Efektifitas Komunikasi yang Terjadi antara Pengasuh dengan Anak Panti Asuhan

Universitas Sumatera Utara

4.4 Efektifitas Komunikasi yang Terjadi antara Pengasuh dengan Anak Panti Asuhan

Berdasarkan tujuan penelitian yaitu memahami efektifitas komunikasi yang terjadi antara pengasuh dengan anak panti asuhan, maka terdapat beberapa poin terkait, antara lain: karakteristik anak panti dan ciri kemandirian anak. Penentuan target observasi sendiri, peneliti tetapkan sesuai dengan bantuan Informan 1 sehingga wawancara lebih mendalam hanya dilakukan kepada Informan 2, Informan 3, Informan 4, dan Informan 5. Dibawah ini peneliti menyajikan data terkait berdasarkan wawancara mendalam dan observasi langsung baik terhadap Informan utama pengasuh dan Informan tambahan sebagai target observasi anak asuh usia 6-12 tahun.

4.4.1 Karakteristik Anak Asuh Usia 6-12 Tahun di Panti Asuhan Putri St. Angela Deli Tua

Target Observasi 1 Nama : Yesenia TTL : Batam, 26 September 2005 Usia : 10 tahun Suku : Batak Toba Agama : Katolik Asal : Batam Keterangan : Kedua orang tua masih hidup Anak ke : 3 dari 4 bersaudara Pendidikan : Kelas 4 SD Lama tinggal di Panti : 11 bulan Yesenia merupakan anak asuh yang menjadi target observasi 1. Yesenia merupakan anak asuh yang masih memiliki kedua orang tua. Alasan Yesenia diasuh di panti asuhan adalah karena keadaan ekonomi keluarga yang tidak mampu. Yesenia merasa senang tinggal di panti karena bisa banyak teman,bisa bernyanyi dan menari. Meski rasa rindu dengan keluarga terutama mamak ibu dan adik laki-lakinya. Kegiatan harian Yesenia di panti antara lain bangun pagi, dan melakukan persiapan ke sekolah, mengepel lantai koridor atas hingga depan Universitas Sumatera Utara kamar mandi. Kegiatan mengepel dilakukan dengan 2 anak asuh lain. Pada siang hari sepulang sekolah Yesenia harus menyapu halaman depan panti asuhan bersama dengan anak SD lainnya. Yesenia mengatakan tujuannya diasuh di panti asuhan adalah supaya menjadi orang sukses dan dapat menyenangkan kedua orang tua. Berdasarkan penuturan dari Informan 1, Yesenia dikatakan sesuai dengan karakteristik anak untuk kelompok 1. Sesuai dengan pengamatan peneliti, Yesenia memiliki sifat yang ramah dan terbuka. Yesenia termasuk sudah mampu mengurus dirinya sendiri terlihat dengan kerapian dan kesigapan diri Yesenia dalam mempersiapkan dirinya sendiri ketika hendak pergi sekolah, pergi gereja dan pergi untuk kegiatan lainnya. Selain itu Yesenia juga mau mengajak dan mengarahkan temannya untuk segera bersiap-siap. Pada saat latihan vokal, Yesenia berinisiatif untuk mengambilkan minum untuk pelatih ketika anak asuh lain saling menyuruh untuk mengambilkan air minum. Saat melakukan kegiatan berkebun Yesenia terlihat lebih fokus pada pekerjaannya, dengan tujuan agar dia memiliki waktu untuk bermain. Dalam mengerjakan kewajiban menyapu halaman, Yesenia bergabung dengan teman-temannya dan memilih bagian yang akan dibersihkannya. Selain itu berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan, Yesenia menilai dirinya sendiri belum mandiri karena menurutnya dia masih harus disuruh-suruh untuk mengerjakan sesuatu. Menurut Yesenia, mandiri adalah melakukan sesuatu sendiri. Ketika peneliti bertanya apakah Yesenia sudah mandiri dia menjawab belum. Hal ini berlanjut dengan potongan percakapan antara Yesenia dan Fitri Target Observasi 2 berikut: F : “Berarti kau masih dimandikan mamakmu”. Y : “Bodok lho”. F : “Kan kau bilang belum mandiri” Y : “Kan memang belum. Kau memang udah ? Kan tugasmu tunggu disuruh kak Ruby dulu.” Menurut Informan 2, Yesenia merupakan anak yang termasuk mandiri karena memiliki sikap yang bijak. Kemandirian Yesenia tampak dari Universitas Sumatera Utara kesigapannya mengurus diri sendiri dan mudah untuk diberi arahan, namun terkadang Yesenia juga tetap memiliki sifat malas. “Mandiri ya ? Mandiri termasuk bijaklah kita bilang itu ya. Hm, kalau Yesenia itu saya lihat termasuk bijak. Dia itu mandiri, udah bisalah ngurus dirinya sendiri. Dia cepat itu ngurus dirinya. Cuma tetap aja malasnya kalau kerja. Tapi udah bisalah dibilang.” Sesuai dengan penuturan Informan 3, Yesenia termasuk anak yang mandiri karena telah mampu mengerjakan tugas pribadinya sendiri. Namun untuk keterampilan Yesenia belum mampu untuk berinisiatif untuk melakukan kreasi sendiri. Yesenia masih perlu banyak arahan dalam membuat kerajinan manik- manik. “Yesenia dalam hal keterampilan dan kemandirian, anak ini memang karena sibuk disekolah merasa lelah, banyak PR. Kadang dia untuk keterampilan merasa bosan dan mengantuk walau memang berminat untuk itu. Yesenia untuk kemandirian secara umum sudah bisa, sedangkan untuk keterampilan seperti belajar sendiri membuat kreasi itu belum. Dia mesti diajari pelan-pelan dan dikasih saran warna apa yang bagus, warna apa yang cocok. Begitu. ” Menurut Informan 4, Yesenia merupakan anak yang tekun dan mudah mengerti. Namun kadang kurang memiliki inisiatif dan kadang tidak langsung mengerjakan tugas yang telah diberikan. Yesenia dapat dikatakan hampir mandiri, sebab beberapa hal seperti mengikuti perintah untuk mengerjakan tugas dia belum mampu untuk segera tanggap. “Yesenia itu bisa dikatakan setengah mandirinya. Kalo yang tidak mandirinya misalnya sudah kita kasih tau pas makan misalnya. Kita bilangin ini-ini-ini, isi air aja mesti disuruh. Dia nggak bisa langsung. Oh ini nih nyiapin piring, nyiapin piring, dan sebagainya itu belum- belum.” Berdasarkan hasil wawancara dengan Informan 5, Yesenia merupakan anak yang mandiri untuk mengurus dirinya sendiri. Jika untuk bersiap-siap kesekolah atau mengikuti kegiatan Yesenia mampu mengurus keperluannya dengan baik. Selain itu Yesenia juga sudah mampu berinisiatif untuk mengerjakan Universitas Sumatera Utara tugasnya, bahkan mau memanggil teman-temannya untuk mengerjakan tugas bersama-sama. “Yesenia, itu mandirinya nggak tau saya karena jarang disini kali ya. Cuma saya ngelihat dia kadang meler kadang mau. Tapi dia untuk dirinya sendiri dia iya bisa. Misalnya gini dia ini pasti udah mandi, terus udah siap-siap dia. Dia nggak ada yang bantu-bantu. Dia udah bereslah. Tapi kalau tugas kelompok dia juga udah bisa, tugas-tugas kelompok tuh dia kerjain tanpa disuruh. Malah dia manggilin temen satu kelompoknya.” Target Observasi 2 Nama : Fitri TTL : Samosir, 17 April 2006 Usia : 10 tahun Suku : Batak Toba Agama : Katolik Asal : Pangururan Keterangan : Yatim Anak ke : 5 dari 6 bersaudara Pendidikan : Kelas 4 SD Lama tinggal di Panti : 3 tahun 11 bulan Berdasarkan keterangan dari Informan 1, Fitri masuk ke kategori anak dengan ciri target observasi kelompok 1. Alasan Fitri diasuh di panti asuhan karena kemampuan ekonomi yang kurang serta kondisi keluarga yang kurang mendukung untuk pengasuhan anak. Saat peneliti bertanya tentang kesehariannya Fitri mengaku sudah tidak banyak mengingat masa lalunya. Awal berkenalan dengan Fitri, tampak sekali jika Fitri mencari perhatian dari peneliti saat masih mewawancarai Yesenia Target Observasi 1. Pekerjaan yang biasa dilakukan Fitri yaitu menyapu halaman dan membantu memberi makan ternak. Menurut Fitri, mandiri itu tidak tergantung pada orang lain dalam mengerjakan sesuatu. Fitri mengaku sudah mandiri karena sudah mampu mengerjakan tugas pribadinya sendiri, seperti mandi, mencuci pakaian, menyiram bunga, dan menyapu. Menurut Fitri, diasuh di panti asuhan bertujuan agar menjadi orang sukses, menjadi orang Universitas Sumatera Utara baik, dan bisa membantu orang tua sewaktu dewasa dan cita-citanya menjadi guru dan pengusaha tercapai. Menurut Informan 2, Fitri sudah mandiri. Anak-anak asuh di panti asuhan sudah dituntut untuk mampu mengurus diri masing-masing. Namun untuk kemandirian Fitri sudah termasuk anak yang mandiri dibanding anak asuh lain seusianya. Bahkan menurut Informan 2, Fitri lebih mandiri dari pada Yesenia. “Seperti itu mandiri juga si Fitri. Dia juga sudah. Lagian memang disini semua kan dituntut untuk bijak, bisa ngurus dirinya kan. Tapi Fitri ini memang masih lebih bijak sedikit dibandingkan Yesenia.” Menurut Informan 3, Firi merupakan anak asuh yang sudah dapat dikatakan mandiri dengan hasil pekerjaan yang rapi. Meski sikapnya sendiri masih memiliki sikap keegoisan dan ingin selalu diperhatikan. Namun pengasuh berupaya untuk membagi perhatian yang adil dan memberikan pengertian kepada anak asuh agar sikap keakuannya itu tidak semakin berkembang. “ Kalau Fitri ya, kalau Fitri itu sebenarnya juga sudah bisa. Sudah bisa dia mengerjakan tugasnya, rapilah. Tapi untuk sikapnya memang, kadang terlihat seperti kurang perhatian dulunya. Jadi kalau kita mengajar dan fokus ke satu anak lain, dia itu pasti tingkahnya aneh-aneh untuk mendapatkan perhatian kita. Jadi saya juga awalnya bingung tak ada angin, tak ada hujan, bisa tiba-tiba kelakuannya aneh. Seperti jadi ribut, ganggu teman, tidur-tiduran dia nanti. Selain itu kalau ada orang baru dia mau menunjukkan diri, aku yang lebih, ya kan ? Nanti pertama sama dia kita fokus, terus tiba-tiba datang orang kita beralih. Itu dia pasti cemburu. Sehingga saya berusaha untuk berbagi perhatian itu yang adil. Karena dia itu keakuannya besar, makanya kita selalu berusaha bilangin biar tidak semakin membesar keakuannya itu tadi. ” Menurut Informan 4, Fitri sudah termasuk anak yang mandiri karena selain mampu mengurus diri sendiri, dia tanggap dalam mengerjakan tugas bersama anak panti lainnya. “Fitri itu udah bisa. Doa, dia doa , turun, ngumpul. Dia bagus dibilangin. Dia sudah agak sadarlah kalo dibilang. Pulang sekolah sama teman- teman nyapu.” Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil wawancara dengan Informan 5, Fitri sudah memiliki kemandirian yang baik. Dia tanggap mengerjakan tugasnya seperti mencuci pakaiannya sendiri sebelum tidur siang. Selain itu dia juga sudah belajar dengan bagus dan memiliki kedisiplinan seperti segera turun pada jam berdoa dan bangun tidur tepat waktu. “Fitri bagus. Dia saya lihat nyuci baju sendiri, sebelum tidur siang. Belajarnya bagus, dia lebih baguslah. Terus dia tepat waktu, disiplin orangnya. Lonceng doa, udah turun dia ikut. Pokoknya disiplinlah Fitri ini.” Target Observasi 3 Nama : Mona TTL : Medan, 13 Februari 2007 Usia : 9 tahun Suku : Batak Karo Agama : Katolik Asal : Palembang Keterangan : Kedua orang tua masih hidup Anak ke : 3 dari 5 bersaudara Pendidikan : Kelas 3 SD Lama tinggal di Panti : 3 tahun Berdasarkan keterangan dari Informan 1, Mona sesuai dengan karakteristik Target Observasi Kelompok 2. Mona merupakan salah satu anak yang termuda di panti asuhan. Sehingga masih memiliki sikap sesuka hati dan selalu ingin diperhatikan lebih. Wawancara yang peneliti lakukan dengan Mona menunjukkan bahwa Mona diasuh di panti karena alasan ekonomi orang tua yang tidak mampu. Mona merupakan anak yang sangat ekspresif dan sangat menyayangi anjing-anjing peliharaan yang ada di panti asuhan. Menurut pengamatan peneliti, Mona merupakan anak yang tertutup dan sulit untuk didekati. Namun ketika sudah merasa nyaman dengan orang baru tersebut Mona selalu ingin dekat dengan orang tersebut. Mona memiliki tugas sama dengan anak SD lain yaitu menyapu halaman dan tugas kelompok yaitu memberi makan ternak terkhusus anjing peliharaan. Mandiri menurut Mona adalah mampu mengerjakan tugasnya sendiri, Universitas Sumatera Utara seperti mandi, tidur, makan, dan mencuci. Dia mengaku sudah pandai sekali mencuci pakaian sendiri. Selain itu Mona juga mengaku sudah mandiri karena dia sadar masih anak kecil tetapi sudah mampu mengurus diri sendiri tanpa bantuan kakak asuh. Karena menurutnya kakak kandungnya bukan sekaligus menjadi kakak asuhnya. Mona mengatakan jika tujuannya diasuh di panti supaya semakin pintar dan rajin, sehingga menjadi sukses serta cita-citanya menjadi suster biarawati dapat tercapai. Menurut Informan 2, Mona masih belum mandiri dan kurang mampu menangkap arahan yang telah disampaikan oleh pengasuh. Meskipun Mona memiliki kakak kandung di panti asuhan juga, namun kemandirian keduanya masih kurang. “Nah, kalo yang kurang bijak ini. Anak yang kurang memang, yang kurang nangkap itu Mona dan Elsa. Itu Mona punya kakak juga disini, kakak kandungnya si Fani juga seperti itu.” Berdasarkan wawancara dengan Informan 3, Mona pernah mengikuti kegiatan keterampilan. Namun ternyata Mona belum bisa mampu untuk mengikuti kegiatan keterampilan karena masih memiliki sikap mudah bosan, hanya ingin bermain dan belum mau mengkuti pengajaran yang diberikan. Mona belum dapat dikatakan mandiri karena masih perlu banyak pengawasan untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Namun ketika disuruh untuk beberapa pekerjaan Mona masih mau bisa melakukannya. “Kalau Mona, dulu pernah ikut keterampilan tapi dia tidak bisa. Dia itu suka melihat keterampilan yang udah ada, kalau cantik kali dia ambil dan untuk dia. Setelah itu dia membuat keterampilan semaunya dia, dia nggak mau ikuti pengajaran kita. Anaknya mudah bosan, pinginnya main-main, bebas. Kalau Mona belum bisa dikatakan mandiri. Dia itu harus selalu diawasi, karena dia akan berbuat semaunya. Yah sepertinya memang itu sudah terbawa-bawa dari sananya. Selain itu dia manja sekali. Kalau kita dekat sama temannya yang lain, langsung itu buat aneh-aneh, pengen diperhatikan. Tapi kalau disuruh mandi dia bisa, disuruh ambil kain jemuran yang sudah kering dia bisa. Jadi untuk insiatif dia belum. Menurut Informan 4, Mona merupakan anak yang tertutup dan kaku. Dia cenderung sulit menerima perkataan. Mona mudah untuk berkata ya, namun Universitas Sumatera Utara setelah itu akan berubah lagi. Mona belum termasuk anak yang mandiri, karena hanya masih mampu mandiri pada lingkup yang kecil untuk dirinya sendiri. “Mona itu tertutup. Itu kaku itu. Gak mudah menerima kata-kata. Iyanya sih iya, tapi besok udah enggak. Hahaha. Dia sedikit-sedikit sih mandiri sudah, tapi secara keseluruhan belum.” Berdasarkan wawancara dengan Informan 5, Mona merupakan anak yang belum mandiri. Informan 5 menilai hal ini karena Mona sendiri masih kecil dan konsentrasinya cepat buyar sehingga perlu diawasi dalam bertugas. Namun untuk mengurus anjing-anjing peliharaan, Mona termasuk anak yang telaten dan tanpa disuruh dia akan tanggap akan tugasnya memberi makan anjing-anjing peliharaan. Selain itu pada umumnya anak-anak SD masih lebih mudah untuk diarahkan dibanding anak asuh SMP dan SMA. “Mona kan masih kecil, jadi dia kek gitulah. Kalau misalnya dia disuruh dikerjain. Dia kan tugasnya cuman ngasih makan anjing, nyapu halaman. Itu dia memang konsentrasinya cepat buyar jadi mesti ditemenin kerjanya baru beres. Tapi kalo untuk ngasih makan anjing dia bagus, nggak disuruh. Tapi itu aja sih tugasnya, tanpa disuruh dikerjain. Dia perhatiin anjing itu, diakan kenal semua anjing itu. Dia itu sama kayak Fitri. Mereka itu lebih bagus daripada yang besar-besar. Dengar lonceng bagus, tuh dia udah turun udah bangun. ” Target Observasi 4 Nama : Elsa TTL : Samosir, 25 Juni 2005 Usia : 11 tahun Suku : Batak Toba Agama : Katolik Asal : Samosir Keterangan : Yatim-Piatu Anak ke : 2 dari 2 bersaudara Pendidikan : Kelas 5 SD Lama tinggal di Panti : 3 tahun Universitas Sumatera Utara Target observasi 4 adalah Elsa yang masuk kedalam kategori sesuai karakteristik kelompok 2. Berdasarkan pengamatan peneliti setelah beberapa kali berinteraksi, Elsa termasuk anak yang sulit untuk didekati. Selain itu selalu berusaha menghindar untuk ditanyai tentang tugas dan kemandiriannya. Elsa merupakan anak yatim piatu dan tidak ada keluarga yang merawat sehingga harus diasuh di panti asuhan. Awalnya di panti asuhan dia diasuh bersama kakak kandungnya, namun karena kurang sehat dan perlu mendapatkan pengobatan kakaknya pun tidak lagi berada di panti asuhan. Menurut Elsa, mandiri berarti bekerja sendiri tanpa perlu disuruh dan bahkan mengerjakan tugas meskipun itu bukan tugas pribadi. Ketika peneliti bertanya perihal kemandiriannya, Elsa ragu-ragu dalam menjawab. Namun pada akhirnya dia menjawab jika dia sudah mandiri, karena dia sudah mampu mencuci bajunya sendiri dan bisa mengerjakan tugasnya sendiri tanpa perlu disuruh. Elsa mengatakan tujuannya diasuh di panti asuhan adalah agar mampu bekerja sama dan agar bisa sekolah sehingga setelah selesai dari panti dia bisa bertemu dengan kakaknya. Menurut Informan 2, Elsa adalah anak yang kurang mandiri. Elsa masih sering lalai dalam mengerjakan tugasnya sendiri tetapi tidak jarang malah membantu orang lain untuk membantu anak lain untuk mengerjakan tugas mereka. “Kalau Elsa, dia mau bantu kerjaan temannya. Cuma dia lalai sama tugasnya sendiri. Kan ga bagus seperti itu.” Berdasarkan wawancara dengan Informan 3, Elsa adalah anak yang supel dalam kesehariannya. Namun belum dapat dikatakan mandiri seutuhnya. Elsa masih belum mampu menentukan prioritas tugas yang harus dikerjakannya. Elsa yang bersifat terbuka akan membantu pekerjaan anak asuh lain, sementara tugasnya sendiri belum diselesaikan. Elsa, ini anaknya supel. Tapi kalau mau dikatakan mandiri, dia belum bisa dikatakan seratus persen. Dia itu kita kasih pekerjaan, tapi diliatnya kawannya nggak beres dia mau bantuin temannya. Nah, dia mau bantu tapi kerjaannya nggak beres. Jadikan dia belum bisa mandiri dengan belajar bertanggung jawab. Lalu kalau sifat anaknya ya terbuka. Dia juga Universitas Sumatera Utara anaknya patuh aja, tapi kalau dibilang kerjain ini dia iya aja. Cuma pas ngerjain itu ya, urusan temannya duluan yang dibantuin. ” Menurut Informan 4, Elsa merupakan anak yang tertutup. Beliau menilai hal ini terpengaruh oleh kondisi Elsa yang sudah yatim piatu selain itu berpisah jauh dengan saudara kandungnya. Namun Elsa sudah termasuk memiliki kemandirian untuk dirinya sendiri. “Elsa ? Elsa itu juga tertutup itu. Elsa ini apa ya. Mungkin juga karena orang tuanya sudah meninggal semua ini jadi ya agak tertutup. Kemandiriannya ya ada.” Berdasarkan hasil wawancara dengan Informan 5, Elsa merupakan anak yang bebal dan harus selalu diawasi dalam pengerjaan tugasnya. Elsa mudah merespon tugas yang diberikan namun pada praktiknya Elsa tidak cepat tanggap dalam mengerjakannya. Ada kalanya pula Elsa mau berinisiatif mengerjakan tugasnya, hal ini dinilai Informan 5 dapat terjadi bila Elsa sedang dalam mood yang baik saja. “Ah kalau Elsa saya nggak ngerti ngomongnya. Dia tuh, dia tuh bebal. Tapi kalo diliatin dia bagus kerja. Kalo diliatin. Kalo nggak diliatain nggak, nggak beres. Dia tuh ini, mengiyakan perintah cepat, tapi menjalankannya susah. Tapi kadang tanpa disuruh mau juga, nggak ada saya liat-liat itu dikerjain sama dia. Itu biasanya karena apa, Kak ? Nggak tau saya, apa pengaruhnya. Apa karena gara-gara lagi senang dia, happy dia, makanya gitu. Kan orang ini kek gitu. Mood- moodan dia.” Tabel 8. Karakteristik Target Observasi Nama Anak Karakteristik Kemandirian Yesenia Bersifat ramah dan terbuka, sudah mampu mengurus diri, mau mengajak dan mengarahkan temannya, berinisiatif. Menilai dirinya sendiri belum mandiri karena menurutnya dia masih harus disuruh-suruh untuk mengerjakan sesuatu.

I.2: Mandiri, bijak, sigap mengurus diri sendiri, mudah untuk diberi arahan, terkadang malas.