74
Hasil yang didapat pada tabel 4.9 menunjukan bahwa rata-rata hasil respon siswa mengalai peningkatan respon positif yaitu dari 72,74 pada siklus I
menjadi 85,47 pada siklus II. Hal ini menunjukan antusias siswa pada pembelajaran mengalami peningkatan. Jika antusias siswa meningkat diharapkan
akan berkorelasi positif dengan hasil belajar yang telah diberikan. Tes merupakan alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian dari hasil
belajar yang telah berlangsung. Melalui tes kita dapat mengetahui perkembangan siswa dari penerapan model pembelajaran Cooperative Learning CL tipe group
investigation. Tes yang diberikan pada penelitian ini adalah tes kemapuan penalaran induktif matematik. Berikut ini adalah data mengenai hasil tes
kemampuan penalaran induktif matematik siswa :
Tabel 4.10 Perbandingan Hasil Tes Siklus I dan II
No. Data yang diamati
Siklus I Siklus II
1. Banyak Data
33 33
2. Nilai Terendah
13 43
3. Nilai Tertinggi
83 100
4. Rata-rata
57 73
5. Modus
65,3 95
6. Median
57,92 74
7. Simpangan Baku
15,73 17,89
Berdasarkan tabel 4.10 tersebut diperoleh informasi bahwa hasil tes kemampuan penalarn induktif siswa mengalami peningkatan rata-rata dari siklus I
sebesar 57 menjadi 73 pada siklus II. Berikut ini adalah peningkatan hasil tes kemampuan penalaran induktif matematik jika disajikan dalam kurva berikut :
75
10 20
30 40
50 60
70 80
Siklus 1 Siklus 2
Siklus 1 57
46,97 69,7
Siklus 2 73
66,16 75,38
Nilai Rata-Rata Analogi
Generalisasi
Diagram 4.3 Diagram Batang Peningkatan Rata-rata
Tes Kemampuan Penalaran Induktif Matematik Siswa
Pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Cooperative Learning CL tipe group investigation membuat siswa merasa nyaman dan
senang karena mereka bisa saling bertukar informasi, serta membuat siswa merasa rileks, ini dikarenakan siswa dapat mengutarakan pendapatnya dengan bebas dan
rasa percaya diri yang tinggibaik dalam aktivitas bertanya, menjawab, maupun presentasi.
C. Pembahasan Temuan Penelitian
Penelitian ini diawali dengan mengamati kondisi sekolah dan siswa melalui tahapan wawancara terhadap guru, selanjutnya peneliti memberikan tes
kemampuan penalaran induktif matematika yaitu dikelas XI Akuntasi 2. Hasil tes kemampuan penalaran induktif matematika ini peneliti gunakan untuk mengambil
tindakan selanjutnya. Dari hasil wawancara guru pada observasi awal diketahui bahwa
kemampuan penalaran induktif matematika siswa masih rendah. Dilihat dari kemampuan menggeneralisasi, siswa belum mampu memberikan dugaan terhadap
suatu pola, dan siswa belum mampu untuk menarik suatu kesimpulan dari
76
beberapa fakta yang dibuat. Dilihat dari kemampaun analogi matematik siswa belum terbiasa mengkaitkan suatu masalah dari dua kasus yang berbeda.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran induktif matematika siswa masih rendah. Sehingga peneliti menghendaki untuk
memperbaiki proses pembelajaran matematika tersebut, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning CL tipe group investigasi sehingga
kemampuan penalaran induktif matematik siswa meningkat. Model pembelajaran Cooperative Learning CL tipe group investigation
dapat meningkatkan kemampuan penalaran induktif matematik siswa, karena pada model pembelajaran ini siswa diarahkan oleh guru melalui beberapa tahapan.
Diantara tahapan dari model pembelajaran ini adalah mengidentifikiasi topik dan mengatur kedalam kelompok penelitian, merencanakan investigasi didalam
kelompok, melaksanakan
investigasi, menyiapkan
laporann akhir,
mempresentasikan laporan akhir, dan evaluasi. Pada model pembelajaran ini materi disajikan melalui soal-soal terapan ataupun contoh-contoh serta informasi
yang berkaitan dengan keseharian siswa. Sehingga siswa menjadi terbiasa untuk berfikir dan menggunakan kemampuan penalaran induktifnya dalam menarik
suatu kesimpulan. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I, rata
–rata hasil tes kemampuan penalaran induktif siswa dengan diterapkannya model pembelajaran
Cooperative LearningCL tipe group investigation selama proses pembelajaran siklus I sebesar 57,00, hasil ini belum memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
oleh peneliti yaitu rata –rata hasil tes kemampuan penalaran induktif siswa lebih
dari sama dengan 70. Selama proses pembelajaran berlangsung siswa masih banyak yang terlihat pasif, mereka takut dan malu
–malu dalam bertanya dan mengajukan pendapat selama proses pembelajaran, siswa juga masih kesulitan
dalam menarik kesimpulan dari pola barisan yang diberikan. Pada siklus II seluruh hasil penelitian mengalami peningkatan. Pertama
adalah rata –rata respon positif siswa dalam menerapkan model pembelajaran
Cooperative Learning CL tipe group investigation pada siklus II sebesar 85,47, hasil ini sudah meningkat dibandingkan dengan rata-rata persentase
77
respon positif siswa dalam menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning CL tipe group investigation pada siklus I sebesar 72,74. Selama
proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning CL tipe group investigation pada siklus II, siswa mulai menunjukkan antusias
dalam belajar matematika, siswa sudah tidak malu-malu dalam bertanya, mengungkapkan pendapatnya maupun melakukan presentase kelompok didepan
kelas, siswa juga sudah tidak mengalami kesulitan dalam menarik kesimpulan dan menemukan pola bilangan. Karena pada siklus II rata-rata respon positif siswa
dalam menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning CL tipe group investigation sebesar 85,47 hasil ini sudah melewati persentase yang telah
ditetapkan oleh peneliti yaitu rata-rata respon positif siswa dalam menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning CL tipe group investigation lebih
dari sama dengan 75. Kedua, rata –rata tes kemampuan penalaran induktif siswa
pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 72,77 dari siklus I yaitu sebesar 57,00. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata tes kemampuan penalaran induktif
matematika siswa telah mencapai indikator keberhasilan yaitu skor rata-rata tes kemampuan penalaran induktif matematika siswa mencapai 70. Berdasarkan hasil
yang dihimpun dari data tersebut maka penelitian berhenti sampai pada siklus II. Temuan menarik selama penelitian berlangsung adalah kemampuan
penalaran induktif matematika siswa meningkat dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning CL tipe group investigation, hal ini didapat
berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, dan tes kemampuan penalaran induktif matematika.
78
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, secara umum penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe group
investigation dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan penalaran induktif matematik siswa. Hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata
hasil tes kemampuan penalaran induktif sebesar 57,00 pada siklus I menjadi 72,77 pada siklus II. Kemampuan penalaran induktif yang meningkat dengan
model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation meliputi kemampuan menarik kesimpulan, kemampuan mengajukan dugaanconjeture,
kemampuan untuk menemukan polasifat umum untuk membuat generalisasi, serta menemukan keserupaan pola atau sifat dari gejala matematik untuk
membuat analogi. Adapun peningkatan masing-masing indikator kemampuan penalaran induktif dapat dilihat pada hal-hal berikut:
1. Kemampuan menarik kesimpulan pada siswa meningkat melalui model
pembelajaran cooperative learing tipe group investigation. Hal ini terlihat dari kenaikan persentase indikator kemampuan menarik kesimpulan dari
sebesar 69 cukup pada siklus I menjadi 73.5 baik pada siklus II. 2.
Peningkatan kemampuan menyusun dugaanconjecture pada siswa diketahui pada saat siswa mampu menentukan suku selanjutnya dari suatu
barisan bilangan atau gambar. Hal ini didukung oleh peningkatan hasil persentase kemampuan mengajukan dugaanconjecture pada siswa yaitu
sebesar 61 cukup pada siklus I menjadi 78.2 baik pada siklus II. 3.
Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan kemampuan menemukan pola untuk membuat generalisasi
yaitu, pada siklus I sebesar 60 dengan kategori cukup menjadi 74 dengan kategori baik pada siklus II.