bagi redistribusi pendapatan terhadap mereka yang berpendapatan relatif rendah dan merupakan bagian dari pengeluaran rutin pemerintah yang harus disisihkan dari pemberi manfaat sosial terhadap masyarakat secara keseluruhan terutama mereka yang terkena PHK dan orang-orang miskin. Perawatan kesehatan, tunjangan keluarga dan hari tua serta bantuan finansial lainnya bagi yang membutuhkannya menjadi tanggung jawab pemerintah. Jaminan sosial adalah kebutuhan dasar bagi mereka yang pendapatannya rendah dan pemberian jaminan sosial bagi masyarakat tersebut merupakan tujuan negara dan tanggung jawab pemerintah karena terkait dengan masalah hak-hak asasi manusia HAM. Secara yuridis, jaminan sosial dapat dilakukan dalam konteks asuransi sosial, bantuan sosial dan tabungan wajib serta program-program tabungan hari tua paksa provident fund. 21 Zaeni Asyhandie., Aspek-Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hal. 34 Universitas Sumatera Utara Implemantasi jaminan sosial menjadi tanggung jawab pemerintah karena program dan manfaat yang diberikan terkait dengan masalah HAM. Pemberian manfaat jaminan sosial berlaku universal bagi siapa saja termasuk warga negara asing yang berdomisili di Indonesia, maka pemerintah bertanggung jawab terhadap program- program jaminan sosial. 22 Pada tahun 1992 Indonesia telah mempunyai undang-undang yang mengatur Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yang sering disebut dengan Undang-Undang Tentang Jamsostek Nomor 3 tahun 1992. Memang undang-undang ini difokuskan pada perlindungan sosial bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan baik dalam hubungan kerja maupun di luar hubungan kerja. Tujuannya untuk memberikan ketenangan kerja kepada tenaga kerja dengan memberikan jaminan sosial sehingga disiplin dan produktivitasnya meningkat. 23 Selain itu manfaat yang didapatkan dari jaminan sosial mencakup santunan tunai untuk dukungan pendapatan pancari nafkah utama cash benefit for the income support of the breadwinner, kompensasi finansial untuk kasus kecelakaan kerja dan kematian dini sarta pelayanan kesehatan dan pemberian alat bantu benefits in kind. 24 Sistem asuransi sosial di Indonesia dirancang sedemikian rupa menurut undang- undang guna memberikan perlindungan dasar bagi para pekerja beserta keluarganya terhadap resiko-resiko kerja, sakit, hari tua dan kematian. Oleh karena itu pembiayaannya menjadi beban pemberi kerja sedangkan PT. Jamsostek sebagai penyelenggara program sebagaimana diatur dalam PP Nomor 36 Tahun 22 Bambang Purwoko., Jaminan Sosial Dan Sistem Penyelenggaraannya Gagasan Dan Pandangan, PT. Mega Dutatama, Jakarta, 1999, hal. xi 23 Chazali H. Situmorang, Op.Cit., hal. 36 24 Ibid., hal. 24 Universitas Sumatera Utara 1995. Namun demikian, pemerintahpun seyogianya harus menggiur terutama terhadap program-program yang terkait dengan resiko seperti kecelakaan kerja, kematian dan kesehatan. Dalam jangka panjang penyelenggaraan tersebut boleh jadi mengalami defisit. Dalam hal terjadinya defisit di dalam penyelenggaraanya, maka pemerintah memberikan subsidi atau talangan karena secara normatif menjadi tanggung jawab pemerintah. Besar santunan program jamsostek didasarkan pada perhitungan aktuaris dan harus diberlakukan atas dasar peraturan pemerintah. Seperti disebutkan bahwa lingkup proteksinya terbatas pada hubungan industrial sehingga program- programnya juga terbatas pada kecelakaan kerja, kematian dan sakit serta hari tua. Program-program jamsostek seyogianya diselenggarakan oleh jamsostek sehingga dikaitkan dengan kesehatan dan keselamatan kerja K3 yang sebenarnya tidak menjadi tanggung jawab finansial oleh PT. JAMSOSTEK sebagai badan penyelenggara. 25

A. Pengertian Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Bagi Pekerja/Buruh Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs)

1 50 107

Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Melalui Asuransi JAMSOSTEK Dengan Program BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Studi Pada PT. JAMSOSTEK Cabang Medan)

2 53 141

Analisis Terhadap Status Hukum Dan Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Outsourcing Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

11 248 141

Kepesertaan Perusahaan Dan Tenaga Kerja Dalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja Pada PT. Jamsostek Cabang Medan Tahun 2006

0 28 8

Perlindungan Hak Kreditor Dengan Jaminan Fidusia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia

0 10 149

Perlindungan Hukum Terhadap Hak-Hak Tertanggung Dalam Pelaksanaan Klaim Asuransi Kebakaran (Studi Pada PT. Asuransi Bintang, Tbk Cabang Medan Dan PT. Asuransi Parolamas Cabang Medan)

1 28 159

Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Dalam Hal Teradi Pemutusan Hubungan Kerja Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

0 4 26

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERASURANSIAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DI INDONESIA - Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Melalui Asuransi JAMSOSTEK Dengan Program BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 20

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN - Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Melalui Asuransi JAMSOSTEK Dengan Program BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Studi Pada PT. JAMSOSTEK Cabang Medan)

0 0 18

Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Melalui Asuransi JAMSOSTEK Dengan Program BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Studi Pada PT. JAMSOSTEK Cabang Medan)

0 0 11