Tahap Observasi dan Analisis

59 54,55. Perolehan skor kemampuan penalaran induktif siswa pada siklus I belum mencapai indikator taraf keberhasilan yaitu ≥50 siswa lulus KKM. Berikut ini merupakan rincian perolehan skor siswa pada tiap-tiap butir soal kemampuan penalaran induktif matematika: 2 Jurnal Harian Siswa Pada penelitian ini peneliti menggunakan lembar jurnal harian, tujuan dari pemberian jurnal harian siswa adalah untuk mengetahui respon siswa tentang pembelajaran yang pelaksanaannya menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning CL tipe Group Investigation. Respon siswa ini kemudian dianalisis dan diinterpretasikan. Lembar jurnal harian diberikan pada setiap akhir pertemuan kepada setiap siswa. Berikut ini hasil yang diperoleh selama siklus I ditunjukkan pada tabel berikut ini: Tabel 4. 5 Respon Siswa Terhadap Tindakan Pembelajaran Siklus I No Kategori Persentase Pertemuan ke- Rata – rata I II III IV 1. Positif 66,67 69,70 75,78 78,79 72,74 2. Netral 18,18 15,15 9,09 12,12 13,61 3. Negatif 15,15 15,15 15,15 9,09 13,61 Tanggapan siswa pada pembelajaran siklus I dirangkum berdasarkan jurnal harian siswa yang diisi setiap pertemuan. Jurnal harian siswa dibuat diakhir pertemuan yang memuat apa yang siswa pelajari setiap pertemuan beserta pendapat siswa baik berupa saran dan kritik terhadap penerapan model pembelajaran Cooperative Learning CL tipe Group Investigation. Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada siklus I yang dilaksanakan dalam empat kali pertemuan mendapatkan rata-rata respon positif sebanyak 72,74, respon negatif 13,61, dan respon netral 13,61. Jumlah ini masih kurang karena belum mencapai indikator yang yang ditentukan yaitu memperoleh tanggapan positif siswa diatas 75. Hal ini berarti respon positif siswa terhadap pembelajaran menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning CL tipe Group Investigation masih kurang dan ini berarti siswa masih perlu diberi arahan agar respon siswa meningkat terhadap proses 60 pembelajaran menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning CL tipe Group Investigation sehingga kemampuan pemahaman konsep matematika siswa meningkat. Adapun penyebab respon negatif siswa masih tergolong tinggi, hal ini dikarenakan siswa masih belum terbiasa dengan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning CL tipe Group Investigation, di mana pada proses pembelajaran ini siswa dituntut untuk berpartisipasi aktif, menarik kesimpulan, dan menerapkan prinsip secara mandiri, peneliti hanya memantau dan menanggapi apabila ada siswa yang bertanya.

d. Tahap Refleksi

Pada tahapan ini peneliti melakukan dan membuat rancangan rencana perbaikan untuk dilakukan ke pembelajaran siklus selanjutnya. Tahap refleksi ini peneliti lakukan dengan diskusi oleh guru pamong selaku observer setelah melakukan analisis pada siklus I. Setelah peneliti melakukan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning CL tipe Group Investigation selama empat pertemuan, maka peneliti melakukan tes akhir siklus I pada pertemuan kelima. Dari hasil tes akhir siklus I diperoleh nilai rata-rata kemampuan penalaran induktif matematik siswa kelas XI-Akuntasi 2 sebesar 57,00. Jumlah ini masih dianggap kurang karena belum menncapai indikator keberhasilan yaitu rata-rata hasil tes kemampuan penalaran induktif matematik siswa ≥50 sesuai dengan KKM yang sekolah berikan. Hasil yang diperoleh pada siklus I ini menjadi bahan perbaikan pada proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning CL tipe Group Investigation di siklus berikutnya. Sehingga diharapkan ada peningkatan dari siklus sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis diatas, ada beberapa faktor dan kendala yang harus diperbaiki dalam proses pembelajaran, antara lain : 1 Kurang optimalnya proses diskusi yang dilakukan siswa. Hal ini terjadi dikarenakan siswa dari kelompok yang belum paham maksud dari lembar permasalahan yang diberikan tidak mau bertanya dan malu untuk bertanya. 61 Terutama untuk siswa yang duduk di barisan belakang. Untuk itu perbaikan yang dilakukan peneliti adalah merubah posisi duduk siswa secara bergantian. 2 Siswa belum paham dengan penjelasan yang diberikan peneliti. Hal ini dikarenakan penjelasan yang diberikan peneliti terlalu cepat dan terkesan terlalu terburu-buru. Untuk itu, peneliti memberikan perbaikan penjelasan yang jelas dan tepat tidak terburu-buru untuk penelitian selanjutnya. Peneliti juga diharapkan memberikan perhatian kepada siswa dengan menanyakan dan memastikan apakah siswa sudah paham atau belum dan memastikan penjelasan yang diberikan telah jelas. 3 Pembagian kelompok yang tidak heterogen mengakibatkan proses diskusi berjalan lambat dikarenakan beberapa kelompok ada yang didominasi oleh siswa-siswa yang pandai. Oleh karena itu, tahap pembelajaran selanjutnya peneliti akan melakukan pembagian kelompok secara merata dan adil agar kelompok yang dibentuk lebih heterogen. 4 Dalam penyelesaian lembar permasalahan sebagian siswa hanya menyalin jawaban teman dari kelompoknya. Penyebab kekurangan ini adalah siswa belum terbiasa menggunakan kemampuan penalaran induktif dalam pembelajaran matematika. Diharapkan penelitian selanjutnya peneliti harus dapat membimbing dan memastikan siswa agar menggunakan kemampuan bernalarnya dalam mengerjakan permasalahan yang diberikan. Tahap selanjutnya peneliti harus melakukan aktivitas tanya jawab yang lebih sering kepada siswa. 5 Aktivitas pembelajaran siswa belum termasuk kategori baik. Hal ini telihat dari kurangnya respon siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena siswa masih belum berani untuk mengemukakan pendapatnya mengenai suatu pola dalam mengidentifikasi maupun menyelesaikan masalah di depan kelas. Untuk pesentasi dan menjelaskan di depan kelas masih didominasi oleh siswa yag pandai. Oleh karena itu, peneliti harus lebih memotivasi siswa untuk berani tampil di depan kelas dengan memberikan reward penambahan poin untuk nilai atau hadiah berupa coklat atau hadiah jenis lainnya. Harapannya siswa berani dan mau mempersentasikan hasil diskusinya di depan kelas. 62 6 Kemampuan penalaran induktif yang masih rendah. Penalaran induktif pada penelitian ini dibagi menjadi dua aspek yaitu kemampuan penalaran analogi dan kemampuan penalaran generalisasi. Hasil yang didapat pada siklus I ini menunjukan rata-rata kemampuan penalaran induktif matematik siswa sebesar 57,00. Untuk kemampuan penalaran analogi matematika siswa menunjukan rata-rata sebesar 66,16 dan untuk kemampuan penalaran generalisasi siswa menunjukan rata-rata sebesar 46,96. Penyebab kekurangan ini adalah siswa belum terbiasa menggunakan kemampuan penalaran induktifnya dan masih terpaku dengan rumus saat mengerjakan lembar permasalahan yang diberikan. Dengan adanya kekurangan ini, peneliti harus lebih dapat membimbing siswa agar dapat menggunakan kemampuan penalaran induktifnya. Berdasarkan hasil refleksi yang diperoleh dari pelaksanaan siklus I ini menunjukkan bahwa indikator keberhasilan penelitian belum tercapai. Sehingga dengan adanya refleksi ini diharapkan adanya perbaikan yang dilakukan peneliti untuk tahap siklus II selanjutnya. Diharapakan dengan adanya perbaikan yang dilakukan indikator taraf keberhasilan bisa tercapai yaitu nilai tes akhir kemampuan penalaran induktif matematik siswa mencapai lebih dari sama dengan 70.

3. Tindakan Pembelajaran Siklus II

Tindakan pembelajaran pada siklus II ini merupakan hasil refleksi dari siklus I. Pada tindakan pembelajaran siklus II ini meliputi beberapa tahapan, diantaranya tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan anlisis data, dan tahap refleksi. Berikut adalah pembahasan dari tahapan-tahapan tindakan pada siklus II.

a. Tahap Perencanaan

Materi yang diajarkan pada siklus I ini adalah barisan dan deret geometri. Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dan Lembar Kerja Siswa LKS yang terdiri dari 2 soal penalaran generalisasi dan 2 soal penalaran analogi. Peneliti juga membuat isnstrumen penelitian yang lain diantaranya jurnal harian siswa dan lembar observasi yang berguna untuk memantau pembelajaran yang telah dilaksanakan. 63 Pada tahap perencanaan ini peneliti juga menjelaskan kepada observer yaitu guru kelas pada mata pelajaran matematika di kelas XI-Akuntasi 2 tentang bagaimana cara penilaian lembar observasi siswa serta beberapa hal yang harus diperhatikan selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan siklus II ini merupakan lanjutan dari pelaksanaan pembelaran siklus I terdiri dari 5 pertemuan. Pertemuan keenam sampai kesembilan peneliti memberikan pembelajaran dengan metode investigasi sedangkan untuk pertemuan kesepuluh peneliti memberikan tes kemampuan penalaran induktif matematik. Pada tahap pelaksanaan ini peneliti membimbing siswa untuk menemukan suatu keteraturan pola bilangan barisan dan deret aritmatika melalui tahapan diskusi dengan metode investigasi. Adapun uraian dari proses pelaksanaan pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut : 1 Pertemuan Ke-6 27 April 2012 Materi yang dibahas pada pertemuan ini adalah mengidentifikasi ciri barisan dan deret geometri. Pembelajaran dimulai dengan mengelompokkan siswa ke dalam suatu kelompok yang telah ditetapkan anggotanya oleh peneliti. Dalam satu kelompok terdapat siswa yang memiliki kemampuan penalaran induktif yang rendah, sedang dan tinggi sehingga diskusi kelompok dapat berjalan secara kondusif. Setelah itu, peneliti memberikan arahan tentang pelaksanaan diskusi, yaitu masing-masing kelompok harus menyajikan jawabannya di depan kelas melalui perwakilan kelompoknya. Kemudian anggota kelompok lainnya harus dapat menjawab pertanyaan yang diberikan dari peneliti ataupun kelompok lain. Peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai pengetahuan siswa terhadap materi barisan dan deret geometri. Dari beberapa jawaban siswa terlihat bahwa sebagian besar siswa tidak ingat terhadap materi. Kemudian peneliti memberikan beberapa contoh barisan bilangan geometri dan memberikan pertanyaan mengenai kesimpulan yang didapat berdasarkan beberapa contoh yang diberikan Selanjutnya, peneliti membagikan lembar permasalahan 5 kepada masing-masing kelompok. Pada saat siswa mengerjakan lembar permasalahan,

Dokumen yang terkait

Penerapan pembelajaran kooperatif model group investigation untuk meningkatkan hasil belajar sosiologi SMA SIT Fajar Hidayah Kotawisata-Cibubur: penelitian tindakan di SMA Fajar Hidayah pada kelas X

0 6 75

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sdit Bina Insani ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Sdit Bina Insani Kelas V Semester Ii Serang-Banten )

0 3 184

IMPLEMENTASI METODE KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

0 6 183

Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

0 7 205

Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Kemampuan Penalaran Induktif Matematik Siswa

1 18 1

Pengaruh Model Pembela jaran Creative Problem Solving (CPS) Terhadap Kemampuan Penalaran Analogi Matematik Siswa

1 27 309

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Group Investigation(GI) (PTK Pembelajaran Matematika Kelas XI Tata Busana (TB

0 2 19

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE FORMULATE-SHARE-LISTEN-CREATE (FSLC) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF MATEMATIK SISWA SMP.

7 43 33

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF TIPE GROUP INVESTIGATION.

5 10 46

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

0 0 9