Karakteristik Pengasuh di Panti Asuhan Putri St. Angela Deli Tua

Universitas Sumatera Utara televisi. Selain itu jam tidur anak-anak panti pun lebih lama yaitu pukul 22.00 WIB untuk anak-anak SD dan pukul 23.00 WIB untuk anak SMP dan SMA. Pada Minggu, 29 Mei 2016, kegiatan pagi hari sama seperti biasa. Namun jam bangun tidur lebih lama yaitu pukul 06.00 WIB. Khusus hari Minggu, pukul 07.45 WIB anak-anak panti sudah harus berangkat ke gereja. Selain itu beberapa anak SMP dan anak SMA juga melakukan Bazaar yaitu berjualan barang rohani, kue-kue buatan mereka sendiri, dan juga benda-benda hasil keterampilan mereka. Kegiatan wawancara peneliti lakukan terhadap Pak Hantoro pada Sabtu pagi hari ketika beliau sedang beristirahat sebelum pergi untuk menjemput makanan ternak. Setelah itu peneliti mewawancarai kak Lastiar pada hari Minggu. Target observasi yaitu Elsa dan Mona juga peneliti wawancarai sebagai bahan informasi tambahan. Sementara itu observasi peneliti lakukan sepanjang peneliti berada di panti asuhan.

4.2 Karakteristik Pengasuh di Panti Asuhan Putri St. Angela Deli Tua

Peneliti melakukan wawancara kepada 5 orang pengasuh di Panti Asuhan Putri St. Angela Deli Tua. Salah seorang dari pengasuh tersebut merupakan suster penanggung jawab panti dan empat orang lainnya merupakan pengasuh yang bertugas sesuai dengan program yang dijalankannya. Pemilihan pengasuh yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini didasarkan pada rata-rata lama bekerja. Rata-rata bekerja pengasuh di panti asuhan adalah 1 tahun hingga 3,5 tahun. Adapun karakteristik dari masing-masing pengasuh yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Informan I Nama : Suster Bernadette Saragih FSE TTL : Haranggaol, 20 April1953 Usia : 63 tahun Suku : Batak Simalungun Agama : Katolik Pendidikan terakhir : Biarawati - Perawat Universitas Sumatera Utara Anak ke : 8 dari 8 bersaudara Lama bekerja : 3,5 tahun Posisi pekerjaan : Penanggung jawab panti asuhan Tempat Tinggal : Susteran FSE, Jalan Besar Sibiru-biru, Deli Tua Tanggal Wawancara : a Kamis, 14 Januari 2016 b Sabtu, 28 Mei 2016 Tempat Wawancara : a Bethania Rumah Suster b Koridor Depan Panti Asuhan St. Angela Delitua Waktu Wawancara : a sekitar pukul 1 siang b sekitar pukul 3 sore Suster Bernadette merupakan informan utama yang peneliti temui dan wawancarai pertama kali, karena beliau merupakan penanggung jawab panti. Berdasarkan pengamatan peneliti selama bertemu dan berinteraksi dengan beliau, Suster Bernadette merupakan orang yang tegas dan menjunjung tinggi kedisiplinan. Hal ini terlihat saat beliau meminta proposal kerja peneliti dalam beberapa bulan ke depan lengkap dengan tujuan-tujuan penelitian, orang-orang yang diperlukan dalam penelitian, serta jadwal mendatangi panti. Kedisiplinan untuk tetap memperhatikan waktu istirahat anak-anak juga menjadi prioritas, sehingga sekalipun dalam jam istirahat anak-anak tidak boleh diganggu. Waktu peneliti untuk berinteraksi dengan anak-anak adalah waktu setelah selesai bekerja sebelum makan siang dan waktu setelah makan siang sebelum beristirahat. Selain itu beliau juga merupakan seseorang yang hati-hati sekali dalam memberikan informasi terbukti dengan ketertutupan beliau saat peneliti belum memiliki surat keterangan penelitian, namun setelah peneliti memenuhi kelengkapan administrasi beliau mengalirkan informasi yang peneliti perlukan. Beliau juga memberikan akses yang luas bagi peneliti untuk melakukan penelitian di panti asuhan. Hal ini termasuk dengan memberikan izin menginap untuk keperluan observasi peneliti. Suster Bernadette merupakan pengasuh yang paling disegani oleh anak panti dan juga termasuk para pengasuh panti. Namun begitu anak-anak Sekolah Dasar akrab dengan beliau bahkan bertingkah kocak di depan beliau. Peneliti juga mendapati jiwa kepedulian pada Suster Bernadette, hal ini terkait dengan beberapa Universitas Sumatera Utara hal yang telah beliau lakukan sesuai dengan wawancara yang peneliti lakukan dengan Suster Bernadette. Beliau merupakan seorang suster biarawati dari Kongregasi Fransiskanes St. Elisabeth. Beliau telah bertugas menanggungjawabi Panti Asuhan Putri St. Angela Delitua selama 3, 5 tahun. Sebelumnya beliau bertugas di Batam selama 8 tahun. Beliau ikut dalam pelayanan untuk membantu orang-orang pedalaman Riau yaitu Suku Laut, agar mau membuka diri terhadap zaman seperti bidang kesehatan dan juga pendidikan. Hal ini juga membuat relasi beliau di Batam menjadi luas, sehingga tidak heran banyak anak-anak panti yang berasal dari Batam. Setelah bertugas di Batam, beliau dipindahkan ke Samosir dalam waktu yang lama pula. Hingga akhirnya dipindahkan ke Delitua dan menjadi ketua Yayasan Siskolinora sekaligus menjadi penanggung jawab Panti Asuhan Putri St. Angela Deli Tua. Selain itu, beliau juga mengurus beberapa hal yang tetap terkait dengan kepedulian kepada orang-orang yang membutuhkan, seperti korban kekerasan keluarga, human trafficking, dll. Berdasarkan pengamatan peneliti dan juga cerita Suster Bernadette, beliau memiliki kepedulian tinggi terhadap pendidikan dan kesejahteraan anak. Terlihat dari usaha inovasi yang beliau lakukan untuk menemukan metode baru yang lebih ampuh untuk mendongkrak minat belajar dan prestasi anak-anak panti. Selain itu, beliau juga memfasilitasi anak-anak panti asuhan untuk meningkatkan keterampilan anak dengan mendatangkan pengajar beberapa keahlian, seperti latihan vokal, latihan tari, kerajinan tangan, salon, dan lain-lain. Beliau yang dekat dengan anak juga menjiwai setiap anak yang ada di panti, memperhatikan setiap hal detail yang terkait dengan anak-anak panti asuhan, seperti kedisiplinan di sekolah, kesehatan anak-anak dan banyak hal lainnya. Informan II Nama : Lina Sihotang TTL : Binjai, 18 September 1989 Usia : 27 tahun Suku : Batak Toba Universitas Sumatera Utara Agama : Katolik Pendidikan terakhir : SMA Lama bekerja : 3 tahun Posisi pekerjaan : Pengasuh bidang rumah tangga Tempat Tinggal : Panti Asuhan Putri St. Angela Deli Tua Tanggal Wawancara : 5 April 2016 Tempat Wawancara : Ruang makan panti asuhan Waktu Wawancara : 14:18 WIB Ibu Lina Sihotang selaku ibu panti yang mengurusi bagian rumah tangga. Pada awalnya beliau terlihat canggung dan memberi jarak terhadap peneliti. Namun seiring dengan proses penelitian yang membuat banyak interaksi, keakraban antara peneliti dengan Ibu Lina menjadi lebih baik. Berdasarkan pengamatan peneliti Ibu Lina merupakan pengasuh yang tidak terlalu ekspresif, sedikit berbicara, dan lebih terfokus pada kegiatannya pada kegiatan dapur. Selain itu cenderung permisif memberikan arahan dengan ringan dan membiarkan anak untuk memilih mengerjakannya atau tidak. Beberapa hal ini terlihat saat peneliti melihat suasana memasak di dapur panti. Ibu Lina cenderung serius pada satu pekerjaan dan tidak banyak interaksi yang terjadi dengan anak asuh, namun begitu ada saatnya pula Ibu Lina terlihat lebih santai. Ketika menegur anak-anak panti, ibu Lina hanya berbicara beberapa kalimat. Hal yang biasa menjadi bahan teguran untuk anak-anak adalah ketika mereka belum mengerjakan kegiatan-kegiatan mereka. Ibu Lina akan mengawali tegurannya dengan pertanyaan seperti “Anak SD udah kalian lap jendela itu ?”, “Udah jadi kalian sapu halaman ?” Setelah itu beliau akan mengungkapkan kekesalannya seperti “Kalian ini kok latihan menari saja. Belum lagi ganti baju. Belum lagi kalian bersihkan jendela ini kan ? ” Teguran tersebut akan berakhir dengan diam dan melihat pergerakan anak asuh beberapa menit. Kemudian beliau kembali mengerjakan kegiatan sebelumnya. Informan III Nama : Lusiana Pandia TTL : Medan, 27 Januari 1975 Universitas Sumatera Utara Usia : 41 tahun Suku : Batak Karo Agama : Katolik Pendidikan terakhir : Pendidikan Guru Agama, Institut Patoral Indonesia IPI Malang Anak ke : 5 dari 6 bersaudara Lama Bekerja : 1 tahun Posisi Pekerjaan : Pengasuh bidang keterampilan Tempat Tinggal : Binjai, Kampung Lalang Kilometer 13,5 Tanggal Wawancara : 9 Mei 2016 Tempat Wawancara : Koridor Lantai 2 Panti Asuhan St. Angela Delitua Waktu Wawancara : 13.33 WIB Beliau biasa disapa Ibu Lusi, beliau merupakan pengasuh ketiga yang peneliti wawancarai. Ibu Lusi merupakan pengasuh yang mengajarkan keterampilan. Bidang keterampilan yang diajarkan adalah kerajinan merangkai manik-manik menjadi barang hiasan ataupun yang bernilai guna, seperti hiasan cermin, tempat alat tulis, bunga-bunga hias, gelang, gantungan kunci, hingga tas manik-manik. Lama bekerja di panti berdasarkan wawancara dengan beliau lebih kurang 1,5 tahun karena sebelumnya beliau mengasuh di panti beberapa bulan, namun harus menjaga dan merawat ibu beliau. Setelah ibu beliau kondisinya lebih baik dan ada yang membantu menjaga, Ibu Lusi kembali mengasuh di panti asuhan. Pertama kali bertemu dengan Ibu Lusi, peneliti mengira kalau Ibu Lusi merupakan suku Jawa. Hal ini terlihat karena dari logat Ibu Lusi dan selipan- selipan bahasa Jawa yang muncul saat berbicara dan berinteraksi dengan anak- anak. Namun setelah wawancara, peneliti mengetahui bahwa beliau bersuku Batak Karo. Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan, Ibu Lusi sebelumnya mengeyam pendidikan sebagai guru agama Katolik. Beliau masuk Institut Pastoral Indonesia IPI Malang, yang sekarang disebut Sekolah Tinggi Pastoral STP. Ibu Lusi bergaul dengan orang bersuku Jawa, bahkan ketika libur pun beliau tidak pulang selama 4 tahun. Hal inilah yang membuat beliau menjadi benar-benar seperti orang suku Jawa. Setelah lulus beliau menjadi pengajar Universitas Sumatera Utara beberapa tahun. Namun karena orang tua beliau semakin tua dan tidak ada yang mengurus, Ibu Lusi memutuskan pulang ke Binjai untuk merawat orang tua beliau. Sementara awal beliau menjadi salah satu pengasuh di Panti Asuhan Putri St. Angela karena Suster Bernadette kenal dengan beliau dan menawarkan untuk bergabung di panti. Keahlian Ibu Lusi adalah merangkai manik-manik, dan Suster Bernadette merasa keterampilan itu perlu dimiliki anak-anak panti. Sehingga akhirnya bergabunglah Ibu Lusi di Panti Asuhan Putri St. Angela Delitua. Berdasarkan interaksi dengan Ibu Lusi dan juga dari wawancara yang telah dilakukan, Ibu Lusi merupakan pengasuh yang humoris, peduli, perhatian, ramah dan pengertian. Beberapa karakteristik di atas, peneliti peroleh ketika mengikuti kegiatan keterampilan untuk mengobservasi Yesenia dan Fitri. Ibu Lusi membiarkan anak-anak untuk berkreasi membuat keterampilan. Selain itu ketika Fitri bercanda terlalu banyak ketika peneliti bertanya, Ibu Lusi menegur secara halus dengan berkata “Fitro, jangan dimain-mainkanlah kakaknya. Itu untuk tugasnya lho. Jawab bagus-bagus. Bantu kakaknya ”. Ibu Lusi cenderung suka bercanda sehingga membuat anak-anak nyaman namun tetap segan kepada beliau. Beliau suka menggoda anak-anak dengan panggilan lucu seperti Fitri menjadi Fitro. Pada saat wawancara juga peneliti juga menemukan humor-humor dari beliau. Selain itu cenderung memberikan keringanan kepada anak-anak, sehingga kegiatan keterampilan tidak menjadi tekanan. Hal ini juga menurut beliau dilakukan untuk tetap mempertahankan kreativitas anak-anak. Informan IV Nama : Dwi Hantoro TTL : Yogyakarta, 21 September 1948 Usia : 68 tahun Suku : Jawa Agama : Katolik Pendidikan terakhir : SMA Universitas Sumatera Utara Lama bekerja : 2 tahun Posisi pekerjaan : Pengasuh bidang ternak dan pengolahan ladang Tempat Tinggal : Panti Asuhan St. Angela Deli Tua Tanggal Wawancara : 28 Mei 2016 Tempat Wawancara : Koridor depan Panti Asuhan St. Angela Deli Tua Waktu Wawancara : Sekitar pukul 8 pagi Pak Hantoro merupakan pengasuh yang pekerjaannya lebih pada pekerjaan berat seperti pemenuhan kebutuhan ternak serta pengelolaan ladang serta pekarangan panti. Pak Hantoro adalah pengasuh yang jarang terlihat karena beliau akan sibuk di pagi hari untuk mengurus ternak serta mengawasi pekerjaan anak-anak yang bertugas memberi makan ternak. Beliau akan istirahat beberapa saat dan akan kembali bekerja untuk menjemput makanan sisa sebagai makanan ternak dari Rumah Sakit St. Elizabeth Medan. Selain itu juga mengambil berbagai kebutuhan seperti kayu bakar, mengantar anak-anak yang akan menjual kue-kue ke rumah sakit. Dalam pengelolaan ladang, beliau tidak bekerja sendiri karena anak-anak juga ikut juga menanam, merawat tanaman, membersihkan ladang dan pekarangan. Berdasarkan pengamatan peneliti, Pak Hantoro adalah seseorang yang tidak terlalu banyak bicara, tenang, kritis, peduli dan tidak mau berdiam diri. Hal ini terlihat karena disaat istirahatsenggang beliau hanya akan duduk mengamati sekeliling beliau yang riuh dengan celotehan anak-anak panti. Selain itu beliau lebih sabar dalam menghadapi anak-anak panti, seperti keterlambatan berkumpul untuk berdoa, teledor dalam meletakkan perkakas berkebun, dan anak-anak yang asal-asalan bekerja. Beliau lebih menekankan teguran yang halus dan tidak menimbukan sakit hati maupun ketegangan. Berdasarkan pengamatan dan juga wawancara, peneliti menemukan beliau akan menegur secara ringan anak-anak yang berbuat kurang tepat. Hal tersebut tampak saat menasehati Fitri yang salah saat memimpin doa rosario. Beliau berbicara halus dan Fitri terlihat dengan senang hati saja mendengarkan teguran dan nasehat beliau. Namun berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, ada pula sikap tidak mau tahu dalam diri beliau karena merasa metode pengajaran yang telah diupayakan sedemikian rupa tetap tidak mampu mengubah kebiasaan Universitas Sumatera Utara anak yang kurang antusias dalam belajar. Hal tersebut terjadi karena sikap kritis dari beliau yang melihat pemerosotan pendidikan saat ini sehingga daya juang anak semakin rendah. Pak Hantoro merasa kesal dengan kenyataan anak-anak jadi lebih cepat puas dan tidak berjuang ketika akan menghadapi ujian sekolah, karena pada akhirnya para siswa akan diberikan kunci jawaban pula. Informan V Nama : Kristina Lastiar TTL : Bandung, 18 Maret 1992 Usia : 24 tahun Suku : Batak Toba Agama : Katolik Pendidikan terakhir : S1 Pertanian Anak ke : 1 dari 4 bersaudara Lama bekerja : 1 tahun 3 bulan Posisi pekerjaan : Pengasuh bidang pendidikan Tempat Tinggal : Panti Asuhan Putri St. Angela Deli Tua Tanggal Wawancara : 29 Mei 2016 Tempat Wawacara : Kamar Tamu Panti Asuhan Waktu Wawancara : 07.00 WIB Pengasuh yang terakhir peneliti wawancarai adalah Kak Lastiar. Kak Lastiar merupakan lulusan S1 Pertanian USU. Hal ini membuat ada kedekatan tersendiri dengan peneliti karena berasal dari universitas yang sama. Kak Lastiar sebenarnya bekerja di salah satu perusahaan di Medan, namun melakukan pengabdian di Panti Asuhan Putri St. Angela Deli Tua atas permintaan Suster Bernadette. Kak Lastiar sebelumnya tinggal di Bandung bersama keluarganya, namun karena masalah perekonomian keluarga, mereka sekeluarga kembali ke Samosir. Pada saat keadaan ekonomi sedang terpuruk, Kak Lastiar dibantu oleh suster untuk berkuliah. Setelah selesai berkuliah, suster meminta Kak Lastiar untuk ikut membantu mengasuh di Panti di bidang pendidikan dan juga kreativitas anak. Meski demikian Kak Lastiar tetap bekerja secara penuh di perusahaan tempat beliau bekerja. Kak Lastiar akan lebih banyak berinteraksi dengan anak- Universitas Sumatera Utara anak pada hari Sabtu dan Minggu. Pada kedua hari itu pula, banyak kegiatan yang meningkatkan kreativitas anak-anak panti seperti rekreasi terpimpin, menonton film bersama, latihan drama, atau merancang kegiatan seni yang akan dilakukan beberapa bulan kemudian. Berdasarkan pengamatan peneliti, Kak Lastiar merupakan pengasuh yang tegas dan ekspresif dalam menunjukkan teguran kepada anak-anak. Hal ini terlihat ketika beliau ingin mengingatkan anak-anak untuk tidak terlalu berisik, Kak Lastiar akan berteriak untuk mengingatkan mereka. Selain itu anak-anak juga merasa segan dengan Kak Lastiar dan kadang berusaha untuk menghindar untuk berinteraksi dengan beliau. Namun ada kalanya mereka akan sangat dekat dengan Kak Lastiar ketika akan melakukan kegiatan rekreasi terpimpin seperti menonton film bersama. Kak Lastiar merupakan seseorang yang peduli terhadap anak panti, hal ini terlihat dengan seringnya beliau mengingatkan untuk sadar diri, disiplin dan belajar keras. Hal ini sendiri dilakukan beliau agar anak-anak tidak terlalu merasa nyaman karena semua kebutuhan dapat terpenuhi. Kak Lastiar juga secara serius mengerjakan program yang berkaitan dengan bidang pendidikan dan pengembangan diri anak-anak panti, salah satunya membuat naskah drama dan menyusun beberapa kegiatan yang menarik untuk anak-anak panti asuhan. Tabel 2. Karakteristik Informan Utama Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4 Informan 5 Suster Bernadette Saragih, FSE Lina Sihotang Lusiana Pandia Dwi Hantoro Kristina Lastiar Haranggaol, 20 April1953 Binjai, 18 September 1989 Medan, 27 Januari 1975 Yogyakarta, 21 September 1948 Bandung, 18 Maret 1992 63 tahun 27 tahun 41 tahun 68 tahun 24 tahun Batak Simalungun Batak Toba Batak Karo Jawa Batak Toba Katolik Katolik Katolik Katolik Katolik Biarawati- SMA Pendidikan SMA S1 Pertanian Universitas Sumatera Utara Perawat Guru Agama, Institut Patoral Indonesia IPI Malang USU 3,5 tahun 3 tahun 1 tahun 2 tahun 1 tahun 3 bulan Penanggung jawab panti asuhan Pengasuh bidang rumah tangga Pengasuh bidang keterampilan Pengasuh bidang ternak dan pengolahan ladang Pengasuh bidang pendidikan Susteran FSE, Jalan Besar Sibiru- biru, Deli Tua Panti Asuhan Putri St. Angela Deli Tua Binjai, Kampung Lalang Kilometer 13,5 Panti Asuhan Putri St. Angela Deli Tua Panti Asuhan Putri St. Angela Deli Tua Tegas, menjunjung tinggi kedisiplinan, berhati-hati, kepedulian tinggi terhadap pendidikan dan kesejahteraan anak Tidak terlalu ekspresif, serius, permisif, sedikit berbicara dan lebih terfokus Humoris, peduli, perhatian, toleran, kreatif, ramah dan pengertian Tidak terlalu banyak bicara, tenang, kritis, peduli dan tidak mau berdiam diri Ekspresif, tegas, peduli dan kreatif Sumber Tabel: Hasil Penelitian Universitas Sumatera Utara

4.3 Strategi Komunikasi Pengasuh dalam Mengembangkan Kemandirian Anak Panti Asuhan