Kependudukan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendapatan

Jenis-jenis burung yang masih dapat dijumpai diantaranya burung jogjog Pycnonotus goavier, ciblek Prinia familiaris, cingcuing Cacomantis merulinus , dan kipasan Rhipidura teysmann. Sedangkan jenis reptilia yang masih ditemukan diantaranya jenis-jenis ular tanah Ptyas korros , kadal Mabuya multifasciata dan biawak Varanus albigularis. Jenis mamalia kecil yang masih dapat dijumpai adalah jenis kelelawar Pteropus vampyrus dan musang Paradoxurus hermaphroditus. Untuk kelas ampibia masih dapat dijumpai beberapa jenis katak Bufo melanostictus.

4.4 Kondisi Demografi

4.4.1 Kependudukan

Jumlah penduduk Kota Depok pada tahun 2009 mencapai 1.536.980 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 798.802 jiwa dan perempuan 738.178 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk kota Depok tahun 2009 sebanyak 2,21, sedangkan rasio jenis kelamin di Kota Depok adalah 108. Di tahun 2009, kepadatan penduduk Kota Depok mencapai 7.673,77 jiwakm 2 . Kecamatan Sukmajaya merupakan kecamatan terpadat di Kota Depok dengan tingkat kepadatan 10.492,53 jiwakm 2 , kemudian kecamatan Beji dengan tingkat kepadatan 10.240,63 jiwakm 2 . Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Sawangan yaitu sebesar 3.794,31 jiwakm 2 .

4.4.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat sekitar kawasan Tahura cukup beragam dari SD hingga Pasca Sarjana. Kondisi sarana pendididkan di kecamatan Pancoran Mas terdapat 71 gedung SD, 40 SMP dan 43 SMA. Hal ini tentu saja juga berpengaruh terhadap komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan. Sebagai gambaran bahwa data di tahun 2004 menunjukkan bahwa masyarakat yang berpendidikan terakhir SD sebanyak 38, SMP 8, SMA 38, Sarjana 8. Sedangkan sisanya sebesar 8 adalah tidak bersekolah. Umumnya masyarakat yang berpendidikan tamat SD adalah warga pendatang yang telah berusia di atas 50 tahun.

4.4.3 Tingkat Pendapatan

Data tahun 2009 menunjukkan bahwa masyarakat sekitar kawasan Tahura memiliki mata pencaharian beragam yakni sebesar 28 sebagai pedagang, 22 sebagai wiraswasta, 14 sebagai buruh, 10 sebagai PNS, dan sisanya tidak jelas mulai dari pemulung, pensiunan dan pengangguran. Kondisi seperti ini untuk saat ini tidak begitu berpengaruh terhadap keberadaan tahura, namun hal ini dapat menjadi peluang bagi masyarakat untuk menciptakan lapangan kerja baru setelah tahura dikelola secara intensif terutama untuk kepentingan wisata, karena jika kegiatan ini dapat berjalan dengan baik tentu saja akan menjadi pemicu multipayer efek terhadap kegiatan ekonomi selanjutnya. Tingkat pendapatan masyarakat di sekitar kawasan umumnya masih rendah. Masyarakat yang berpenghasilan kurang dari Rp 500.000bulan masih sebanyak 46; yang berpenghasilan antara Rp 500.000–Rp 750.000bulan sebanyak 26; yang berpenghasilan antara Rp 750.000–Rp 1.000.000bulan sebanyak 12; berpenghasilan antara Rp 1.000.000–Rp 1.500.000 sebanyak 8; dan masyarakat berpenghasilan di atas Rp 1.500.000 sebanyak 8. Kondisi tingkat pendapatan seperti ini tentu saja sejalan dengan kondisi mata pencaharian masyarakat seperti diuraikan di atas. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Persepsi Masyarakat