Universitas Sumatera Utara
sama dan agar bisa sekolah sehingga setelah selesai dari panti dia bisa bertemu dengan kakaknya.
I.2: kurang mandiri, sering lalai dalam mengerjakan tugasnya sendiri tetapi tidak jarang malah membantu orang
lain untuk membantu anak lain untuk mengerjakan tugas mereka.
I.3: supel, belum dapat dikatakan mandiri, belum mampu menentukan prioritas tugas.
I.4: anak yang tertutup, sudah termasuk memiliki kemandirian untuk dirinya sendiri.
I.5: anak yang bebal dan harus selalu diawasi dalam pengerjaan tugasnya, mudah merespon tugas namun tidak
cepat tanggap dalam mengerjakannya, suasana hati mudah berubah moody.
Sumber Tabel: Hasil Penelitian
4.4.2 Deskripsi Ciri Kemandirian Anak Asuh Usia 6-12 Tahun Informan 1
Menurut Informan 1, kemandirian merupakan hal penting yang dimiliki anak di masa depannya. Anak mandiri sudah secara otomatis bisa
menyelamatkannya diri kelak. Kemandirian dapat dilihat dalam kecakapan belajar, berketerampilan dan disiplin. Disiplin terhadap waktu dan patuh pada
peraturan, selain itu juga dekat dengan Tuhan. Kesemua hal tersebut berkaitan dalam membentuk diri anak.
Secara umum anak panti asuhan sudah memiliki kemandirian, namun dengan tingkatan yang berbeda sesuai dengan jenjang usia dan tingkatan
sekolahnya. Terkhusus untuk anak SD usia 6-12 tahun, kemandirian anak belum terlalu dituntut penuh, karena anak SD memang belum sampai pada tahap
perkembangan kemandirian yang utuh. Namun untuk beberapa hal, mereka sudah mampu. Hanya saja bagi mereka yang belum bisa melakukan tugas pribadi
sendiri, masih dibantu oleh pengasuh dan kakak asuhnya.
Informan 2
Menurut Informan 2, kemandirian anak asuh dapat dilihat dari kreativitas mereka dalam berwirausaha. Beliau menilai anak-anak asuh memiliki keinginan
Universitas Sumatera Utara
untuk mandiri. Kemandirian dapat dilihat dari kemauan untuk mencoba, keberanian untuk berkreasi dan berinisiatif. Terkhusus untuk usia 6-12 tahun,
anak asuh sudah mengenal identitas dirinya sendiri. Anak asuh tergolong mandiri sudah mampu mengurus dirinya sendiri, namun masih kurang berinisiatif dalam
mengerjakan tugas mereka. “Belumberinisiatif. Mereka ini harus disuruh-suruh masih, masih
diperintah-perintah. Paling itu anak-anak SMA lah yang udah mengerti. Kalau anak SD ini belum bisalah.
Kalau untuk kerjaan memang masih diperintah-perintah. Tapi untuk dirinya sendiri, kayak milih baju sendiri. Ya itu sudah tau sendirilah dia.
Untuk kerjaannya sendiri pun kadang ada malas-malasnya. Jadi belum bisalah kita katakan mandiri mereka, masih harus kita perintah juga.
Karena kalau misalnya tidur, kalau nggak kita banguni. Nggak bangun- bangun. Disini iya begitu. Ada sebagian lagi nggak mau tidur, masih
pengen belajar. Jadi anak seperti ini terpaksalah kita banguni, kita suruh mandi, yang inilah ya segalalah. Namanya pun anak panti.
” Selain itu anak asuh juga sudah memiliki rasa tanggung jawab, mampu
memenuhi kebutuhan sendiri, memiliki pertimbangan dalam bertindak. Hal ini juga dikaitkan dengan keberadaan panti asuhan sebagai rumah keberhasilan
sehingga anak yang ada di panti asuhan ini harus berhasil dan mampu mandiri. “Mereka tanggung jawab sih tanggung jawab. Mereka disinikan diajari
bertanggung jawab jugakan. Karena mereka kalau tidak bertanggung jawab sama tugasnya atau kerja kelompoknya, mereka akan kena teguran
juga kan ? Jadi panti asuhan inikan, memang dijadikan rumah keberhasilan kan ? Bukan kita harus meminta-minta kan ? Harus bisa
mandiri, bisa maju. ”
“Oh mereka sudah bisalah sendiri, kalau misalnya lapar ya langsung ke sayalah “aku makan ya, Bu”. Udah, mereka nggak terlalu ribut.”
“Kalau anak sudah ada pertimbangan-pertimbangannya, tapi tetap kita
ajarkan. Gimana kerja kamu yang bagus, mana yang tidak bagus. Kita tegurlah dan kita ajarkan bagaimana mengerjakan itu yang baik. Diberi
contoh sama kakak-kakaknya yang mengajari. Mereka nanti meniru kan. ”
Universitas Sumatera Utara
Target pencapaian kemandirian anak dilihat dari segi umurnya. Usia 6-12 tahun merupakan masa kekanakan pada umumnya. Selanjutnya untuk tingkat
SMP dan SMA juga sesuai dengan gejolak perkembangan emosi. Pada masa inilah pengasuh harus mampu menahan emosi dan memaklumi tingkah laku anak
asuh.
Informan 3
Kemandirian dapat dilihat dari kedisiplinan anak mengikuti jadwal yang ada dan keterampilan anak yang berkembang. Kemandirian itu sendiri perlu
dibentuk oleh pengasuh denan mengajari secara pelan-pelan. Selain itu pengasuh juga memberikan contoh yang tepat sebagai acuan anak asuh.
“Jadi untuk anak kemandirian ini memang dari pelan-pelan kita ajari. Kita tunjukkan, dia buat ini kurang lengkap kita ajari sama-
sama. “Mari seperti ini lho yang benar” begitu. Seperti itulah kemandirian anak, baik
dalam keterampilan, berladang, berkebun, ternak bisa tapi terus diawasi.
”
Secara umum kemandirian sudah dimiliki oleh anak-anak asuh. Mereka sudah mulai mampu untuk menggunakan waktu senggang untuk mengerjakan
sesuatu, salah satunya adalah membuat kerajinan manik-manik. Mereka juga telah memiliki inisiatif untuk berkreasi sendiri dan berinovasi dengan keterampilan
yang telah mereka miliki. “Kalau untuk disuruh-suruh secara umum mereka sudah mengerti sendiri.
Misalnya libur, mereka tetap kerjakan pekerjaan mereka. Kalau akan ada tamu yang datang, mereka itu sudah siap-siap sendiri, yang biasanya
masih ada waktu istirahat itu mereka kerjakan itu keterampilan mereka. Malah mereka mau minta diajarkan untuk model baru karena lihat gelang
punya teman mereka. Disitu saya tanya saja memang mau buat, bawa contohnya biar nanti saya beli bahan-bahannya. Tapi harus janji memang
dikerjakan. Begitu. Setelah itu buat sesukamu, bisa dijual, tapi laporan harus jujur, beri tahu. Jadi memang disitu juga mereka diajarkan
mandiri.”
Universitas Sumatera Utara
Target kemandirian anak asuh secara tertulis memang belum ada, namun sebagai pengasuh, Informan 3 memiliki target pribadi dalam mengasuh anak.
Informan 3 membuat target agar anak asuh memiliki sebuah bekal keterampilan yang kelak dapat menjadi modal anak. Bukan hanya untuk berwirausaha tetapi
juga mampu berbagi keterampilan dengan orang lain pula. “Target untuk di panti sendiri belum ada tertulis. Cuma target saya ini.
Kalaulah nanti anak sudah besar keluarlah dari panti. Sekolah diluar, kuliah, dan dia sudah punya modal. Modalnya apa ? keterampilan. Nanti
disana anak bisa buat dengan gaya apa pun. Bisa dijual, jadi uang masuk. Kalau nanti sudah tua tetap ada guna
nya, untuk mengisi waktu luang.” Berdasarkan pengalaman Informan 3 menjadi pengasuh, beliau menilai
anak-anak SD terkhusus kelas 1 hingga kelas 4 SD masih sangat perlu perhatian yang lebih. Hal ini dikarenakan memang masa anak masih perlu bantuan orang
lain dan meniru orang lain. Sedangkan untuk kelas 5 dan kelas 6 SD dalam hal kemandirian mengerjakan tugas pribadi dan kelompok mereka sudah lebih bisa
bertanggung jawab dan mahir mengerjakannya. Namun pengasuh tetap membimbing dan memberikan pengarahan agar anak tidak gamang menghadapi
masa remajanya. Meski masih tetap memiliki sifat kekanakan seperti anak kelas 1 hingga kelas 4, anak kelas 5 dan 6 akan selalu diberikan pengertian dan perhatian
pula. “Anak-anak kelas 1, 2 3, 4, itu perlu sekali diberi perhatian lebih. Karena
memang masa-masa membutuhkan banyak perhatian. Kelas 5, 6 itu kan umur menuju masa remaja. Itu juga perhatiannya pun kurang penuh jadi
kita beri pengetahuan, kalau masa anak-anakmu sudah dikurangi lalu sebentar lagi kamu akan masuk remaja. Memang nanti masih ada aja itu
sikap ke-akuannya, masih muncul kekanak-kanakkannya. Jadi kita pengasuhlah berbagi.”
Informan 4
Berdasarkan hasil wawancara dengan Informan 3 pandangan beliau tentang ciri kemandirian anak asuh dapat dilihat dengan cara anak bekerja. Sifat
Universitas Sumatera Utara
inisiatif dalam bekerja seperti memasak, berkebun dan juga beternak. Terkhusus bagi anak asuh usia 6-12 tahun dapat dilihat dalam ketekunan, inisiatif dan
ketertiban. Beberapa kegiatan yang telah mandiri dilaksanakan oleh anak asuh usia 6-12 antara lain menyapu halaman, makan dengan tertib, belajar, berdoa
dengan tertib dan beberapa kegiatan lain. “Nah kemandirian itu ya paling tidak dengan apa ya ? dengan bekerja.
Hmm, inisiatif bekerja misalnya membuat masakan, kerja ini ya kerja apa aja lah. Dengan kerja di kebun, dengan mengerjakan kandang babi,
sep erti itu.”
“Ya , kalo disini ya ada. Belajar itu juga disinikan udah jalan sendiri. Ya seperti inisiatif nyapu dan sebagainya itu kan sudah jalan.”
“Tanpa disuruh-suruh. Tertib makan, tertib doa, semuanya sudah jalan sendiri.”
Sedangkan untuk target kemandirian yang harus dimiliki setiap anak usia 6-12 tahun, Panti Asuhan belum memiliki standar yang baku. Namun target tidak
tertulis untuk pencapaian kemandirian secara umum telah ada yaitu dengan melihat kesadaran diri anak asuh, keterbukaan diri, keinisiatifan, serta mampu
mengenal diri sendiri. Beliau juga menambahkan bahwa kemandirian adalah keberhasilan. Sebab para pengasuh menekankan bahwa Panti Asuhan St. Angela
ini bukan sekadar panti asuhan namun merupakan rumah keberhasilan, sehingga setiap anak yang berasal dari panti ini harus berhasil.
“Ya kemandirian itu, keberhasilan. Disini itukan bukan panti asuhan tapi rumah keberhasilan. Jadi setiap anak yang ada disini itu ya harus
berhasil.”
Informan 5
Menurut Informan 5 kemandirian anak terlihat dalam mengerjakan tugasnya tanpa disuruh dan bertanggung jawab. Selain mampu mengerjakan tugas
dengan baik, mereka juga mau membantu orang lain dalam menyelesaikan pekerjaannnya. Sedangkan untuk standar baku pencapaian kemandirian anak asuh
panti asuhan ini belum memilikinya. Namun untuk kemandirian anak usia 6-12 tahun dapat dilihat dari jenis tugas yang dikerjakan. Jika biasanya pekerjaan wajib
anak SD adalah menyapu halaman, untuk kelas 4 SD hingga kelas 6 SD
Universitas Sumatera Utara
diharapkan ada peningkatan seperti ikut membantu di dapur atau merapikan ruang makan.
“Harusnya ada, cuma nggak tertulis. Ya secara lisan aja. Misalnya anak kelas 4 SD sampe kelas 6 SD itu udah nggak dihalaman aja kerjanya.
Udah bisa bantuin di dapur atau beresin ruang makan, misalnya. Jadi nggak harus cuma nyapu halaman aja ka
yak anak kelas 1 sampe kelas 3.” Selain itu untuk kegiatan ekstrakurikuler anak kelas 4 SD hingga kelas 6
SD bukan hanya mengikuti kegiatan keterampilan, namun juga sudah ikut dalam kegiatan yang lebih membutuhkan fokus lebih tinggi seperti kegiatan drama atau
menjadi putri altar. “Udah gitu ikut ektranya mereka bukan cuma kerajinan tangan, tapi
mereka juga udah bisa ikut yang lain-lain drama kayak misalnya. Kegiatan yang membutuhkan konsentrasi lebihlah. Kayak gitu. Terus
petugas di gereja juga anak kelas 4 keatas udah bisa. Jadi petugas misdinar, persembahan, begitu.”
Secara umum anak-anak usia 6-12 tahun telah mandiri salah satu ciri yang Informan 5 sebutkan adalah sikap inisiatif anak asuh dalam mengerjakan tugas
wajib mereka. Hanya saja peran pengasuh sangat perlu untuk tetap memantau karena sifat dasar anak yang masih senang bermain dan konsentrasi mereka yang
cepat buyar. “Sebenarnya enggak, tapi kan karena sifat anak kecil. Konsentrasinya
suka cepat ilang, suka main. Udah ditempat kerjaannya tapi malah melenceng-meleceng, tapi enggak sih pada umumnya tanpa disuruh
sebenarnya.”
Tabel 9. Pandangan tentang Ciri Kemandirian Anak Asuh Sumber
Pandangan tentang Ciri Kemandirian Anak Asuh Informan 1
Kemandirian dapat
dilihat dalam
kecakapan belajar,
berketerampilan dan disiplin. Secara umum anak panti asuhan sudah memiliki kemandirian,
namun dengan tingkatan yang berbeda sesuai dengan jenjang
Universitas Sumatera Utara
usia dan tingkatan sekolahnya. Anak SD usia 6-12 tahun sudah mandiri untuk beberapa hal,
namun jika belum mampu masih dibantu oleh pengasuh dan
kakak asuhnya. Informan 2
Kemandirian dapat dilihat dari kemauan untuk mencoba, keberanian untuk berkreasi dan berinisiatif.
Terkhusus untuk usia 6-12 tahun, anak asuh sudah mengenal identitas dirinya sendiri. Anak asuh tergolong mandiri sudah
mampu mengurus dirinya sendiri, namun masih kurang berinisiatif dalam mengerjakan tugas mereka.
Selain itu anak asuh juga sudah memiliki rasa tanggung jawab, mampu memenuhi kebutuhan sendiri, memiliki pertimbangan
dalam bertindak Target pencapaian kemandirian anak dilihat dari segi umurnya.
Informan 3 Kemandirian dapat dilihat dari kedisiplinan anak mengikuti
jadwal yang ada dan keterampilan anak yang berkembang. Secara umum kemandirian sudah dimiliki oleh anak-anak asuh.
Mereka sudah mulai mampu untuk menggunakan waktu senggang untuk mengerjakan sesuatu, salah satunya adalah
membuat kerajinan manik-manik. Mereka juga telah memiliki inisiatif untuk berkreasi sendiri dan berinovasi dengan
keterampilan yang telah mereka miliki. Anak-anak SD terkhusus kelas 1 hingga kelas 4 SD masih
sangat perlu perhatian yang lebih. Hal ini dikarenakan memang masa anak masih perlu bantuan orang lain dan meniru orang
lain. Sedangkan untuk kelas 5 dan kelas 6 SD dalam hal kemandirian mengerjakan tugas pribadi dan kelompok mereka
sudah lebih
bisa bertanggung
jawab dan
mahir mengerjakannya. Namun pengasuh tetap membimbing dan
memberikan pengarahan agar anak tidak gamang menghadapi
masa remajanya. Informan 4
Kemandirian dapat dilihat dari inisiatif anak asuh dalam bekerja
Universitas Sumatera Utara
seperti memasak, berkebun dan juga beternak. Terkhusus bagi anak asuh usia 6-12 tahun dapat dilihat dalam ketekunan,
inisiatif dan ketertiban. Anak usia 6-12 tahun secara umum sudah memiliki
kemandirian antara lain menyapu halaman tanpa harus disuruh- suruh, makan dengan tertib, belajar sendiri, berdoa dengan
tertib dan beberapa kegiatan lain. Standar kemandirian secara tidak tertulis dilihat dari kesadaran
diri anak asuh, keterbukaan diri, keinisiatifan, serta mampu
mengenal diri sendiri. Informan 5
Kemandirian anak terlihat dalam mengerjakan tugasnya tanpa disuruh dan bertanggung jawab, serta mau membantu orang
lain. Kemandirian anak asuh usia 6-12 tahun lebih dituntut pada
tingkat kelas 4 SD hingga kelas 6 SD. Mereka diharapkan telah mampu mengerjakan tugas yang lebih kompleks dan mengikuti
kegiatan ekstrakuler yang lebih memerlukan konsentrasi lebih pula.
Secara umum anak usia 6-12 tahun telah mandiri salah satu ciri yaitu sikap inisiatif anak asuh dalam mengerjakan tugas wajib
mereka.
Sumber Tabel: Hasil Penelitian
4.5 Pembahasan