Analisis Struktur Kelembagaan Batas Juridiksi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Lembaga dan Saluran Tataniaga CPO KPB PTPN

Kantor Pemasaran Bersama PT Perkebunan Nusantara “Perusahaan” dibentuk berdasarkan Kesepakatan Bersama Direksi PNPT Perkebunan I – XXIX pada tanggal 26 Februari 1990. Pembentukan KPB PTPN telah disetujui oleh Menteri Pertanian sebagai Kuasa Pemegang Saham dengan Surat Keputusan No: 166KPTSOT.21031990 tanggal 8 Maret 1990. KPB PTPN bukan merupakan suatu badan hukum namun merupakan suatu badan terpisah entitas yang mengelola sejumlah dana yang berasal dari PTPN I – PTPN XIV. KPB PTPN mempunyai kantor pusat yang berkedudukan di Jakarta dan dua kantor cabang masing-masing di Surabaya dan Medan serta baru-baru ini menambah kantor cabang baru di Dubai UEA yang dikhususkan untuk menangani pemasaran komoditi teh PTPN.

5.1.1 Analisis Struktur Kelembagaan Batas Juridiksi

Dalam kelembagaan tataniaga CPO, banyak pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung sebagai pelaku dalam kelembagaan tersebut secara individu maupun organisasi atau perusahaan. Pelaku langsung adalah PT Perkebunan Nusantara PTPN dan KPB PTPN yang mewakilinya serta para processor atau perusahaan pembeli CPO. Sedangkan pihak-pihak sebagai pelaku tidak langsung adalah pasar fisik Rotterdam, Bursa Berjangka Malaysia MDEX, Kantor Berita Dunia Reuters, Oil World, Market Journal, dll, asosiasi kelapa sawit GAPKI, GAPKINDO, Kadin, dll dan pemerintah serta aparatnya Kementerian Negara BUMN, dll. Pelaku langsung dari kelembagaan ini membuat kesepakatan yang digunakan sebagai acuan dalam transaksi CPO. Sementara pelaku tidak langsung banyak menentukan dalam perumusan kesepakatan tersebut terutama yang menyangkut hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pelaku langsung kelembagaan ini. Organisasi atau lembaga pemasaran dalam hal ini KPB PTPN merupakan bagian dari PTPN sebagai penjual, tidak bertindak sebagai lembaga tataniaga yang mencari keuntungan dari transaksi CPO. Dengan demikian preferensi KPB PTPN sama dengan PT Perkebunan Nusantara yakni mendapatkan harga jual CPO yang setinggi-tingginya. Perilaku PTPN yang menyimpang dari kesepakatan atau aturan yang telah ditentukan dalam transaksi memiliki dampak besar terhadap kelangsungan kelembagaan ini. Heterogenitas PTPN telah dieliminir melalui penentuan harga CPO berdasarkan “Price Idea” di KPB PTPN sehingga yang dipertimbangkan adalah homogenitas preferensi perilaku transaksi terutama PTPN yang tergabung dalam KPB PTPN. Pemasaran CPO secara terorganisir seperti halnya melalui kelembagaan KPB PTPN mensyaratkan adanya pembakuan mutu. Adanya PTPN yang menghasilkan CPO yang mutunya lebih rendah dari PTPN lain akan merugikan karena menurunkan harga CPO secara keseluruhan. Oleh karena itu kejelasan mengenai hak dan kewajiban dari setiap pelaku transaksi serta usaha penegakannya merupakan syarat keberlangsungan pola tataniaga terorganisir seperti halnya melalui KPB PTPN. Hak-hak Kepemilikan Berikut diuraikan hak dan kewajiban dari pelaku langsung transaksi CPO melalui kelembagaan KPB PTPN yakni meliputi hak dan kewajiban PTPN, KPB PTPN dan pembeli atau processor. Hak dan kewajiban PTPN meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Menghasilkan Tandan Buah Segar TBS kelapa sawit dari perkebunan yang ada yang nantinya diolah menjadi minyak kelapa sawit. 2. Menghasilkan minyak sawit dalam bentuk CPO dan sisanya dalam bentuk Crude Stearin, RBD Olein, Palm Kernel Oil, Palm Kernel Fatty Acid, dll. 3. Menghasilkan CPO yang sesuai dengan kualitas yang terstandar. Kode HS : 151110000 Nama Komoditi : Minyak kelapa sawit mentah CPO Kode Standar Mutu : SNI.01-2901-2006 Tahun : 2006 Tabel 7. Kriteria uji Sumber: KPB PTPN, 2009. 4. Pengendalian mutu yang dilakukan dengan sangat ketat mulai dari pemanenan di kebun, kemudian diangkut ke pabrik dan langsung diproses pada hari yang sama. No Test Kriteria Satuan Persyaratan A Warna _ Jingga kemerah- merahan B Kadar air dan kotoran , fraksi masa 0,5 maks. C Asam lemak bebas sebagai asam pelmitat , fraksi masa 5 maks. D Bilangan yodium g yodium100g 50 - 55 5. Menyimpan CPO di gudang-gudang penyimpanan atau tangki timbun yang dilengkapi dengan steamer pemanas dengan temperatur 50 C – 55 C untuk menjaga kualitas CPO. Sementara itu sesuai dengan pokok kebijakan dan strategi pemasaran PTPN, hak dan kewajiban KPB PTPN sebagai organisasi pemasaran CPO produksi PTPN adalah sebagai berikut: 1. Melaksanakan kebijakan pemasaran. 2. Melaksanakan tender atau memasarkan CPO produksi PTPN. 3. Mengelola seluruh persediaan produksi siap jual. 4. Mengumpulkan informasi, menganalisa dan melakukan pengembangan pasar. 5. Melakukan transaksi penjualan baik langsung maupun melalui kerjasama dengan perwakilan KPB di luar negeri. 6. Menyelesaikan dan melaksanakan pembayaran klaim. 7. Sebagai unit market intelligence, menyampaikan informasi beserta analisa pasar, dan melakukan riset pasar bagi PTPN. 8. Mengembangkan database pemasaran dan sistem jaringan komputer untuk menyebarluaskan informasi pasar yang diperlukan PTPN. 9. Mengkaji dan mengevaluasi antara lain: - Data produksi dan konsumsi komoditas perkebunan dan saingannya di dalam maupun luar negeri. - Informasi harga dalam dan luar negeri serta situasi perkembangan pasar. 10. Mengadakan promosi dalam bentuk pameran atau mengikuti misi dagang di dalam dan di luar negeri baik atas nama PTPN maupun atas permintaan PTPN tertentu. 11. Sebagai unit pelayanan, melaksanakan pengapalan komoditi, pergudangan, dan penyelesaian dokumen-dokumen yang menyangkut pengapalan, perbankan, dan lain-lain. 12. Mengadakan pelayanan dan sarana teknis jadwal tender, tempat pelaksanaan tender, syarat-syarat peserta tender, dll 13. Melakukan hal-hal dan tugas-tugas lain yang ditetapkan oleh BMD-PTPN untuk menunjang aktivitas dan pengembangan pemasaran yang dilakukan oleh PTPN. Pembeli yang terdaftar sebagai peserta tender baik perusahaan atau utusan langsung dari perusahaan memiliki hak dan kewajiban sebagai berikut: 1. Hadir pada acara tender 2. Mengajukan harga penawaran pembelian CPO yang diminati. 3. Berhak mendapatkan CPO bagi pembeli yang mengajukan harga penawaran tertinggi dan berada di atas “Price Idea” yang ditetapkan KPB PTPN. Bila ada pembeli yang menetapkan harga penawaran tertinggi yang sama dan di atas “Price Idea” maka CPO yang terjual dibagi antar pembeli sama rata. 4. Membayar uang pembelian CPO dengan transfer melalui bank ke rekening yang bersangkutan setelah terjadi kesepakatan. Sebelum terdaftar sebagai peserta tender CPO di KPB PTPN setiap processor yang ingin membeli CPO produksi PTPN ini harus memenuhi persyaratan tertentu seperti yang ditampilkan dalam tabel berikut ini. Tabel 8. Persyaratan Peserta Tender KPB PTPN Jakarta No Dokumen yang dibutuhkan Lokal Ekspor 1 Profil Perusahaan Ya Ya 2 Akte Pendirian Perusahaan Ya Ya 3 Surat Izin Usaha Perdagangan SIUP Ya Ya 4 Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP Ya Ya 5 Perusahaan Kena Pajak Ya Ya 6 Izin Industri Dari DEPPERINDAG Ya Ya 7 Referensi Bank Ya 8 Lisensi dari Perusahaan Induk Ya 9 Surat Rekomendasi Dari Kedutaan Indonesia Setempat Ya Sumber: KPB PTPN, 2009. Aturan Representasi Aturan yang digunakan dalam kelembagaan ini lebih banyak atas dasar penetapan dari Badan Musyawarah Direksi PT Perkebunan Nusantara BMD- PTPN, Dewan Pengawas dan KPB PTPN khususnya yang menyangkut pelaksanaan teknis tender termasuk penentuan harga ancar- ancar atau “Price Idea ”. Keterlibatan pemerintah juga cukup besar mengenai regulasi yang akan ditetapkan mengingat KPB PTPN merupakan salah satu lembaga pemasaran komoditi perkebunan milik pemerintah. Keterlibatan PTPN sebagai produsen dalam proses pengambilan keputusan juga sudah cukup jelas mengingat adanya keterlibatan para pimpinan PTPN dalam Badan Musyawarah Direksi PT Perkebunan Nusantara BMD-PTPN. BMD PTPN beranggotakan para Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara.

5.1.2 Analisis Saluran Tataniaga CPO KPB PTPN