Analisis ekonomi kelembagaan pemasaran CPO Produksi P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN), Kasus Kantor Pemasaran Bersama (KPB) Jakarta

(1)

OLEH

HENGKY GAMES JS H14053064

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010


(2)

RINGKASAN

HENGKY GAMES JONATAN SIAHAAN. Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN), Kasus Kantor Pemasaran Bersama (KPB) Jakarta. (dibimbing oleh WIWIEK RINDAYATI).

Di zaman globalisasi, pembangunan ekonomi jangka panjang tidak selalu harus diarahkan pada sektor industri, tetapi dapat juga diarahkan pada sektor lain, seperti sektor pertanian. Salah satu sub sektor pertanian tersebut adalah perkebunan. Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit (CPO) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Di Indonesia sendiri terdapat 3 jenis pengusahaan perkebunan kelapa sawit yang nantinya diolah menjadi CPO, yaitu perkebunan rakyat, swasta dan negara (PTPN). Dalam pemasaran CPO, PTPN seluruh Indonesia yang terdiri dari PTPN I hingga PTPN XIV melakukan penjualan melalui suatu lembaga pemasaran gabungan yang bernama Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN yang berpusat di Jakarta. KPB PTPN berfungsi sebagai pelaksana teknis pemasaran komoditi perkebunan (termasuk CPO) hasil produksi P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN).

Pembentukan Kantor Pemasaran Bersama (KPB) ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dalam kegiatan penjualan, promosi, dan pengangkutan. Keberadaan Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN diharapkan dapat menggabungkan kekuatan dari seluruh perkebunan besar negara yang ada sehingga memudahkan melakukan penetrasi pasar, memperluas pasar serta memperkuat posisi tawar produsen dalam negosiasi.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa keberadaan Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN Jakarta ini terkait dengan bagaimana struktur kelembagaan dan saluran tataniaga pemasarannya, bagaimana fungsi (fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas) dan kinerjanya, bagaimana struktur pasar yang terbentuk (monopoli, persaingan sempurna, dll) dan perilakunya (praktek jual beli, sistem pembayaran, dll), bagaimana analisis fleksibilitas transmisi harga serta analisis keterpaduan pasarnya terhadap pasar internasional (luar negeri) yang pada akhirnya menunjukkan seberapa efisien kinerja Kantor Pemasaran Bersama (KPB) P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN) Jakarta ini.

Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dan dilakukan di Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN yang terletak di Jalan Taman Cut Mutiah nomor 11, Menteng, Jakarta Pusat 10330. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dan sekunder yang diperoleh dari hasil survei akan diestimasi melalui metode analisis deskriptif secara kualitatif dan kuantitatif melalui pendekatan studi kasus. Analisis kualitatif yang digunakan antara lain analisis lembaga dan saluran tataniaga pemasaran (dalam hal ini adalah KPB), analisis fungsi – fungsi tataniaga, analisis stuktur pasar dan perilaku pasar. Sedangkan analisis kuantitatif yang akan


(3)

kegiatan tataniaga yang menyebar pada masing-masing lembaga tataniaga. Hal ini dapat dilihat dari beragamnya fungsi-fungsi tataniaga karena semakin banyak fungsi-fungsi yang dilaksanakan oleh sebuah lembaga tataniaga maka biaya yang dikeluarkan semakin besar. Di samping itu, pola saluran yang terbentuk yaitu Produsen (PTPN) KPB PTPN Pembeli (Processor) juga menjadi salah satu indikator. Struktur dan perilaku pasar yang dihadapi tidak membuat pelaku-pelaku pasar melakukan suatu upaya rekayasa untuk mempengaruhi harga pasar. Struktur pasar pada setiap tingkat lembaga tataniaga terlihat cukup beragam dan secara umum struktur pasar yang terbentuk pada sistem tataniaga CPO cenderung mendekati kepada struktur pasar persaingan sempurna. Selain itu, volume penjualan pada setiap transaksi saluran tataniaga CPO dimana volume penjualan CPO yang dilakukan relatif cukup besar.

Sedangkan melalui analisis fleksibilitas transmisi harga diperoleh angka fleksibilitas sebesar 1,0024 yang menunjukkan perubahan harga pada tingkat konsumen sebesar 1 persen, maka akan mengakibatkan perubahan harga di tingkat produsen PTPN (KPB) sebesar 1,0024 persen, ceteris paribus, baik dalam keadaan harga naik maupun harga turun. Perubahan harga CPO pada tingkat produsen PTPN (KPB) terjadi secara proporsional dengan perubahan harga CPO yang terjadi pada tingkat konsumen.

Dari hasil analisis keterpaduan pasar (IMC) antara KPB PTPN Jakarta dengan pasar MDEX Malaysia dan pasar fisik Rotterdam diperoleh IMC sebesar 1,7326 dan 2,0038 (IMC > 1) sehingga tidak terjadi keterpaduan pasar jangka panjang namun terjadi keterpaduan pasar jangka pendek, dimana perubahan harga CPO di tingkat pasar acuan baik di MDEX Malaysia maupun di pasar fisik Rotterdam tidak memiliki pengaruh dominan terhadap pembentukan harga CPO di tingkat pasar pengikut dalam jangka panjang melainkan lebih dipengaruhi oleh kondisi dan faktor di pasar pengikut itu sendiri. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa KPB PTPN Jakarta telah menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik dan efisien.

Berdasarkan hasil penelitian ini pula dapat dirumuskan strategi kebijakan bagi pemerintah untuk berani untuk menjadikan pasar CPO Indonesia sebagai pasar acuan internasional sehingga harga CPO Indonesia dapat menjadi harga acuan mengingat Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia seperti yang sedang diusahakan saat ini melalui pendirian BBJ (Bursa Berjangka Jakarta). Selain itu, dapat disarankan juga agar perlu dilakukan penelitian tambahan terkait dengan marjin tataniaga, bagian harga yang diterima petani (farmer’s share), rasio keuntungan dan biaya (benefit-cost ratio) serta perbandingannya secara relatif terhadap pihak swasta untuk lebih mengetahui lebih dalam lagi efisiensi dari KPB PTPN Jakarta.


(4)

ANALISIS EKONOMI KELEMBAGAAN PEMASARAN CPO

PRODUKSI P.T. PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN)

(Kasus Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN Jakarta)

Oleh

HENGKY GAMES JS H14053064

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010


(5)

Nama Mahasiswa : Hengky Games Jonatan Siahaan Nomor Registrasi Pokok : H14053064

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Wiwiek Rindayati NIP. 19620816 198701 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Dedi Budiman Hakim NIP. 19641022 198903 1 003


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Februari 2010

Hengky Games JS H14053064


(7)

adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak E. Siahaan dan Ibu D. Simanungkalit, S.Pd.

Penulis memulai pendidikan di TK Xaverius I Jambi pada tahun 1992 dan lulus pada tahun 1993. Penulis melanjutkan pendidikan dasar di SD Xaverius I Jambi pada tahun 1993 dan lulus pada tahun 1999. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Xaverius I Jambi pada tahun 1999 dan lulus pada tahun 2002. Kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMU Negeri 2 Jambi dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis merupakan mahasiswa angkatan pertama yang diterima IPB dengan program baru IPB, yaitu program kurikulum mayor-minor. Sesuai dengan sistem mayor-minor bahwa pada tahun pertama penulis belum memiliki jurusan. Pada tahun kedua, penulis baru diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi dengan mayor Ilmu Ekonomi dan minor Ekonomi Pertanian, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi dan kepanitiaan. Penulis menjadi anggota Keluarga Mahasiswa Katolik IPB (2005-2009) dan anggota Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (HIPOTESA). Penulis juga aktif di berbagai kepanitiaaan, yaitu seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta seksi publikasi dan dokumentasi (PDD) dalam acara Natal Civitas Akademika (NATAL CIVA) IPB tahun 2008. Penulis juga aktif sebagai staf pengajar ekonomi dalam Asoy Club HIPOTESA tahun 2007.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah ”Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN), Kasus Kantor Pemasaran Bersama

(KPB) Jakarta”. Ekonomi Kelembagaan Pemasaran adalah topik yang sangat menarik karena merupakan hal baru bagi penulis karena tidak dipelajari secara spesifik di dalam perkuliahan.

Penelitian ini penting dilakukan mengingat Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN Jakarta merupakan lembaga pemasaran CPO produksi PTPN seluruh Indonesia yang menjadi salah satu produsen terbesar CPO nasional. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur kelembagaan, saluran tataniaga, struktur pasar, fungsi-fungsi pemasaran, perilaku pemasaran serta keragaan pasar terkait dengan efisiensi pemasarannya. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Keterbatasan penulis dan berbagai kendala yang dihadapi merupakan penyebab tidak sempurnanya skripsi ini. Harapan penulis, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Bogor, Februari 2010

Hengky Games JS H14053064


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan pertama kali kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, anugerah, dan penyertaan-Nya kepada penulis. Berbagai jalan yang panjang penulis hadapi dalam penyelesaian skripsi ini. Tetapi karena kasih dan rancangan-Nya yang selalu indah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak E. Siahaan dan Ibu D. Simanungkalit, S.Pd atas segala doa, dukungan, perhatian, dan nasehatnya yang tiada hentinya diberikan kepada penulis. Doa dan dukungan Papa dan Mama selama penyelesaian skripsi ini sangat berarti bagi penulis. Semoga dengan tulisan ini dapat memberikan kebanggaan bagi Papa dan Mama.

2. Adikku tercinta, Heber Rifandi Siahaan yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa selama penulis melakukan perkuliahan sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan masukan, arahan dan selalu menyediakan waktu bagi penulis.

4. Idqan Fahmi, M.Ec selaku Dosen Penguji Utama yang telah memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini. 5. Dr. Muhammad Findi selaku Dosen Penguji Komisi Pendidikan yang telah

memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini.

6. Dr. Sri Mulatsih, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik atas bimbingan dan masukan yang berharga selama penulis melakukan perkuliahan.

7. Seluruh Pimpinan, staf dan karyawan Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN Jakarta, Pak Tobing selaku Kepala Bagian Analisis Informasi Pasar (AIP), Ibu Mujiwati selaku Kepala Urusan Informasi Pasar, Pak Tri selaku


(10)

iii

Kepala Urusan Analisa Pasar Sawit serta Ibu Emmy dan Pak Hendy selaku staf AIP atas pengetahuan dan bimbingannya selama penulis melakukan magang dan penelitian di KPB PTPN Jakarta.

8. Seluruh dosen, staf pengajar, dan staf Tata Usaha Departemen Ilmu Ekonomi yang telah memberikan pengetahuan dan bantuan selama penulis melakukan perkuliahan di IPB.

9. Prof. Dr. E. K. S. Harini atas doa, bimbingan, dan dukungannya selama penulis melakukan perkuliahan di IPB.

10.Pembina dan pengurus Yayasan Bhumiksara serta teman-teman penerima beasiswa Bhumiksara atas dukungan dan bantuannya selama penulis melakukan perkuliahan di IPB.

11.Agus Naufal, Rian Novati Sandi dan Septi Khairunnisa yang menjadi rekan satu bimbingan dan telah memberikan semangat dan dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Semua anak-anak Ilmu Ekonomi 42, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB atas kebersamaan dan pengalaman berharga sehingga penulis termotivasi dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga kita semua dapat menjadi orang-orang sukses.

13.Semua teman-teman di KEMAKI, HIMAJA, panitia Natal CIVA IPB 2008 dan teman-teman di IPB yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih untuk semuanya. Saya bersyukur memiliki keluarga seperti kalian.

14.Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran proses penyusunan skripsi ini. Terima kasih banyak, semoga Tuhan memberkati anda semua.

Bogor, Februari 2010

Hengky Games JS H14053064


(11)

OLEH

HENGKY GAMES JS H14053064

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010


(12)

RINGKASAN

HENGKY GAMES JONATAN SIAHAAN. Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN), Kasus Kantor Pemasaran Bersama (KPB) Jakarta. (dibimbing oleh WIWIEK RINDAYATI).

Di zaman globalisasi, pembangunan ekonomi jangka panjang tidak selalu harus diarahkan pada sektor industri, tetapi dapat juga diarahkan pada sektor lain, seperti sektor pertanian. Salah satu sub sektor pertanian tersebut adalah perkebunan. Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit (CPO) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Di Indonesia sendiri terdapat 3 jenis pengusahaan perkebunan kelapa sawit yang nantinya diolah menjadi CPO, yaitu perkebunan rakyat, swasta dan negara (PTPN). Dalam pemasaran CPO, PTPN seluruh Indonesia yang terdiri dari PTPN I hingga PTPN XIV melakukan penjualan melalui suatu lembaga pemasaran gabungan yang bernama Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN yang berpusat di Jakarta. KPB PTPN berfungsi sebagai pelaksana teknis pemasaran komoditi perkebunan (termasuk CPO) hasil produksi P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN).

Pembentukan Kantor Pemasaran Bersama (KPB) ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dalam kegiatan penjualan, promosi, dan pengangkutan. Keberadaan Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN diharapkan dapat menggabungkan kekuatan dari seluruh perkebunan besar negara yang ada sehingga memudahkan melakukan penetrasi pasar, memperluas pasar serta memperkuat posisi tawar produsen dalam negosiasi.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa keberadaan Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN Jakarta ini terkait dengan bagaimana struktur kelembagaan dan saluran tataniaga pemasarannya, bagaimana fungsi (fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas) dan kinerjanya, bagaimana struktur pasar yang terbentuk (monopoli, persaingan sempurna, dll) dan perilakunya (praktek jual beli, sistem pembayaran, dll), bagaimana analisis fleksibilitas transmisi harga serta analisis keterpaduan pasarnya terhadap pasar internasional (luar negeri) yang pada akhirnya menunjukkan seberapa efisien kinerja Kantor Pemasaran Bersama (KPB) P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN) Jakarta ini.

Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dan dilakukan di Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN yang terletak di Jalan Taman Cut Mutiah nomor 11, Menteng, Jakarta Pusat 10330. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dan sekunder yang diperoleh dari hasil survei akan diestimasi melalui metode analisis deskriptif secara kualitatif dan kuantitatif melalui pendekatan studi kasus. Analisis kualitatif yang digunakan antara lain analisis lembaga dan saluran tataniaga pemasaran (dalam hal ini adalah KPB), analisis fungsi – fungsi tataniaga, analisis stuktur pasar dan perilaku pasar. Sedangkan analisis kuantitatif yang akan


(13)

kegiatan tataniaga yang menyebar pada masing-masing lembaga tataniaga. Hal ini dapat dilihat dari beragamnya fungsi-fungsi tataniaga karena semakin banyak fungsi-fungsi yang dilaksanakan oleh sebuah lembaga tataniaga maka biaya yang dikeluarkan semakin besar. Di samping itu, pola saluran yang terbentuk yaitu Produsen (PTPN) KPB PTPN Pembeli (Processor) juga menjadi salah satu indikator. Struktur dan perilaku pasar yang dihadapi tidak membuat pelaku-pelaku pasar melakukan suatu upaya rekayasa untuk mempengaruhi harga pasar. Struktur pasar pada setiap tingkat lembaga tataniaga terlihat cukup beragam dan secara umum struktur pasar yang terbentuk pada sistem tataniaga CPO cenderung mendekati kepada struktur pasar persaingan sempurna. Selain itu, volume penjualan pada setiap transaksi saluran tataniaga CPO dimana volume penjualan CPO yang dilakukan relatif cukup besar.

Sedangkan melalui analisis fleksibilitas transmisi harga diperoleh angka fleksibilitas sebesar 1,0024 yang menunjukkan perubahan harga pada tingkat konsumen sebesar 1 persen, maka akan mengakibatkan perubahan harga di tingkat produsen PTPN (KPB) sebesar 1,0024 persen, ceteris paribus, baik dalam keadaan harga naik maupun harga turun. Perubahan harga CPO pada tingkat produsen PTPN (KPB) terjadi secara proporsional dengan perubahan harga CPO yang terjadi pada tingkat konsumen.

Dari hasil analisis keterpaduan pasar (IMC) antara KPB PTPN Jakarta dengan pasar MDEX Malaysia dan pasar fisik Rotterdam diperoleh IMC sebesar 1,7326 dan 2,0038 (IMC > 1) sehingga tidak terjadi keterpaduan pasar jangka panjang namun terjadi keterpaduan pasar jangka pendek, dimana perubahan harga CPO di tingkat pasar acuan baik di MDEX Malaysia maupun di pasar fisik Rotterdam tidak memiliki pengaruh dominan terhadap pembentukan harga CPO di tingkat pasar pengikut dalam jangka panjang melainkan lebih dipengaruhi oleh kondisi dan faktor di pasar pengikut itu sendiri. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa KPB PTPN Jakarta telah menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik dan efisien.

Berdasarkan hasil penelitian ini pula dapat dirumuskan strategi kebijakan bagi pemerintah untuk berani untuk menjadikan pasar CPO Indonesia sebagai pasar acuan internasional sehingga harga CPO Indonesia dapat menjadi harga acuan mengingat Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia seperti yang sedang diusahakan saat ini melalui pendirian BBJ (Bursa Berjangka Jakarta). Selain itu, dapat disarankan juga agar perlu dilakukan penelitian tambahan terkait dengan marjin tataniaga, bagian harga yang diterima petani (farmer’s share), rasio keuntungan dan biaya (benefit-cost ratio) serta perbandingannya secara relatif terhadap pihak swasta untuk lebih mengetahui lebih dalam lagi efisiensi dari KPB PTPN Jakarta.


(14)

ANALISIS EKONOMI KELEMBAGAAN PEMASARAN CPO

PRODUKSI P.T. PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN)

(Kasus Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN Jakarta)

Oleh

HENGKY GAMES JS H14053064

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010


(15)

Nama Mahasiswa : Hengky Games Jonatan Siahaan Nomor Registrasi Pokok : H14053064

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Wiwiek Rindayati NIP. 19620816 198701 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Dedi Budiman Hakim NIP. 19641022 198903 1 003


(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Februari 2010

Hengky Games JS H14053064


(17)

adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak E. Siahaan dan Ibu D. Simanungkalit, S.Pd.

Penulis memulai pendidikan di TK Xaverius I Jambi pada tahun 1992 dan lulus pada tahun 1993. Penulis melanjutkan pendidikan dasar di SD Xaverius I Jambi pada tahun 1993 dan lulus pada tahun 1999. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Xaverius I Jambi pada tahun 1999 dan lulus pada tahun 2002. Kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMU Negeri 2 Jambi dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis merupakan mahasiswa angkatan pertama yang diterima IPB dengan program baru IPB, yaitu program kurikulum mayor-minor. Sesuai dengan sistem mayor-minor bahwa pada tahun pertama penulis belum memiliki jurusan. Pada tahun kedua, penulis baru diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi dengan mayor Ilmu Ekonomi dan minor Ekonomi Pertanian, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi dan kepanitiaan. Penulis menjadi anggota Keluarga Mahasiswa Katolik IPB (2005-2009) dan anggota Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (HIPOTESA). Penulis juga aktif di berbagai kepanitiaaan, yaitu seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta seksi publikasi dan dokumentasi (PDD) dalam acara Natal Civitas Akademika (NATAL CIVA) IPB tahun 2008. Penulis juga aktif sebagai staf pengajar ekonomi dalam Asoy Club HIPOTESA tahun 2007.


(18)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah ”Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN), Kasus Kantor Pemasaran Bersama

(KPB) Jakarta”. Ekonomi Kelembagaan Pemasaran adalah topik yang sangat menarik karena merupakan hal baru bagi penulis karena tidak dipelajari secara spesifik di dalam perkuliahan.

Penelitian ini penting dilakukan mengingat Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN Jakarta merupakan lembaga pemasaran CPO produksi PTPN seluruh Indonesia yang menjadi salah satu produsen terbesar CPO nasional. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur kelembagaan, saluran tataniaga, struktur pasar, fungsi-fungsi pemasaran, perilaku pemasaran serta keragaan pasar terkait dengan efisiensi pemasarannya. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Keterbatasan penulis dan berbagai kendala yang dihadapi merupakan penyebab tidak sempurnanya skripsi ini. Harapan penulis, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Bogor, Februari 2010

Hengky Games JS H14053064


(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan pertama kali kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, anugerah, dan penyertaan-Nya kepada penulis. Berbagai jalan yang panjang penulis hadapi dalam penyelesaian skripsi ini. Tetapi karena kasih dan rancangan-Nya yang selalu indah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak E. Siahaan dan Ibu D. Simanungkalit, S.Pd atas segala doa, dukungan, perhatian, dan nasehatnya yang tiada hentinya diberikan kepada penulis. Doa dan dukungan Papa dan Mama selama penyelesaian skripsi ini sangat berarti bagi penulis. Semoga dengan tulisan ini dapat memberikan kebanggaan bagi Papa dan Mama.

2. Adikku tercinta, Heber Rifandi Siahaan yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa selama penulis melakukan perkuliahan sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan masukan, arahan dan selalu menyediakan waktu bagi penulis.

4. Idqan Fahmi, M.Ec selaku Dosen Penguji Utama yang telah memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini. 5. Dr. Muhammad Findi selaku Dosen Penguji Komisi Pendidikan yang telah

memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini.

6. Dr. Sri Mulatsih, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik atas bimbingan dan masukan yang berharga selama penulis melakukan perkuliahan.

7. Seluruh Pimpinan, staf dan karyawan Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN Jakarta, Pak Tobing selaku Kepala Bagian Analisis Informasi Pasar (AIP), Ibu Mujiwati selaku Kepala Urusan Informasi Pasar, Pak Tri selaku


(20)

iii

Kepala Urusan Analisa Pasar Sawit serta Ibu Emmy dan Pak Hendy selaku staf AIP atas pengetahuan dan bimbingannya selama penulis melakukan magang dan penelitian di KPB PTPN Jakarta.

8. Seluruh dosen, staf pengajar, dan staf Tata Usaha Departemen Ilmu Ekonomi yang telah memberikan pengetahuan dan bantuan selama penulis melakukan perkuliahan di IPB.

9. Prof. Dr. E. K. S. Harini atas doa, bimbingan, dan dukungannya selama penulis melakukan perkuliahan di IPB.

10.Pembina dan pengurus Yayasan Bhumiksara serta teman-teman penerima beasiswa Bhumiksara atas dukungan dan bantuannya selama penulis melakukan perkuliahan di IPB.

11.Agus Naufal, Rian Novati Sandi dan Septi Khairunnisa yang menjadi rekan satu bimbingan dan telah memberikan semangat dan dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Semua anak-anak Ilmu Ekonomi 42, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB atas kebersamaan dan pengalaman berharga sehingga penulis termotivasi dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga kita semua dapat menjadi orang-orang sukses.

13.Semua teman-teman di KEMAKI, HIMAJA, panitia Natal CIVA IPB 2008 dan teman-teman di IPB yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih untuk semuanya. Saya bersyukur memiliki keluarga seperti kalian.

14.Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran proses penyusunan skripsi ini. Terima kasih banyak, semoga Tuhan memberkati anda semua.

Bogor, Februari 2010

Hengky Games JS H14053064


(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 10

2.1. Tinjauan Teoritis Kelembagaan ... 10

2.2. Konsep Pemasaran ... 16

2.3. Pendekatan Analisis Pemasaran ... 17

2.4. Kinerja Kelembagaan Pemasaran ... 19

2.5. Analisis Efisiensi Sistem Pemasaran ... 21

2.6. Penelitian Terdahulu ... 24

2.7. Kerangka Pemikiran ... 30

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 31

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 31

3.3. Metode Pengumpulan Data dan Pengambilan Contoh... 32

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 32

3.4.1. Metode Analisis Data ... 33

3.4.2.1. Analisis Lembaga dan Saluran Tataniaga Pemasaran ... 33

3.4.2.2. Analisis Fungsi-Fungsi Tataniaga ... 33

3.4.2.3. Analisis Struktur Pasar ... 34


(22)

v

3.4.2.5. Analisis Fleksibilitas Transmisi Harga ... 35 3.4.2.6. Analisis Indeks Keterpaduan Pasar ... 36 3.4.2.7. Pengujian Hipotesis ... 38 IV. GAMBARAN UMUM KPB PTPN JAKARTA ... 40 4.1. Sejarah dan Perkembangan KPB PTPN ... 40 4.1.1. Periodisasi Sejarah dan Perkembangan KPB PTPN ... 40 4.2. Organisasi KPB PTPN Jakarta ... 44 4.2.1. Landasan Pembetukan Organisasi... 45 4.2.1. Lokasi KPB PTPN Jakarta ... 46 4.2.3. Usaha Pemasaran KPB PTPN Jakarta ... 49 4.2.4. Struktur Organisasi KPB PTPN Jakarta ... 49 V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53 5.1. Analisis Lembaga dan Saluran Tataniaga CPO KPB PTPN ... 53 5.1.1. Analisis Struktur Kelembagaan... 53 5.1.2. Analisis Saluran Tataniaga CPO KPB PTPN ... 59 5.2. Analisis Fungsi-Fungsi Tataniaga ... 61 5.3. Analisis Struktur Pasar CPO ... 67 5.4. Analisis Perilaku Pasar ... 70 5.4.1. Praktek Penjualan dan Pembelian ... 70 5.4.2. Sistem Penentuan Harga ... 73 5.4.3. Sistem Pembayaran ... 74 5.5. Keragaan Pasar ... 75 5.5.1. Fleksibilitas Transmisi Harga ... 76 5.5.2. Keterpaduan Pasar ... 78 VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 84 6.1. Kesimpulan ... 84 6.2. Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA ... 87 LAMPIRAN ... 90


(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1994-2008 ... 2 2. Produksi dan Produktivitas CPO di Indonesia Tahun 2004-2007 ... 3 3. Ringkasan Definisi Kelembagaan dari Berbagai Sudut Pandang ... 12 4. Data Karyawan Menurut Pendidikan Formal ... 50 5. Data Karyawan Menurut Kelompok Usia ... 51 6. Data Karyawan Menurut Golongan ... 52 7. Kriteria Uji ... 55 8. Persyaratan Peserta Tender KPB PTPN Jakarta ... 58 9. Fungsi – Fungsi Tataniaga ... 61 10. Koefisien Regresi dan Fleksibilitas Transmisi Harga antara Harga

di Tingkat Konsumen (PR) dan Harga di Tingkat Produsen (PF) ... 76 11. Koefisien Regresi Keterpaduan Pasar antara Pasar CPO di KPB PTPN dengan Pasar CPO Internasional di MDEX Malaysia ... 79 12. Koefisien Regresi Keterpaduan Pasar antara Pasar CPO di KPB PTPN dengan Pasar CPO Internasional di Pasar Fisik Rotterdam ... 80


(24)

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Saluran Pemasaran CPO Indonesia ... 6 2. Konsep Pemasaran ... 17 3. Kerangka Pemikiran ... 30 4. Saluran Tataniaga CPO Hasil Produksi PTPN ... 59


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Data Harga CPO Fob MDEX Malaysia Tahun 2004-2009 ... 91 2. Data Harga CPO Cif Rotterdam Tahun 2004-2009 ... 91 3. Data Harga CPO di Tingkat Produsen (Pf) dan Konsumen (Pr)

Tahun 2007-2009 ... 92 4. Data Harga CPO Lokal yang terjual di KPB PTPN Jakarta

Tahun 2004-2009 ... 93 5. Data Kurs Rp/USD Bank Indonesia Tahun 2004-2009 ... 94 6. Tampilan Hasil Olahan Eviews 6.1 Fleksibilitas Transmisi Harga... 95 7. Perhitungan Analisis Fleksibilitas Transmisi Harga... 95 8. Tampilan Hasil Olahan Eviews 6.1 dari Data Harga MDEX Malaysia... 96 9. Tampilan Hasil Olahan Eviews 6.1 dari Data Harga Bursa Rotterdam... 96 10. Struktur Organisasi KPB PTPN ... 97


(26)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di zaman globalisasi, pembangunan ekonomi jangka panjang tidak selalu harus diarahkan pada sektor industri, tetapi dapat juga diarahkan pada sektor lain, seperti sektor pertanian. Salah satu konsepnya adalah agribisnis yang berorientasi ekspor yaitu sebagai salah satu penopang pembangunan nasional. Pengembangan agribisnis merupakan upaya pemerintah untuk masuk ke sektor industri tanpa memerlukan transformasi tenaga kerja yang crusial dari sektor pertanian ke sektor agroindustri. Transisi ini semakin penting karena kegiatan agribisnis dapat menyerap sebagian tenaga kerja di sektor pertanian tanpa memerlukan pelatihan yang sifatnya khusus (Pahan, 2008).

Salah satu subsektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia khususnya dari sektor non migas adalah perkebunan. Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit (CPO = Crude Palm Oil) dan inti sawit (PK = Palm Kernel) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia karena menjadi salah satu sumber minyak nabati dan dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif (biofuel). Peluang untuk pengembangan agribisnis kelapa sawit masih cukup terbuka bagi Indonesia, terutama karena didukung ketersediaan sumber daya lahan, tenaga kerja, teknologi, dan para ahli.

Saat ini, di Indonesia, perkebunan kelapa sawit dikelola oleh tiga jenis pengusahaan, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Swasta (PBS),


(27)

dan Perkebunan Besar Negara (PBN). Pengelolaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini masih didominasi oleh pihak swasta dikarenakan kepemilikan modal investasi yang besar sehingga mampu mengembangkan potensi perkebunan kelapa sawit yang dimilikinya. Namun secara umum, dari tahun ke tahun, terjadi peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit dari masing-masing pengusahaan. Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit dapat dilihat dari tabel berikut. Tabel 1. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1994 – 2008

Tahun Luas Areal (Ha)

P. Rakyat (PR) P. Negara (PBN) P. Swasta (PBS) Total

1994 572.544 386.309 845.296 1.804.149

1995 658.536 404.732 961.718 2.024.986

1996 738.887 426.804 1.083.823 2.249.514

1997 813.175 517.064 1.592.057 2.922.296

1998 890.506 556.641 2.113.050 3.560.197

1999 1.041.046 576.999 2.283.757 3.901.802

2000 1.166.758 588.125 2.403.194 4.158.077

2001 1.561.031 609.947 2.542.457 4.713.435

2002 1.808.424 631.566 2.627.068 5.067.058

2003 1.854.394 662.803 2.766.360 5.283.557

2004 2.220.338 605.865 2.458.520 5.284.723

2005 2.356.895 529.854 2.567.068 5.453.817

2006 2.549.572 687.428 3.357.914 6.594.914

2007* 2.565.135 687.847 3.358.632 6.611.614

2008** 2.565.172 687.847 3.358.792 6.611.811

Sumber: Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan, 2007. Keterangan : (*) Angka Sementara

(**) Angka Estimasi

Sementara itu, produksi CPO (Crude Palm Oil) Indonesia dari tahun 2004 hingga tahun 2007 mengalami peningkatan yang signifikan. Besarnya peningkatan produksi CPO dikarenakan para pengusaha melakukan peningkatan terhadap luas areal penanaman kelapa sawit. Produksi CPO Indonesia hingga tahun 2007 sebesar 17,37 juta ton dengan kontribusi terbesar oleh perkebunan


(28)

3

milik swasta sebesar 9,25 juta ton. Produksi CPO yang diusahakan oleh negara mempunyai kontribusi yang paling rendah dengan produksi 2,31 juta ton.

Produktivitas CPO jika dilihat dari tahun 2004 hingga tahun 2007 menurut pengusahaan, perkebunan rakyat mempunyai produktivitas 1,80 ton per hektar, sedangkan perkebunan negara mempunyai produktivitas 3,03 ton per hektar dan perkebunan swasta sebesar 2,05 ton per hektar. Dengan demikian rata-rata produktivitas kelapa sawit Indonesia adalah sebesar 2,37 ton per hektar maka dapat disimpulkan perkebunan milik negara mempunyai produktivitas tertinggi selanjutnya diikuti perkebunan swasta dan perkebunan rakyat dengan produktivitas terkecil. Perkebunan milik negara memiliki produktivitas tertinggi dikarenakan jenis tanaman yang diusahakan merupakan klon-klon, selain itu penguasaan budidaya juga baik. Kondisi yang berbeda ditemukan pada perkebunan milik rakyat, dimana penggunaan teknik budidaya tanaman kelapa sawit belum dilakukan dengan bibit yang berkualitas dan penggunaan teknologi yang masih bersifat sederhana.

Tabel 2. Produksi dan Produktivitas CPO di Indonesia Tahun 2004 - 2007

Tahun

Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

PR PBN PBS Jumlah PR PBN PBS Rata

2004 4.475.000 2.096.000 6.395.000 12.966.000 1,52 2,67 2,18 2,04 2005 5.149.000 2.295.000 7.176.000 14.620.000 1,90 2,73 2,30 2,17 2006 5.783.088 2.313.729 9.254.031 17.350.848 2,26 3,36 2,75 2,63 2007* 5.805.125 2.313.976 9.254.101 17.373.202 1,52 3,36 2,75 2,62 Rata 5.303.053 2.254.676 8.019.783 15.577.513 1,80 3,03 2,50 2,37

Sumber: Ditjen Perkebunan, 2007. Ket : (*) angka sementara


(29)

Hingga saat ini kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mampu memberikan kontribusi nyata terhadap pendapatan negara dan pendapatan masyarakat petani kelapa sawit serta mampu mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan di Indonesia. Pengolahan kelapa sawit di Indonesia sampai saat ini masih didominasi oleh produksi CPO dikarenakan permintaan masyarakat domestik dan internasional meningkat untuk penggunaan bahan baku dari bahan pangan seperti minyak goreng dan bahan bakar alternatif nabati yaitu

biofuel.

1.2 Rumusan Permasalahan

Produksi minyak kelapa sawit (CPO) Indonesia dihasilkan oleh Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Perkebunan Besar Negara (PBN) di Indonesia tergabung dalam P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN) yang memiliki status sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN). P.T. Perkebunan Nusantara ini terdiri dari P.T. Perkebunan Nusantara I-XIV dimana sebagian besar di antaranya mengusahakan komoditi kelapa sawit yang nantinya diolah menjadi minyak kelapa sawit (CPO). Dalam pemasaran produk perkebunannya, baik pemasaran CPO lokal maupun ekspor, P.T. Perkebunan Nusantara I-XIV membentuk suatu lembaga yang dikenal dengan nama Kantor Pemasaran Bersama (KPB) yang kantor pusatnya berlokasi di Jalan Taman Cut Mutiah nomor 11, Jakarta Pusat.

Kantor Pemasaran Bersama (KPB) P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN) berfungsi sebagai pelaksana teknis pemasaran komoditi perkebunan (termasuk CPO) hasil produksi P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN) dimana dalam


(30)

5

pelaksanaannya masih harus bersaing dengan perusahaan-perusahaan penghasil CPO lainnya baik dari dalam maupun luar negeri. Penetapan strategi pemasaran yang tepat perlu dilakukan untuk mempertahankan pangsa pasar yang ada maupun meningkatkan pangsa pasar tersebut karena kegiatan pemasaran merupakan ujung tombak keberhasilan dan kesuksesan suatu perusahaan. Berhasil atau tidaknya kegiatan pemasaran sangat ditentukan oleh strategi pemasaran yang dijalankan dengan sebelumnya menganalisa posisi produk pada perusahaan tersebut dibandingkan perusahaan pesaingnya. Pelaksanaan strategi yang tepat dalam suatu kegiatan pemasaran akan membawa perusahaan pada posisi persaingan yang semakin kuat.

Pembentukan Kantor Pemasaran Bersama (KPB) ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dalam kegiatan penjualan, promosi, dan pengangkutan. Keberadaan Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN diharapkan dapat menggabungkan kekuatan dari seluruh perkebunan besar negara yang ada, sehingga memudahkan melakukan penetrasi pasar, memperluas pasar serta memperkuat posisi tawar produsen dalam negosiasi. Oleh sebab itu sesuai kebijakan yang ada maka P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN) seluruh Indonesia akan memasarkan hasil komoditi perkebunannya khususnya minyak kelapa sawit (CPO) melalui Kantor Pemasaran Bersama (KPB). Sementara itu, setiap perusahaan perkebunan swasta bebas melakukan penjualan produknya sendiri-sendiri tanpa melalui Kantor Pemasaran Bersama (KPB). Saluran distribusi perusahaan perekebunan swasta menjadi lebih pendek dan kesepakatan harga ditetapkan melalui mekanisme pasar dengan mengacu pada harga CPO


(31)

internasional di bursa berjangka Kuala Lumpur (MDEX). Berikut saluran tataniaga pemasaran CPO di Indonesia baik CPO hasil produksi perusahaan swasta maupun PTPN yang melalui Kantor Pemasaran Bersama P.T. Perkebunan Nusantara (KPB PTPN).

Keterangan: Saluran pemasaran PBN/PTPN Saluran pemasaran perusahaan swasta

Gambar 1. Saluran Pemasaran CPO Indonesia Sumber: Pahan, 2008.

Namun, keberadaan Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN Jakarta ini masih perlu untuk dianalisa lagi tujuan sebenarnya dari kebijakan pembentukannya, bagaimana struktur kelembagaan dan saluran tataniaga pemasarannya, bagaimana fungsi (fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi

Kantor Pemasaran Bersama

PBN/PTPN Perusahaan Swasta

Importir Luar Negeri

Broker

Badan Pemasaran Luar

Negeri

Konsumen Dalam Negeri

Konsumen Luar Negeri


(32)

7

fasilitas) dan kinerjanya, bagaimana struktur pasar yang terbentuk (monopoli, persaingan sempurna, dll) dan perilakunya (praktek jual beli, sistem pembayaran, dll), bagaimana analisis fleksibilitas transmisi harga serta analisis keterpaduan pasarnya terhadap pasar internasional (luar negeri) yang pada akhirnya menunjukkan seberapa efisien kinerja Kantor Pemasaran Bersama (KPB) P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN) Jakarta ini.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka permasalahan yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana struktur kelembagaan dan saluran pemasaran CPO hasil produksi P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN) melalui KPB PTPN Jakarta? 2. Bagaimana fungsi-fungsi tataniaga, struktur pasar dan perilaku pemasaran

CPO melalui KPB PTPN Jakarta?

3. Bagaimana fleksibilitas transmisi harga CPO dan keterpaduan pasar CPO melalui KPB PTPN Jakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis struktur kelembagaan dan saluran pemasaran CPO hasil produksi P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN) melalui KPB PTPN Jakarta. 2. Menganalisis fungsi-fungsi tataniaga, struktur pasar dan perilaku

pemasaran CPO melalui KPB PTPN Jakarta.

3. Menganalisis fleksibilitas transmisi harga CPO dan keterpaduan pasar CPO melalui KPB PTPN Jakarta


(33)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini, selain dapat dipergunakan untuk kepentingan penulis sendiri, tetapi juga dapat dipergunakan oleh pihak lain yang terkait khususnya pemerintah dimana penelitian ini dapat digunakan dan dijadikan dasar pertimbangan, evaluasi, dan arah kebijakan tataniaga pemasaran produk-produk pertanian khususnya CPO (Crude Palm Oil) di Indonesia.

Bagi penulis, penelitian ini dapat digunakan sebagai proses pembelajaran yang dapat memberikan pengetahuan dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi maupun orang lain. Sedangkan bagi pihak lain yang berkepentingan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Mengacu pada latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan penelitian yang sudah diuraikan sebelumnya, maka ruang lingkup penelitian ini difokuskan untuk menganalisis sistem kelembagaan tataniaga CPO hasil produksi PTPN melalui Kantor Pemasaran Bersama (KPB) Jakarta sehingga dapat diketahui efisiensi sistem tataniaga CPO hasil produksi PTPN melalui Kantor Pemasaran Bersama (KPB). Penelitian ini hanya dibatasi pada CPO hasil produksi P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN) yang dipasarkan melalui Kantor Pemasaran Bersama (KPB) Jakarta.

Permasalahan-permasalahan tersebut akan dikaji dengan analisis deskriptif baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif yang digunakan antara lain analisis lembaga dan saluran tataniaga pemasaran (dalam hal ini adalah


(34)

9

KPB), analisis fungsi dan kinerja kelembagaan KPB, analisis stuktur pasar CPO dan perilaku pasar CPO di KPB. Sedangkan analisis kuantitatif yang akan digunakan antara lain adalah analisis fleksibilitas transmisi harga dan analisis keterpaduan pasar.


(35)

Menurut Mubyarto (1989), lembaga (institution) adalah organisasi atau kaidah-kaidah, baik formal maupun informal, yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu, baik dalam kegiatan rutin sehari-hari maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu. Lembaga-lembaga dalam masyarakat ada yang berasal dari adat kebiasaan yang turun-temurun, tetapi ada pula yang baru diciptakan, baik dari dalam maupun mengadopsi dari luar masyarakat tersebut.

Kelembagaan dapat diartikan sebagai organisasi atau sebagai aturan main. Kelembagaan ditinjau dari sudut organisasi merupakan sistem organisasi dan kontrol terhadap sumber daya. Kelembagaan sebagai organisasi biasanya menunjuk pada lembaga-lembaga formal. Dari sudut pandang ekonomi, lembaga dalam artian organisasi biasanya menggambarkan aktivitas ekonomi yang dikoordinasikan bukan oleh mekanisme pasar tetapi melalui mekanisme administrasi atau komando. Pasar dapat menjadi batas eksternal dari suatu organisasi, akan tetap secara internal aktivitas ekonomi dikoordinasikan secara administratif (Pakpahan, 1990a).

Campbell dan Clevenger (1975) menyatakan bahwa ekonomi kelembagaan memfokuskan pada transaksi dan sistem transaksi. Kelembagaan merupakan mekanisme organisasi suatu kelompok masyarakat. Menurut Commons (1934), dalam Campbell dan Clevenger (1975), kelembagaan


(36)

11

didefinisikan sebagai aksi kolektif dalam mengontrol aksi individu. Konsep aksi kolektif ini memiliki arti kontrol terhadap aktivitas individu yang terorganisir.

Kelembagaan sebagai aturan main dapat diartikan sebagai himpunan aturan mengenai tata hubungan antar orang-orang, dimana ditentukan oleh hak-hak mereka, perlindungan atas hak-hak-hak-haknya, hak-hak-hak-hak istimewa dan tanggung jawabnya (Schmid, 1987). Dari sudut pandang individu, kelembagaan merupakan himpunan kesempatan bagi individu dalam membuat keputusan dan melaksanakan aktivitasnya.

Kelembagaan dicirikan oleh tiga hal, yaitu: hak-hak kepemilikan, baik berupa hak atas benda materi maupun bukan materi, batas-batas juridiksi dan aturan representasi (Pakpahan, 1989). Perubahan kelembagaan dicirikan oleh perubahan satu atau lebih dari unsur-unsur kelembagaan tersebut. Batas juridiksi menentukan siapa dan apa yang tercakup dalam kelembagaan suatu masyarakat. Konsep batas juridiksi dapat berarti batas wilayah kekuasaan dan/atau batas otoritas yang dimiliki oleh suatu kelembagaan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja kelembagaan apabila terjadi perubahan batas juridiksi antara lain: perasaan sebagai satu masyarakat, eksternalitas, homogenitas, dan skala ekonomi. Perasaan sebagai satu masyarakat menentukan siapa yang termasuk kita dan siapa yang termasuk mereka. Hal ini erat kaitannya dengan konsep jarak sosial yang akan menentukan kadar komitmen yang dimiliki oleh suatu masyarakat terhadap suatu kebijaksanaan (Pakpahan, 1990a).

Satuan analisis dalam mempelajari institusi adalah transaksi yang mencakup transaksi melalui mekanisme pasar, administrasi atau hibah. Dalam


(37)

setiap transaksi selalu terjadi transfer sesuatu yang dapat berupa manfaat, biaya, informasi, hak-hak istimewa, kewajiban dan lain-lain. Perhitungan siapa yang memperoleh apa dan berapa banyak ditentukan oleh batas juridiksi karena batas inilah yang menentukan apakah sesuatu itu internal atau eksternal bagi pihak-pihak yang bertransaksi. Perubahan batas juridiksi akan mengubah struktur eksternalitas yang pada akhirnya mengubah siapa yang menanggung apa.

Tabel 3. Ringkasan Definisi Kelembagaan dari Berbagai Sudut Pandang Sudut Pandang Definisi Kelembagaan

Organisasi Biasanya menunjuk pada lembaga-lembaga formal. Dari sudut pandang ekonomi, lembaga biasanya menggambarkan aktivitas ekonomi yang dikoordinasikan bukan oleh mekanisme pasar tetapi melalui mekanisme administrasi atau komando. Pasar dapat menjadi batas eksternal dari suatu organisasi, akan tetapi secara internal aktivitas ekonomi dikoordinasikan secara administratif (Pakpahan, 1990a).

Fungsi Kelembagaan dicirikan oleh tiga hal, yaitu: hak-hak kepemilikan, batas juridiksi, dan aturan representasi. Hak kepemilikan menerangkan hak atas benda materi maupun bukan materi. Batas juridiksi menentukan siapa dan apa yang tercakup dalam kelembagaan. Sedangkan aturan representasi mengatur permasalahan siapa yang berhak berpartisipasi terhadap apa dalam proses pengambilan keputusan (Pakpahan, 1989).

Aturan main Himpunan aturan mengenai tatahubungan antarorang - orang, dimana ditentukan oleh hak mereka, perlindungan atas hak-haknya, hak-hak istimewa dan tanggung jawabnya (Schmid, 1987).

Individu Himpunan kesempatan bagi individu dalam membuat keputusan dan melaksanakan aktivitasnya (Schmid, 1987).


(38)

13

Homogenitas preferensi dan kepekaan politik ekonomi terhadap perbedaan preferensi merupakan hal yang penting dalam penentuan batas juridiksi. Konsep ini penting dalam menentukan batas juridiksi untuk merefleksikan permintaan terhadap barang dan jasa. Apabila barang dan jasa harus dikonsumsi secara kolektif, maka isu batas juridiksi menjadi penting dalam merefleksikan preferensi konsumen dalam aturan pengambilan keputusan. Dalam hal ini permasalahannya menjadi preferensi yang memutuskan. Homogenitas preferensi dan distribusi individu masyarakat yang memiliki preferensi yang berbeda akan mempengaruhi jawaban atas pertanyaan siapa yang memutuskan.

Konsep skala ekonomi memegang peranan penting dalam menelaah permasalahan batas juridiksi. Dalam pengertian ekonomi, skala ekonomi menunjuk suatu situasi dimana biaya per satuan terus menurun apabila output ditingkatkan (decreasing return to scale). Batas juridiksi yang sesuai akan menghasilkan biaya per satuan yang lebih rendah dibanding dengan alternatif batas juridiksi yang lainnya.

Konsep property right muncul dari konsep hak dan kewajiban yang didefinisikan atau diatur oleh hukum, adat dan tradisi atau konsensus yang mengatur hubungan antar anggota masyarakat dalam hal ini kepentingannya terhadap sumber daya, situasi dan kondisi. Dalam bentuk formal, property right

merupakan produk dari sistem hukum formal. Dalam bentuk lain, property right

merupakan produk dari tradisi atau adat kebiasaan dalam suatu masyarakat. Oleh karena itu tidak seorang pun yang dapat menyatakan hak milik tanpa pengesahan dari masyarakat dimana dia berada. Implikasi dari hal ini adalah: (1) hak


(39)

seseorang adalah kewajiban orang lain, dan (2) hak seperti dicerminkan oleh kepemilikan adalah sumber kekuatan untuk akses dan kontrol terhadap hak miliknya. Hak tersebut dapat diperoleh melalui berbagai cara seperti melalui pembelian, apabila barang dan jasa dimaksud boleh diperjualbelikan, melalui pemberian atau hadiah dan melalui pengaturan administrasi, seperti halnya pemerintah memberikan subsidi terhadap sekelompok masyarakat tertentu.

Kepemilikan menguraikan hubungan orang dengan orang terhadap sesuatu. Hal inilah yang merupakan instrumen masyarakat dalam mengendalikan hubungan dengan orang tehadap sesuatu dan mengatur siapa memperoleh apa melalui penggunaan dengan persetujuan bersama. Kepemilikan merupakan bagian integral dari sistem sosial-ekonomi. Perubahan dalam sistem ekonomi dapat merubah kepemilikan dan perubahan dalam konsep kepemilikan yang diterima masyarakat juga dapat merubah kinerja ekonomi. Memiliki hak milik artinya memiliki kekuasaan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan penggunaan sumber daya dan menciptakan biaya bagi orang lain apabila ia menginginkan sumber daya yang dimiliki tersebut (Pakpahan, 1991b).

Setiap bentuk aturan representasi harus berhadapan dengan dua jenis biaya, yaitu biaya pengambilan keputusan sebagai akibat partisipasi dan biaya eksternal yang ditanggung oleh seseorang atau suatu lembaga sebagai akibat keputusan orang lain atau lembaga lain. Biaya representasi yang tinggi, baik dalam artian nilai uang maupun bukan uang, akan menentukan apakah output akan dihasilkan atau tidak. Jenis output apa yang dihasilkan oleh masyarakat juga ditentukan oleh aturan representasi dari kepentingan masyarakat.


(40)

15

Sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi dan kelembagaan merupakan faktor-faktor penggerak dalam pembangunan dan merupakan syarat kecukupan untuk mencapai keragaan pembangunan yang dikehendaki. Apabila satu atau lebih dari faktor-faktor tersebut tidak tersedia atau tidak sesuai dengan persyaratan yang diperlukan, maka tujuan untuk mencapai keragaan tertentu yang dikehendaki tidak akan dapat dicapai (Pakpahan, 1989).

Kontribusi utama kelembagaan dalam proses pembangunan adalah mengkoordinasikan para pemilik faktor produksi (tenaga kerja, kapital, manajemen, dan lain-lain) ke dalam proses transformasi faktor produksi menjadi output. Pada saat yang bersamaan juga mengkoordinasikan distribusi output kepada para pemilik faktor produksi. Pemilik faktor produksi tersebut dapat berupa individu, organisasi, pemerintah dan lain-lain bergantung pada satuan analisis yang digunakan. Kemampuan suatu kelembagaan mengkoordinasikan, mengendalikan atau mengontrol ketergantungan antar pihak-pihak yang terlibat sangat ditentukan oleh kemampuan intuisi tersebut mengendalikan sumber ketergantungan tersebut yang merupakan karakteristik dari komoditi yang dianalisis, misalnya biaya eksklusi (exclusion cost), joint impact, biaya transaksi (transaction cost), risiko (risk), dan ketidakpastian (uncertainty) (Pakpahan, 1990a).

Veblen dalam Djojohadikusumo (1991) menekankan bahwa perilaku manusia di bidang ekonomi dipengaruhi oleh iklim keadaan sekitar, pada tahap tertentu dan di zaman tertentu. Iklim keadaan yang dimaksud mempengaruhi kompleks citarasa dan pikiran, naluri dan nalar, persepsi dan perspektif di sekitar


(41)

permasalahan ekonomi. Veblen mengkombinasikan teori pertentangan di antara ketidakselarasan kepentingan. Pilihan orang-orang ditentukan oleh budaya lingkungan dan kekuatan kebiasaan setempat.

2.2Konsep Pemasaran

Menurut Kotler (1997), pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi.

Evans dan Berman (1995) menyatakan bahwa konsep pemasaran adalah suatu antisipasi, manajemen, dan pemenuhan kebutuhan melalui suatu proses perubahan pada produk, jasa, organisasi, sumber daya manusia, tempat, dan gagasan. Di dalamnya terdapat tiga elemen penting untuk kesuksesan suatu produk atau jasa yang dipasarkan, yaitu pemasaran yang berorientasi kepada konsumen, pemasaran yang berorientasi pada keuntungan atau bukan mencari keuntungan, dan memfokuskan kegiatan bisnis secara integrasi. Konsep pemasaran berpangkal tolak dari pasar yang ditetapkan dengan baik, berfokus pada kebutuhan pelanggan, mengkoordinasikan semua kegiatan pemasaran yang mempengaruhi pelanggan dan menghasilkan laba dengan menciptakan kepuasan pelanggan. Menurut konsep pemasaran, perusahaan memproduksi apa yang diinginkan pelanggan dan dengan cara ini perusahaan dapat memuaskan


(42)

17

pelanggan dan menghasilkan keuntungan. Konsep pemasaran mengambil perspektif dari luar dan dalam seperti terlihat dalam gambar berikut ini.

Gambar 2. Konsep Pemasaran Sumber: Kotler dan Amstrong, 1995. 2.3Pendekatan Analisis Pemasaran

Purcell (1979) mengemukakan bahwa ada empat pendekatan yang dapat digunakan untuk mempelajari dan menganalisis masalah pemasaran, yaitu:

1. Pendekatan komoditi yang diperdagangkan (the commodity approach) 2. Pendekatan kelembagaan (the institutional approach)

3. Pendekatan fungsional (the functional approach) 4. Pendekatan sistem (the system approach)

Pendekatan komoditi difokuskan pada apa yang dilakukan terhadap suatu komoditi setelah meninggalkan titik produksi. Pendekatan ini mengikuti pergerakan komoditi mulai dari produsen sampai ke konsumen, dianalisis dengan menggambarkan apa yang dilakukan dan bagaimana komoditi dapat ditangani lebih efisien. Kesederhanaan dari pendekatan ini merupakan keunggulan utamanya. Fokus pada komoditi menyederhanakan kompleksitas dari situasi dan memperjelas gambaran yang pasti terhadap apa yang terjadi. Masalah yang berhubungan dengan kerusakan fisik komoditi, kesalahan penanganan (mishandling), lemahnya kontrol kualitas, penanganan yang tidak perlu, dan

Pasar Kebutuhan pelanggan

Pemasaran Terpadu

Laba melalui Kepuasan Pelanggan


(43)

tingginya biaya transportasi dapat diamati melalui jaringan pemasaran suatu komoditi. Meskipun demikian, pendekatan ini juga mempunyai kelemahan. Perhatian yang difokuskan pada komoditi membatasi perhatian mengenai dimensi perilaku dari aktivitas-aktivitas dalam sistem pemasaran. Pendekatan ini juga sedikit atau tidak memberikan perhatian pada konsep koordinasi antar tahap pemasaran dan pentingnya beberapa koordinasi untuk efisiensi sistem pemasaran total.

Pada pendekatan kelembagaan, perhatian difokuskan pada penanganan komoditi dan penyediaan jasa-jasa pemasaran. Kelembagaan merupakan dasar perilaku pengambilan keputusan dan merupakan pusat perubahan. Tidak akan ada perubahan dan penyesuaian tanpa aksi dari kelembagaan. Tetapi penekanan pada institusi saja tidak cukup. Pada analisis akhir akan ada interaksi kelembagaan sepanjang jaringan pemasaran dari produsen ke konsumen yang menentukan tingkat koordinasi dan efisiensi sistem total yang dicapai. Untuk mencapai efisiensi dalam pemasaran perlu memperluas fokus perhatian pada aksi dan interaksi antar tahap pemasaran tersebut. Melalui pendekatan ini, permasalahan penelitian dapat dipahami dengan menganalisis kegiatan lembaga-lembaga perantara, misalnya aktivitas pedagang desa dalam memperoleh modal, risiko-risiko yang dihadapi, tingkat keuntungan dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

Efisiensi pada sejumlah fungsi ekonomi yang dilakukan adalah penting. Berkaitan dengan bagaimana sistem pemasaran diorganisir, fungsi-fungsi ekonomi yang berkaitan dengan kegunaan bentuk, waktu dan tempat harus dilakukan. Pendekatan fungsional menyediakan kerangka pemikiran untuk suatu


(44)

19

pendekatan yang lebih luas untuk mempelajari pemasaran. Kohls (1972) menambahkan bahwa dalam mempelajari pemasaran suatu komoditi dapat dianalisis berdasarkan fungsi-fungsi pemasarannya, yaitu:

1. Fungsi pertukaran (exchange function), terdiri dari pembelian dan penjualan.

2. Fungsi fisik (physical function), terdiri dari pengangkutan dan penyimpanan.

3. Fungsi fasilitas (facility function), standardisasi dan grading, pembiayaan, penanggungan risiko, dan informasi pasar.

Pendekatan fungsional berkembang karena pendekatan ini menawarkan satu keunggulan dalam mempelajari dan menganalisis pemasaran, yaitu memfokuskan pada spesialisasi. Meskipun demikian, perhatian yang difokuskan pada spesialisasi menjadi kelemahan dari pendekatan ini. Jika pendekatan digunakan terlalu jauh, spesialisasi dapat memperlakukan fungsi tertentu seolah-olah fungsi tersebut tidak tergantung satu sama lain dengan fungsi lainnya yang secara teknis berhubungan.

Suatu pendekatan sistem pemasaran dapat dimulai dari yang sederhana sampai kompleks. Dimana persepsi dan orientasi merupakan hal yang penting, pendekatan sistem tidak membutuhkan perhatian yang lebih kompleks dibanding perhatian terhadap sistem total dan kesadaran akan pentingnya koordinasi antar tahap untuk efisiensi sistem total.

2.4Kinerja Kelembagaan Pemasaran

Kelembagaan dipandang penting mengingat kelembagaan inilah yang mendasari keputusan untuk produksi, investasi dan kegiatan ekonomi lainnya yang dibuat oleh seorang individu atau sebuah organisasi dalam konteks sosial


(45)

atau interaksi dengan pihak lain. Perubahan dalam kelembagaan akan merubah gugus kesempatan yang dihadapi para pelaku ekonomi sehingga keragaan ekonomi seperti produksi, kesempatan kerja, kemiskinan, kerusakan lingkungan, distribusi pendapatan, dan lain-lain dapat berubah (Pakpahan, 1991b).

Jiwa analisis kelembagaan adalah ketergantungan antarpihak terhadap sesuatu, kondisi atau situasi dengan menggunakan transaksi sebagai aktivitas ekonomi. Kelembagaan pemasaran menguraikan bentuk-bentuk aturan main, fungsi pihak-pihak yang terlibat dan sistem pemberian penghargaan (merit system). Aturan main disusun berdasarkan bentuk-bentuk ketergantungan antar pihak yang terlibat. Dalam aturan main ini juga akan diuraikan fungsi masing-masing pihak dalam kelembagaan tersebut. Sedangkan fungsi dari masing-masing-masing-masing pihak yang terlibat mencerminkan gambaran kerja (tugas dan tanggung jawab) tiap pihak. Pemberian penghargaan diberikan kepada masing-masing pihak berdasarkan apa yang telah dilakukannya (jasa) pada kelembagaan pemasaran. Hal-hal yang terkait dengan kelembagaan pemasaran ini dibentuk berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak yang melakukan transaksi. Sedangkan besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing pihak akan tergantung pada kekuatan posisi tawar antara pihak yang satu dengan pihak yang lain.

Peserta yang terlibat dalam kelembagaan pemasaran ini ditentukan oleh aturan representasi. Setiap bentuk aturan representasi harus berhadapan dengan dua jenis biaya, yaitu biaya pengambilan keputusan sebagai akibat partisipasi dan biaya eksternal yang ditanggung oleh seseorang atau lembaga sebagai akibat


(46)

21

keputusan orang lain atau lembaga lain. Biaya representasi yang tinggi baik dalam artian nilai uang atau bukan uang, akan menentukan apakah output akan dihasilkan atau tidak. Jenis output apa yang dihasilkan oleh masyarakat juga ditentukan oleh aturan representasi dari kepentingan masyarakat.

Setiap transaksi (transaction relationship) memasukkan tiga komponen ekonomi dasar, yaitu: alokasi nilai atau distribusi pendapatan dari perdagangan, alokasi ketidakpastian dan hal yang berhubungan dengan resiko keuangan, dan alokasi property right untuk memutuskan masuk dalam kelembagaan. Ketiga komponen ini saling mempengaruhi satu sama lain. Misalnya pada kontrak dengan harga tertentu (fixed price contract), menghilangkan risiko ketidakpastian harga nominal tetapi di sisi lain dapat menghasilkan risiko finansial jika harga pasar relatif berubah. Kontrak ini juga dapat mempengaruhi insentif dari masing-masing pihak dan cara mereka dalam mengambil keputusan, khususnya berkaitan dengan kualitas produk (Syukuta dan Cook, 2001).

Salah satu pendekatan yang dikembangkan oleh ekonomi kelembagaan adalah bahwa kelembagaan memandang perilaku sebagai bagian dari rangkaian Struktur-Perilaku-Kinerja (Structure-Conduct-Performance). Struktur dianggap akan menentukan pola perilaku dan pola perilaku akan mempengaruhi kinerja serta pada akhirnya kinerja akan mempengaruhi kondisi struktur kelembagaan ekonomi yang bersangkutan (Schmid, 1987).

2.5Analisis Efisiensi Sistem Pemasaran

Pemasaran adalah semua usaha yang mencakup kegiatan arus barang dan jasa, mulai dari titik produksi sampai ke tangan konsumen akhir. Kegiatan distribusi adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperanan menghubungkan


(47)

kepentingan produsen dengan konsumen, baik untuk produksi primer, setengah jadi maupun produk jadi. Melalui kegiatan tersebut produsen memperoleh imbalan sesuai dengan volume dan harga produk per unit yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Hasil pemasaran tersebut diharapkan dapat memberikan keuntungan yang proporsional bagi petani atau produsen komoditas yang bersangkutan sesuai dengan biaya, risiko dan pengorbanan yang sudah dikeluarkan. Di lain pihak, para pelaku pemasaran diharapkan memperoleh imbalan jasa pemasaran proporsional dengan pelayanan dan risiko yang ditanggungnya (Dillon, 1998).

Tujuan dari penelitian pasar adalah untuk mengetahui siapa menginginkan apa, mengapa dia menginginkan produk tersebut, pada harga berapa dia menawarkan, dalam bentuk apa (standar kualitas) produk tersebut diinginkan, dimana barang tersebut sebaiknya diperoleh atau dibeli, dan berapa banyak jumlah barang yang diinginkan. Penelitian pasar juga harus menjawab pertanyaan tentang bagaimana administrasi dan transportasi (termasuk asuransi) seharusnya atau dapat diatur. Sebuah perusahaan yang ingin memasarkan produknya seharusnya juga dapat memberikan informasi dari pihaknya sendiri kepada klien potensialnya. Dalam pertukaran informasi ini, baik penjual dan pembeli sebenarnya membutuhkan tipe informasi yang sama. Tetapi dalam pasar terbuka, penjual tidak akan bersedia menginformasikan biaya produksi dan efisiensi (keuntungan) yang diperoleh perusahaannya, sedangkan pembeli tidak akan bersedia menunjukkan harga jual berikutnya dan rahasia dagangnya. Hubungan bisnis yang baik dan kepercayaan yang saling menguntungkan antara penjual dan pembeli


(48)

23

menentukan seberapa besar penjual bersedia menurunkan harga penawaran dan seberapa tinggi pembeli bersedia menaikkan tawarannya. Pemahaman yang baik antara penjual dan pembeli merupakan satu faktor penentu harga dalam suatu transaksi (Wassink dan Wiselius, 1980).

Analisis efisiensi sistem pemasaran juga dapat dilihat dari bentuk kelembagaan pasar yang dipilih. Salah satunya adalah kelembagaan pemasaran dengan sistem patron-klien. Menurut Scott (1993), hubungan patron-klien adalah sebuah pertukaran hubungan antara dua peran yang dapat dinyatakan sebagai kasus khusus ikatan antara dua orang yang terutama melibatkan persahabatan instrumental, dimana seseorang dengan status sosial-ekonomi yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruhnya dan/atau keuntungan-keuntungan untuk seseorang yang status sosial-ekonominya lebih rendah (klien). Selanjutnya, klien akan menawarkan dukungan umum dan bantuan, termasuk jasa pribadi kepada patron. Jaringan patron-klien ini berfungsi untuk menyatukan individu-individu yang tidak mempunyai hubungan keluarga. Sedangkan barang dan jasa yang dipertukarkan oleh patron dan klien mencerminkan kebutuhan yang timbul serta sumber daya masing-masing.

Dalam hubungan ini juga dilihat apakah hubungan ketergantungan yang terjalin oleh klien dilihat lebih bersifat kolaboratif dan sah atau terutama lebih bersifat eksploratif. Klien akan membandingkan antara jasa yang diterimanya dengan yang diberikan kepada patron. Makin besar nilai yang diterima dari patron dibanding biaya yang harus ia kembalikan, maka makin besar kemungkinannya ia melihat hubungan ini sebagai ikatan yang sah dan kolaboratif (saling


(49)

menguntungkan). Tujuan utama dari suatu transaksi adalah mencari untung sehingga ada kecenderungan untuk berusaha membeli semurah-murahnya dan berusaha menjual semahal-mahalnya. Kecenderungan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya inilah yang membedakan praktek dan cara berpikir pedagang perantara dan produsen (Mubyarto, 1987 dalam Sukmadinata, 1995).

Sebagaimana halnya kegiatan ekonomi, pemasaran juga mensyaratkan efisiensi, yaitu pengorbanan yang sekecil mungkin dari berbagai sumber ekonomi sehingga dapat memberikan kepuasan maksimal terhadap barang dan jasa yang diminta konsumen (Saefudin, 1983 dalam Tumbel, 1996). Pemasaran yang efisien dicirikan oleh tercapainya kepuasan bagi semua pihak, yaitu: produsen, lembaga pemasaran, dan konsumen. Efisiensi dalam pemasaran akan mengurangi biaya-biaya pemasaran dan memperkecil margin pemasaran. Menurut Kohls (1972), margin pemasaran adalah perbedaan harga yang diterima produsen dibandingkan dengan harga yang dibayar konsumen akhir. Efisiensi sistem pemasaran dapat dilihat dari distribusi margin pemasaran yang merata antar tiap-tiap pelaku pemasaran.

2.6Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Arief Hariadi (2001) yang berjudul

Kajian metode penjualan Kelapa Sawit di Divisi Penjualan Kelapa Sawit Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PT Perkebunan Nusantara Jakarta dengan menitikberatkan pada faktor-faktor yang dipertimbangkan pada penjualan minyak kelapa sawit di Kantor Pemasaran Bersama (KPB) dan


(50)

kemungkinan-25

kemungkinan alternatif metode penjualan yang lain yang dapat diterapkan di Kantor Pemasaran Bersama (KPB).

Menurut penelitian ini, hal-hal yang mempengaruhi fluktuasi harga pada penjualan minyak kelapa sawit terutama mempertimbangkan harga, supply

-demand, kondisi politik dan keamanan, serta perubahan teknologi yang berlangsung. Derivatif lain yang juga dipertimbangkan berkaitan dengan kondisi di atas adalah kurs, substitusi, produksi, kebijaksanaan atau peraturan pemerintah, dan cadangan minyak kelapa sawit. Dari penelitian selain teridentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi nilai penjualan CPO, dan untuk mengantisipasi faktor-faktor tersebut pihak KPB khususnya divisi penjualan kelapa sawit menggunakan mekanisme penjualan dengan tender, penjualan bebas dan long term kontrak. Alternatif lain dari metode penjualan yang ada tersebut yaitu bursa berjangka dan e-commerce belum dapat diadakan.

Penelitian lain dilakukan oleh Yarnis Alisyahbana (2001) dengan judul

Analisis Proses Tender Minyak Sawit (CPO) di Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PT Perkebunan Nusantara Jakarta yang menitikberatkan pada menganalisis sistem tender CPO yang dilaksanakan oleh KPB Jakarta, keterkaitan antara fluktuasi harga CPO dalam tender dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, keterkaitan antara volume tender dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan memberikan alternatif kebijakan pemasaran CPO di KPB Jakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tender CPO domestik dilaksanakan setiap hari Selasa pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai, dihadiri oleh Direktur


(51)

Pelaksana KPB dan Staf PT Perkebunan Nusantara, peserta tender, serta peninjau atas izin panitia tender. Bentuk pasar tender di KPB adalah tender atau lelang Inggris, dimana penawaran oleh peserta tender terhadap produk CPO akan meningkatkan harga patokan (price idea) sampai tercapainya harga tertinggi. Analisis kualitatif menunjukkan bahwa sebagian besar peserta tender telah merasa puas terhadap pelaksanaan tender yang ada. Para peserta tender juga mengharapkan antara lain: pengurusan faktur pajak setelah transaksi mohon dipercepat; tender diharapkan dapat dilakukan dua kali seminggu; serta informasi tender mohon lebih dipercepat. Sruktur pasar pada pelaksanaan tender cenderung mendekati pasar bersaing (kompetitif). Hal ini dicirikan dengan terdapatnya penjual dan banyak pembeli dengan produk yang standar, adanya informasi antara penjual dan pembeli, setiap pembeli dan penjual adalah penerima harga dan produk yang dijual mempunyai kualitas yang seragam.

Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa secara umum pelaksanaan dan sistem tender di KPB Jakarta sudah dilakukan dengan baik dan transparan, mulai dari pengumuman produk CPO yang akan ditenderkan sampai dengan penentuan pemenang tender. Hasil analisis regresi menggunakan minitab for windows dengan menggunakan harga tender sebagai variabel dependen dan variabel harga internasional, harga domestik, kurs mata uang rupiah terhadap dollar, supply, demand, jumlah peserta, harga tender bulan sebelumnya dan ekspor Indonesia sebagai variabel independen menunjukkan nilai R-square 99,2 % dan nilai R-square (adj) 98,6 %, yang berarti bahwa 98,6 % variasi dalam variabel dependen (Y) dapat dijelaskan oleh variasi dalam variabel independen (X) yang


(52)

27

dimasukkan dalam model pada persamaan regresi harga tender. Variabel independen harga domestik, demand jumlah peserta tender dan harga trender pada bulan sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap harga tender. Hasil analisis regresi dengan menggunakan volume tender sebagai variabel dependen dan harga tender bulan sebelumnya, jumlah CPO yang ditawarkan, harga internasional, kurs mata uang rupiah terhadap dollar dan dummy sifat musiman (seasonality) sebagai variabel independen menunjukkan nilai R-square

67,6 % dan nilai R-square (adj) 58,6 %. Variabel independen jumlah yang ditawarkan berpengaruh secara signifikan terhadap volume tender. Untuk meningkatkan daya saing KPB Jakarta dalam memasarkan CPO melalui tender, disarankan agar KPB Jakarta melakukan pendataan kembali processor yang ada di Indonesia, processor yang terdaftar di KPB dan processor yang mengikuti tender; mempercepat informasi mengenai pelaksanaan tender kepada para peserta; serta meningkatkan kualitas CPO yang ditawarkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Cicilia Nancy (1988) dengan judul Usaha untuk Meningkatkan Daya Saing Karet Alam Indonesia di Pasar Internasional melalui Efisiensi Pemasaran yang melakukan analisis fleksibilitas transmisi harga terhadap karet alam mendapatkan hasil bahwa sistem pemasaran petani peserta proyek yang menghasilkan sleb giling (Bokar = Bahan olah karet rakyat) adalah yang paling efisien dimana nilai fleksibilitas transmisi harga antara petani dan pedagang lebih besar dari satu. Hal ini berarti bila harga di tingkat pedagang berubah 1 persen, maka harga di tingkat petani akan berubah lebih dari 1 persen,


(53)

pada tingkat pedagang dalam mendapatkan bokar dari petani proyek. Di samping itu, petani proyek sendiri berada pada posisi tawar menawar yang lebih kuat, karena telah mempunyai standar KKK dan harga bokar serta hanya menjual produknya kepada pedagang yang memberikan harga tertinggi.

Penelitian juga dilakukan oleh Fadhilah Wulandari (2008) yang berjudul

Efisiensi Sistem Tataniaga Sayuran untuk Pasar Tradisional dan Pasar Modern melalui Sub Terminal Agribisnis Cigombong Kabupaten Cianjur – Jawa Barat

yang menggunakan analisis keterpaduan pasar (IMC = Indeks of Market Connection) mendapatkan hasil pada pasar tradisional untuk sayuran brokoli dimana untuk IMC lebih besar dari satu yaitu sebesar 2,07 sehingga tidak terjadi keterpaduan pasar jangka panjang antara pasar pengikut dan pasar acuan serta untuk koefisien b2 sebesar 0,52 yang artinya terjadi keterpaduan pasar jangka pendek, dikarenakan nilai b2 kurang dari satu.

Selain itu juga untuk sayuran bawang daun didapat nilai perhitungan IMC sebesar 1,52 dan nilai b2 sebesar 1,11 dimana keduanya lebih besar dari satu yang artinya antara pasar acuan dan pasar pengikut tidak terjadi keterpaduan pasar jangka panjang maupun keterpaduan pasar jangka pendek. Sedangkan pada pasar modern untuk sayuran brokoli didapat IMC sebesar 0,03 yang artinya terjadi keterpaduan pasar jangka panjang dan koefisien b2 sebesar 1,36 yang artinya tidak terjadi keterpaduan pasar jangka pendek. Oleh karena itu penelitian ini menyimpulkan bahwa pola sayuran yang paling efisien adalah pola saluran 1 dari pasar modern sebab pola saluran yang terbentuk pendek dan terjadi keterpaduan pasar jangka panjang.


(1)

Lampiran 3. Data Harga CPO di Tingkat Produsen (Pf) dan Konsumen (Pr)

(2007-2009)

Bulan Pf (Rp/Kg) Pr (Rp/Kg) Q yg ditawarkan (Ton) Q yg terjual (Ton)

Januari 5295 5305 33.500 21.000

Februari 5335 5344 27.250 21.000

Maret 5596 5611 35.000 21.000

April 6443 6493 31.500 21.000

Mei 6820 6842 23.500 21.000

Juni 6939 6979 49.000 21.000

Juli 7084 7100 58.250 21.000

Agustus 7298 7308 123.000 21.000

September 7219 7244 150.000 21.000

Oktober 7445 7448 147.500 21.000

November 8067 8083 132.500 21.000

Desember 7858 7872 69.500 21.000

Januari 9199 9233 68.000 21.000

Februari 9940 9965 98.000 21.000

Maret 9682 9707 133.500 21.000

April 9288 9332 118.250 21.000

Mei 9958 9967 167.000 21.000

Juni 9497 9509 236.750 21.000

Juli 8740 8755 198.250 21.000

Agustus 6923 6959 154.500 21.000

September 6003 6013 234.000 21.000

Oktober 4565 4577 175.000 21.000

November 5156 5166 184.500 21.000

Desember 5343 5347 98.000 21.000

Januari 6243 6249

Februari 6902 6919

Maret 7199 7209

April 8211 8220

Mei 8507 8510

Juni 7561 7561

Rata/Total 6428 6433 2.746.250 1.678.750


(2)

Lampiran 4. Data Harga CPO Lokal yang terjual di KPB PTPN Jakarta

(2004-2009)

Bulan

Harga CPO lokal (Rp/Kg)

Januari 4.096

Februari 4.410

Maret 4.723

April 4.760

Mei 4.690

Juni 4.057

Juli 3.731

Agustus 3.802

September 3.880

Oktober 3.725

November 3.680

Desember 3.613

Januari 3.366

Februari 3.225

Maret 3.782

April 3.863

Mei 3.784

Juni 3.749

Juli 3.855

Agustus 3.848

September 4.006

Oktober 4.084

November 3.869

Desember 3.679

Januari 3.696

Februari 3.857

Maret 3.772

April 3.713

Mei 3.806

Juni 3.917

Juli 4.013

Agustus 4.362

September 4.191

Bulan

Harga CPO lokal (Rp/Kg)

Oktober 4.179

November 5.031

Desember 5.124

Januari 5.305

Februari 5.344

Maret 5.611

April 6.493

Mei 6.842

Juni 6.979

Juli 7.100

Agustus 7.308

September 7.244

Oktober 7.448

November 8.083

Desember 7.872

Januari 9.233

Februari 9.965

Maret 9.707

April 9.332

Mei 9.967

Juni 9.509

Juli 8.755

Agustus 6.959

September 5.984

Oktober 4.577

November 5.166

Desember 5.347

Januari 6.249

Februari 6.919

Maret 7.209

April 8.220

Mei 8.510

Juni 7.561


(3)

Lampiran 5. Data Kurs Rp/USD (2004-2009)

Bulan Kurs Jual Kurs Beli

Januari 8894.95 7894.95 Februari 8925.17 7925.17 Maret 9068.82 8068.82 April 9108.25 8108.25 Mei 9465.32 8465.32 Juni 9882.38 8882.38 Juli 9536.86 8536.86 Agustus 9735.43 8735.43 September 9682.60 8682.60 Oktober 9596.24 8596.24 November 9531.47 8531.47 Desember 9723.10 8723.10 Januari 9744.90 8744.90 Februari 9744.94 8744.94 Maret 9870.52 8870.52 April 10039.35 9039.35 Mei 9979.80 8979.80 Juni 10116.45 9116.45 Juli 10299.29 9299.29 Agustus 10486.18 9486.18 September 10732.57 9732.57 Oktober 10593.38 9593.38 November 10540.71 9540.71 Desember 10357.32 9357.32 Januari 9972.38 8972.38 Februari 9753.15 8753.15 Maret 9671.57 8671.57 April 9436.94 8436.94 Mei 9484.86 8484.86 Juni 9412.50 8412.50 Juli 9625.48 8625.48 Agustus 9594.25 8594.25 September 9643.33 8643.33 Oktober 9687.18 8687.18

Bulan Kurs Jual Kurs Beli November 9634.59 8634.59 Desember 9586.80 8586.80 Januari 9567.96 8567.96 Februari 9567.80 8567.80 Maret 9663.95 8663.95 April 9597.55 8597.55 Mei 9344.33 8344.33 Juni 9483.65 8483.65 Juli 9567.14 8567.14 Agustus 9866.68 8866.68 September 9809.90 8809.90 Oktober 9607.06 8607.06 November 9764.27 8764.27 Desember 9833.60 8833.60 Januari 9906.35 8906.35 Februari 9681.15 8681.15 Maret 9684.94 8684.94 April 9708.64 8708.64 Mei 9790.80 8790.80 Juni 9795.71 8795.71 Juli 9663.45 8663.45 Agustus 9649.25 8649.25 September 9840.65 8840.65 Oktober 10548.35 9548.35 November 12211.15 11211.15 Desember 11824.84 10824.84 Januari 11667.21 10667.21 Februari 12352.75 11352.75 Maret 12349.55 11349.55 April 11525.10 10525.10 Mei 10892.65 9892.65 Juni 10706.64 9706.64 Juli 10611.33 9611.33

Sumber: Bank Indonesia, 2009.


(4)

Lampiran 6. Tampilan Hasil Olahan

Eviews 6.1 Fleksibilitas Transmisi

Harga

Dependent Variable: PF Method: Least Squares Date: 10/10/09 Time: 13:51 Sample: 2007M01 2009M06 Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

PR 1.001756 0.001530 654.6566 0.0000

C 4.136829 11.47245 0.360588 0.7211

R-squared 0.999935 Mean dependent var 7360.900

Adjusted R-squared 0.999932 S.D. dependent var 1537.800 S.E. of regression 12.64944 Akaike info criterion 7.977443 Sum squared resid 4480.230 Schwarz criterion 8.070856 Log likelihood -117.6616 Hannan-Quinn criter. 8.007326 F-statistic 428575.2 Durbin-Watson stat 1.651660 Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 7. Perhitungan Analisis Fleksibilitas Transmisi Harga

1

=

b

P

r

P

f

1

=

1,0017

6433

6428

1


(5)

Lampiran 8. Tampilan Hasil Olahan Eviews 6.1 dari Data Harga MDEX

Malaysia

Dependent Variable: PIT Method: Least Squares Date: 10/06/09 Time: 22:47 Sample (adjusted): 2 66

Included observations: 65 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 307.6324 104.8402 2.934298 0.0047 PIT_1 0.608011 0.091219 6.665363 0.0000 PJ_PJT_1 0.876044 0.069150 12.66879 0.0000 PJT_1 0.350917 0.086216 4.070225 0.0001

R-squared 0.982352 Mean dependent var 5548.308 Adjusted R-squared 0.981484 S.D. dependent var 2007.335 S.E. of regression 273.1480 Akaike info criterion 14.11747 Sum squared resid 4551200. Schwarz criterion 14.25128 Log likelihood -454.8177 Hannan-Quinn criter. 14.17026 F-statistic 1131.799 Durbin-Watson stat 1.774423 Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 9. Tampilan Hasil Olahan Eviews 6.1 dari Data Harga Bursa

Rotterdam

Dependent Variable: PIT Method: Least Squares Date: 10/06/09 Time: 22:58 Sample (adjusted): 2 66

Included observations: 65 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 259.5784 100.3794 2.585973 0.0121 PIT_1 0.624688 0.094502 6.610332 0.0000 PJ_PJT_1 0.827881 0.067629 12.24147 0.0000 PJT_1 0.311783 0.083972 3.712927 0.0004

R-squared 0.982659 Mean dependent var 5548.308 Adjusted R-squared 0.981807 S.D. dependent var 2007.335 S.E. of regression 270.7547 Akaike info criterion 14.09987 Sum squared resid 4471793. Schwarz criterion 14.23368 Log likelihood -454.2457 Hannan-Quinn criter. 14.15266 F-statistic 1152.258 Durbin-Watson stat 1.839707 Prob(F-statistic) 0.000000


(6)

Wakil Direktur Pelaksana (Vice of Managing Director) Sekretaris Dewan Pengawas (Board of Supervisor’s Secretary) Urusan Pengawasan Finansial (Finance Audit Section) Urusan Pengawasan Operasional (Operational Audit Section) Bagian Pembiayaan (Department of Purchasing) Urusan Keuangan (Finance Section) Urusan Personalia

/ PDE (Human Resource & EDP

Section) Bagian SDM &

Umum (Department of

Market HR & General Affair) Urusan Akuntansi (Accounting Section) Bagian SPI (Department of Internal Auditor) Urusan Pengembangan SDM (HRD Section)

Urusan RT / SP (General Affair Section) Urusan Sekretariat & Hukum (Secretary & Legal Section) Urusan Analisa Pasar

Makanan & Minuman (F & B Market Analysis

Section) Urusan Analisa Pasar

Minyak Sawit (CPO Maket Analysis Section)

Urusan Analisa Pasar Karet & Produk Karet (Rubber & Downstream

Product Maket &Analysis Section) Urusan Informasi Pasar &

Promosi (Market Information & Promotion

Section) Bagian Analisa &

Informasi Pasar (Department of Market Analysis & Information) Bagian Pemasaran Minyak Sawit (Marketing Department of CPO) Urusan Pemasaran Kopi & Kakao (Coffee

& Cocoa Marketing Section) Urusan Pengendalian Mutu (Quality Control System) Urusan Pengapalan & Pergudangan (Shipment & Storage Section) Urusan Pemasaran Teh (Tea Marketing Section) Urusan Pemasran Karet Wilayah Jawa (Rubber Marketing Section

– Java Region)

Urusan Pemasaran Karet Wilayah

Luar Jawa (Rubber Marketing Section

– Outside Java

Region) Bagian Pemasaran

Teh, Kopi & Kakao (Marketing

Department of Tea, Coffe &

Cocoa)

Bagian Pemasaran Karet

(Marketing Department of Rubber) Urusan Verifikasi Rampung Tetes (Finished Molases Verification Section) Urusan Pemasaran Tetes (Molases Marketing Section) Urusan Pemasaran Gula Pasir (White Sugar Marketing

Section) Bagian Pemasaran Gula Pasir & Tetes

(Marketing Department of Sugar & Molases)

Urusan Pemasaran Minyak Sawit

Lokal (CPO –

Local Marketing Section)

Urusan Pemasaran Minyak Sawit

Ekspor (CPO –

Export Marketing Section) Urusan Pengapalan (Shipment Section)

Urusan Tata Usaha (General Affair Section) Kantor Cabang Medan (Medan Branch Office)

Urusan Karet / Lateks (Rubber / Lateks Section)

Urusan Sawit / Nyiur (Palm Oil / Coconut Section)

Urusan Teh / Kakao (Tea / Cacao Section) Urusan Gula & Tetes (Sugar & Molases Section)

Urusan Teh / Kakao (Tea / Cocoa Section) Urusan Karet / Kopi (Rubber / Coffee Section)

Urusan Tata Usaha (General Affair Section) Kantor Cabang Surabaya (Surabaya Branch Office)

Makassar Jambi Pekanbaru

Kantor Administrasi Penjualan (Sales Administration Office)

Bandar Lampung Bandung Semarang Pontianak

9

7