partisipasi dan sikap. Hasil dari jawaban responden akan menunjukkan hal yang berkaitan dengan persepsi menjadi negatif atau positif dengan keberadaan Tahura
Pancoran Mas ini. Persepsi positif yang akan dicapai dari penelitian ini akan mengubah pandangan dan perilaku masyarakat dalam ikut menjaga dan mengelola
tahura. Hal ini perlu, agar Tahura terpelihara dengan baik dan dimanfaatkan secara maksimal fungsinya.
Dengan demikian, penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan informasi yang lengkap dalam hal persepsi masyarakat terhadap perubahan status
kawasan cagar alam menjadi kawasan Tahura Pancoran Mas Depok. Pihak-pihak yang terkait terhadap pengelolaan tahura, yaitu: Badan Lingkungan Hidup BLH
Kota Depok dapat segera mengambil tindakan yang akurat dan intensif dalam mengelola Tahura Pancoran Mas Depok kedepannya.
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Memahami persepsi masyarakat terhadap perubahan status kawasan Cagar
Alam menjadi kawasan Tahura Pancoran Mas Depok. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat
terhadap perubahan status kawasan Cagar Alam menjadi kawasan Tahura Pancoran Mas Depok.
I.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi yang lengkap tentang persepsi masyarakat terhadap perubahan status
kawasan Cagar Alam menjadi kawasan Tahura Pancoran Mas Depok dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan bagi pihak-pihak yang terkait.
Selain itu, dapat memberikan pengetahuan baru bagi kalangan akademis.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taman Hutan Raya
Tahura sebagaimana dalam UU No. 5 Tahun 1990 adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau
buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya,
pariwisata dan rekreasi. Tahura Grand Forest Park merupakan bentuk pelestarian alam terkombinasi, antara pelestarian eks-situ dan in-situ. Sehingga
sebuah Tahura dapat ditetapkan baik dari hutan alam maupun hutan buatan. Namun demikian, fungsi yang jelas sebuah hutan raya adalah sebagai ‘etalase’
keanekaragaman hayati, tempat penelitian, tempat penangkaran jenis, serta juga sebagai tempat wisata. Fungsi Tahura sebagai ‘etalase’ keanekaragaman hayati
dan tempat penyelamatan jenis tumbuhan tertentu, yang mulai langka, terancam hampir mirip dengan Kebun Raya. Namun berbeda dengan Kebun Raya yang bisa
mengkoleksi tumbuhan besar sekitar 80 haruslah tanaman lokal bioregion dimana Tahura tersebut berada dan sisanya boleh diisi dengan tanaman dari
bioregion lain Alamendah 2011.
Indonesia memiliki sedikitnya 22 kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan Tahura. Adapun beberapa kawasan Tahura Alamendah 2011, antara
lain: 1. Tahura Ir. Djuanda; Jawa Barat. Berlokasi di Bandung dengan luas 590 ha.
Penetapannya berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 3 Tahun 1995, 14 Januari 1995.
2. Tahura Bukit Barisan; Sumatera Utara. Terdapat di Kabupaten Karo, Deli Serdang, dan Langkat dengan luas 51.600 ha. Ditetapkan berdasarkan kepres
RI Nomor 48 Tahun 1988, 29 November 1988. 3. Tahura Pancoran Mas Depok, Jawa Barat. Berada di Depok dengan luas 6 ha.
Ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor: 276Kpts-II1999, 7 Mei 1999.
4. Tahura R. Suryo; Jawa Timur. Kawasannya meliputi Gunung Arjuno dan Cagar Alam Lalijiwo di Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Malang, Kabupaten
Jombang, Kabupaten Pasuruan dan Kota Batu dengan luas 27.868,30 ha. Ditetapkan oleh Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 80Kpts-II2001, 19
Mei 2001. 5. Tahura Ngurah Rai; Bali. Lokasinya di kabupaten Badung dengan luas 1.392
ha. Ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 067Kpts- II1988, 15 Februari 1988.
6. Tahura Dr. Moh. Hatta; Sumatera Barat. Berlokasi di Padang dengan area seluas 12.100 ha. Penetapannya berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI
Nomor : 193Kpts-II1993, 27 Maret 1993.
Setiap Tahura memiliki sejarah yang berbeda-beda, antara lain: 1.
Tahura Ir. H. Djuanda, Bandung awalnya berstatus sebagai hutan lindung Komplek Hutan Gunung Pulosari yang batas-batasnya ditentukan pada tahun
1922. Sejak kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 secara otomatis status kawasan hutan negara dikelola oleh Pemerintah Republik
Indonesia melalui Djawatan Kehutanan. Kawasan hutan ini dirintis pembangunannya sejak tahun 1960 oleh Bapak
Mashudi Gubernur Jawa Barat dan Ir. Sambas Wirakusumah yang pada waktu itu menjabat sebagai Administratur Bandung Utara merangkap Direktur
Akademi Ilmu Kehutanan, dan mendapat dukungan dari Bapak Ismail Saleh Menteri Kehakiman dan Bapak Soejarwo Dirjen Kehutanan Departemen
Pertanian. Pada tahun 1963 sebagian kawasan hutan lindung tersebut mulai dipersiapkan sebagai Hutan Wisata dan Kebun Raya. Tahun 1963 pada waktu
meninggalnya Ir. H. Djuanda, maka Hutan Lindung tersebut diabadikan namanya menjadi Kebun Raya Rekreasi Ir. H. Djuanda untuk mengenang jasa-
jasanya dan waktu itu pula jalan Dago dinamakan jalan Ir.H.Djuanda. Untuk tujuan tersebut, kawasan tersebut mulai ditanami dengan tanaman koleksi
pohon-pohonan yang berasal dari berbagai daerah. Kerjasama pembangunan Kebun Raya Hutan Rekreasi tersebut melibatkan Botanical Garden Bogor
Kebun Raya Bogor , dengan menanam koleksi tanaman dari Bogor Kawasan Pelestarian Alam Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda 2010.
2. Tahura Bukit Barisan merupakan Tahura ketiga di Indonesia yang ditetapkan oleh Presiden dengan Surat Keputusan Presiden R.I. No. 48 Tahun 1988
tanggal 29 November 1988. Pembangunan Tahura ini sebagai upaya konservasi sumber daya alam dan pemanfaatan lingkungan melalui peningkatan fungsi
dan peranan hutan. Tahura Bukit Barisan adalah unit pengelolaan yang
berintikan kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi dengan luas seluruhnya 51.600 Ha. Sebagian besar merupakan hutan lindung berupa hutan
alam pegunungan yang ditetapkan sejak jaman Belanda, meliputi Hutan Lindung Sibayak I dan Simancik I, Hutan Lindung Sibayak II dan Simancik II
serta Hutan Lindung Sinabung. Bagian lain kawasan Tahura ini terdiri dari
CATW. Sibolangit, SM. Langkat Selatan TW. Lau Debuk-debuk dan Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit Dephut 2012.
3. Kawasan Hutan Arjuno Lalijiwo ditetapkan sebagai Tahura R. Soeryo berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan 80Kpts-II2001 tanggal 19
Mei 2001 dengan luas 25.000 Ha. Sedangkan pembangunannya ditetapkan berdasarkan keputusan Presiden No. 29 Tahun 1992 tanggal 20 Juni 1992.
Peresmian Tahura R. Soeryo dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan Pekan Penghijauan Nasional di Propinsi Sulawesi Utara pada tanggal 19
Desember 1992. Tahura R. Soeryo secara administrasi pemerintahan terletak di Desa Tulungrejo, Kecamatan Batu, Kabupaten Derah Tingkat II Malang,
Propinsi Jawa Timur, sedangkan secara geografis Tahura R. Soeryo terletak pada 112
32’ 00 Bujur Timur dan 70 44 30 Lintang Selatan. Pengelolaan
kawasan berada pada Resort KSDA Lalijiwo Barat, Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jatim I, Balai KSDA IV, Kanwil Departemen Kehutanan
Propinsi Jawa Timur Dephut 2012. 4. Taman Wisata Alam Prapat Benoa ditetapkan sebagai Tahura Ngurah Rai
berdasarkan Keputusan Menteri Kehutan 067Kpts-II1988 tanggal 15 Februari 1988 dengan luas 1.373,50 Ha. Tahura Ngurah Rai secara administrasi
pemerintahan terletak di Kecamatan Kuta Kabupaten Badung dan Kecamatan Denpasar Kotamadya Denpasar Propinsi Bali, sedangkan secara geografis
Tahura Ngurah Rai terletak pada 115 9’ 11” Bujur Timur dan 51
48’ 49” Lintang Selatan. Pengelolaan kawasan berada pada Sub Seksi KSDA Badung,
Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bali, Kanwil Departemen Kehutanan Propinsi Bali Dephut 2012.
5. Tahura Dr. Moh. Hatta, Sumatera Barat ditetapkan berdasarkan Keppres 193Kpts-II1993 tanggal 27 Maret 1993 dengan luas sebesar 240 Ha dan
berlokasi di Desa Ladang Padi dikiri kanan jalan Padang-Solok, Kodya Padang. Potensi flora di dalamnya, antara lain: 1 Pemandangannya yang
indah, bentangan alam yang merupakan kesatuan lembah, bukit dan dataran daerah perkotaan, pantai dan lautnya yang biru dengan pulau-pulau
didalamnya, 2 Arboretumnya sebagai koleksi jenis-jenis flora dari berbagai altitude berkisar antara 300-1000 m diatas permukaan laut, dan 3 Jenis
tumbuhan langka Rafflesia gaduttensis dan anggrek alam. Adapun potensi satwa, antara lain: tapir, jenis-jenis kera, siamang, harimau, rusa dan berbagai
jenis burung Dephut 2012.
2.2 Persepsi