Partisipasi Persepsi Masyarakat Terhadap Perubahan Status Kawasan Cagar Alam Menjadi Kawasan Taman Hutan Raya Pancoran Mas Depok

didapatkan dari hasil komunikasi dengan orang lain seperti orang tua, saudara, tetangga, teman dekat, relasi kerja, dan lain-lain. Hasil penelitian yang dilakukan Pratomo 2005 menunjukkan pengetahuan merupakan hasil kreativitas dan uji coba secara terus menerus dengan melibatkan inovasi internal dan pengaruh eksternal dalam usaha untuk menyesuaikan dengan kondisi baru. Kata indigenous dalam pengetahuan indigenous merujuk pada masyarakat atau penduduk asli yang tinggal di lokasi tertentu, yang mempunyai sistem budaya dan kepercayaan yang berbeda daripada sistem pengetahuan internasional. Pengetahuan lokal merupakan konsep yang lebih luas yang merujuk pada pengetahuan yang dimiliki oleh sekelompok orang yang hidup di wilayah tertentu untuk jangka waktu yang lama. Pada pendekatan ini, kita tidak perlu mengetahui apakah masyarakat tersebut penduduk asli atau tidak. Yang jauh lebih penting adalah bagaimana suatu pandangan masyarakat dalam wilayah tertentu dan bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungannya. Lain halnya dengan Pratomo 2005, Manik 2000 dalam Arafah 2002 menyatakan bahwa ada yang disebut pengetahuan lokal masyarakat, pada dasarnya adalah hasil dari berbagai proses coba-coba yang dilakukan secara turun- temurun dan apa yang terbukti berhasil, itu yang dikembangkan untuk mendukung lestarinya kehidupan. Lestarinya kehidupan masyarakat lokal dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan terjadi karena mereka telah menerapkan sistem pengelolaan yang memperhatikan aspek konservasi baik disadari maupun tidak. Salah satu pengelolaan sumberdaya alam bagi masyarakat lokal adalah sistem konservasi pertanian.

2.5 Partisipasi

Pada bukunya Nasdian 2006 menyatakan bahwa partisipasi adalah proses aktif inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses lembaga dan mekanisme dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Partisipasi tersebut dapat dikategorikan, antara lain: 1 Warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau dirancang oleh orang lain dan dikontrol oleh orang lain, 2 Partisipasi merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri. Titik tolak partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subyek yang sadar. Dengan kemampuan warga komunitas berpartisipasi diharapkan komunitas dapat mencapai kemandirian, yang dapat dikategorikan sebagai kemandirian material, kemandirian intelektual, dan kemandirian manajemen. Kemandirian material tidak sama dengan konsep sanggup mencukupi kebutuhan sendiri. Kemandirian material adalah kemampuan produktif guna memenuhi kebutuhan materi dasar serta cadangan dan mekanisme untuk dapat bertahan pada waktu krisis. Kemandirian intelektual merupakan pembentukan dasar pengetahuan otonom oleh komunitas yang memungkinkan mereka menanggulangi bentuk- bentuk dominasi yang lebih halus yang muncul di luar kontrol terhadap pengetahuan itu. Sedangkan kemandirian manajemen adalah kemampuan otonom untuk membina diri dan menjalani serta mengelola kegiatan kolektif agar ada perubahan dalam situasi kehidupan mereka Nasdian 2006. Ditegaskan lagi oleh Harun dan Ardianto 2011 bahwa partisipasi dalam proses pengambilan keputusan untuk mewujudkan pembangunan sangat diperlukan, karena pembangunan yang berhasil harus didukung oleh semua komponen bangsa, agar masyarakat memiliki sense of belonging rasa memiliki dan sense of responsibility rasa tanggung jawab terhadap pelaksanaan pembangunan itu sendiri. Ada beberapa bentuk atau tahapan partisipasi menurut Ndraha 1987 dalam Pujo 2003 mengemukakan enam bentuk atau tahapan partisipasi yang dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Partisipasi dalam menerima dan memberikan informasi. 2. Partisipasi dalam memberikan tanggapan dan saran terhadap informasi yang diterima, baik yang bersifat mengiyakan atau yang menerima dengan syarat. 3. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan. 4. Partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan. 5. Partisipasi dalam menerima kembali hasil-hasil pembangunan. 6. Partisipasi dalam menilai pembangunan. Beberapa hasil penelitian tentang partisipasi menurut Arianta 1995 secara etimologis, kata partisipasi berasal dari Bahasa Latin participato, dalam Bahasa Belanda disebut participate dan dalam Bahasa Inggris disebut participation. Kata ini berasal dari kata pars dan capere. Pars berarti bagian, sedangkan capere berarti mengambil. Penggabungan kata tersebut melahirkan kata participatio yang berarti ambil bagian atau peran-serta. Ditegaskan kembali oleh Amba 1998 menggerakan dan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam suatu program pembangunan merupakan suatu yang tidak mudah dilakukan. Seseorang akan berpartisipasi dalam suatu kegiatan bila dirasakan partisipasinya menguntungkan dan membawa manfaat bagi dirinya. Di sisi lain menurut Arfani 1987 tingkat partisipasi anggota dalam kegiatan kelompok antara lain dipengaruhi oleh ciri-ciri individu anggota, seperti: 1 Umur, 2 Tingkat pendidikan, 3 Status sosial ekonomi, 4 Pola hubungan sifat kosmopolit, 5 Sikap terhadap perubahan, 6 Keberanian mengambil resiko, 7 Motivasi berkarya, 8 Aspirasi, 9 Fatalisme, dan 10 Diagnotisme. Sedangkan, menurut Ahmad 2004 partisipasi sebagai barang publik yang memiliki karakteristik, antara lain: 1 Memiliki kejelasan tujuan, 2 Dapat diakses oleh semua orang, 3 Berbagi sumberdaya, 4 Terdapat kontrol masyarakat, dan 5 Ramah dalam pendekatan. Dengan demikian, dapat dirumuskan menurut Hardjono 2000 partisipasi masyarakat dalam melaksanakan program kegiatan ada tiga, yaitu partisipasi dalam tahapan perencanaan program, pelaksanaan, serta pemanfaatan hasil program kegiatan tersebut. Apabila masyarakat dapat merasakan manfaat suatu program pembangunan dengan senang hati masyarakat tersebut akan mencurahkan perhatian dan berkerja sama dalam melaksanakan pembangunan. Pelaksanaan suatu program kegiatan perlu pentahapan kegiatan, mulai dari perencanaan kegiatan, pelaksanaan, serta evaluasi hasil kegiatan. Setiap individu dapat berpartisipasi sesuai kemampuan dan tanggung jawab serta bidang pekerjaannya. Pemuka masyarakat biasanya berpartisipasi dalam menentukan arah perencanaan program kegiatan, dan evaluasi hasil program. Anggota masyarakat biasanya mampu berpartisipasi dalam pelaksanaan program, yang memerlukan kerja sama dan pengerahan tenaga secara massal.

2.6 Sikap