2.6 Sikap
Secara historis, istilah ‘sikap’ attitude digunakan pertama kali oleh Herbert Spencer di tahun 1862 yang pada saat itu diartikan olehnya sebagai status
mental seseorang Allen, Guy, dan Edgley 1980 dalam Azwar 2003. Di masa- masa awal itu pula penggunaan konsep sikap sering dikaitkan dengan konsep
mengenai postur fisik atau posisi tubuh seseorang Wrightsman dan Deaux 1981 dalam
Azwar 2003. Sikap terhadap suatu perilaku dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilaku
tersebut akan membawa kepada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan. Keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normatif yang diharapkan oleh
orang lain dan motivasi untuk bertindak sesuai dengan harapan normatif tersebut membentuk norma subjektif dalam diri individu. Kontrol perilaku ditentukan oleh
pengalaman masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan. Kontrol perilaku ini
sangat penting artinya ketika rasa percaya diri seseorang sedang berada dalam kondisi yang lemah Azwar 2003.
Beberapa pendapat tentang sikap, antara lain: menurut Alhusin 1992 sikap adalah kesediaan mental seseorang dalam menerima pengaruh dari luar obyek
tertentu yang pada akhirnya akan menentukan tindakan atau responnya terhadap pengaruh atau stimulus yang diterimanya. Ditegaskan kembali menurut Anty
2002 sikap berkenaan dengan keyakinan pikiran, perasaan dan kecenderungan untuk bertindak atau kecenderungan untuk bertingkah laku seseorang dalam
merespons obyek sikap yang bersifat permanen dan dinyatakan dengan pernyataan setuju atau ketidak-setujuan orang tersebut terhadap obyek sikap yang
dihadapinya. Sedangkan, pada Mar’at 1991 dalam Patriasih 2005 menyatakan bahwa sikap merupakan hasil dari proses sosialisasi yaitu seseorang berinteraksi
sesuai dengan rangsangan yang diterimanya. Melalui proses belajar sikap seseorang dapat berubah walaupun dalam waktu yang cukup lama.
Pada hal lainnya menurut Suranto 1997 bahwa sikap merupakan suatu kesiapan atau kecenderungan untuk bereaksi atau bertindak terhadap suatu obyek
di lingkungan tertentu berdasarkan penilaian atau penghayatan terhadap suatu obyek yang bersangkutan. Jadi sikap dalam hal ini sebagai suatu kesiapan
seseorang untuk merespon sesuatu. Dengan demikian sikap belum merupakan suatu tindakan atau perilaku melainkan berupa “pre-disposisi” tingkah laku.
Selanjutnya dengan melihat adanya satu kesatuan serta hubungan atau keseimbangan dari sikap dan tingkah laku, maka kita harus melihat sikap sebagai
suatu sistem atau hubungan di antara komponen-komponen sikap. Sejalan dengan Suranto 1997 bahwa menurut Erwiantono 2004 sikap
adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan individu bertingkah laku atau merespon yang kurang lebih bersikap permanen terhadap sesuatu, yang
dinyatakan dengan persetujuan atau ketidaksetujuan, perasaan senang atau tidak senang dan sejenisnya.
Hal yang berhubungan dengan lingkungan diterjemahkan oleh Saarinen 1976 dalam Harihanto 2001 bahwa perilaku lingkungan environmental
behavior yang tidak hanya mencakup respon lahiriah dari individu atau
kelompok terhadap faktor-faktor lingkungan tetapi juga perilaku subyektif, seperti sikap, keyakinan, harapan, motivasi dan aspirasi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran