2. Dinamika Psikologis Subyek
Secara keseluruhan, tujuan utama subyek datang ke Yogyakarta
adalah untuk meningkatkan taraf kesejahteraan dengan melanjutkan pendidikan di Yogyakarta. Subyek berharap dapat menyerap ilmu sebaik-
baiknya serta mendapatkan pengalaman yang dibutuhkan untuk pada akhirnya kembali ke daerah untuk membangun daerah.
Berhadapan dengan konteks budaya yang berbeda memberikan pengaruh tersendiri terkait tujuan utama subyek datang ke Yogyakarta.
Bertemu dan berdinamika dalam semua lingkup hidup yang baru dengan orang-orang dengan latar belakang yang berbeda harus dihadapi subyek
selama hidup di Yogyakarta. Setiap subyek mengalaminya sebagai proses akulturasi dan berlangsung secara unik dalam setiap personal subyek.
Untuk lebih memahami bagaimana proses akulturasi pada subyek secara keseluruhan berikut ini akan digambarkan dinamika psikologis masing-
masing subyek.
a. Subyek DV
Bagi subyek, Yogyakarta menjadi tempat yang menarik sebagai tempat kuliah. Sejak SMA subyek sudah bercita-cita kuliah di
Yogyakarta. Ketertarikan itu muncul dari informasi orang tua dan kakak senior subyek yang pernah kuliah di Yogyakarta, mereka
mengatakan bahwa Yogyakarta merupakan kota yang bagus untuk kuliah, biaya hidup murah serta dikenal sebagai kota pelajar. Selain
itu, waktu kecil subyek pernah mengunjungi Yogyakarta dan mengetahui bahwa Yogyakarta tidak seperti kota besar yang lain yang
pernah dikunjunginya, Yogyakarta termasuk kota yang aman dan nyaman.
Sebelum berangkat ke Yogyakarta orang tua dan para senior menasehatkan subyek untuk berhati-hati dalam bersikap dengan orang
YogyakartaJawa. Subyek diberitahu bahwa orang JawaYogyakarta itu halus dan cepat tersinggung. Mereka akan menjauh jika bersikap
kasar, terutama dalam berbicara sebaiknya dipikirkan terlebih dahulu apa yang ingin dibicarakan jangan sebaliknya. Demikian juga saat ada
masalah agar berhati-hati dalam mengambil sikap, jangan langsung mengambil tindakan kekerasan. Hal-hal tersebut yang kemudian
menjadi pegangan subyek selama hidup di Yogyakarta. Ketika hidup di Yogyakarta, ia mengaku bergaul dengan
berbagai etnis. Subyek menemui dan berinteraksi dengan berbagai etnis baik di lingkungan tempat tinggal kos maupun di tempat kuliah
kampus. Akan tetapi, baik di kos maupun di kampus subyek mengakui lebih banyak bergaul dengan teman-teman yang berasal dari
kawasan Indonesia Timur. Subyek sekarang indekos di kos yang 75 penghuninya orang NTT. Akhirnya subyek merasa mau tidak mau
bergaul dengan mereka, sehari-hari subyek lebih banyak bergaul dengan mereka. Penghuni kos yang berasal dari etnis lain seperti Jawa
dan Kalimantan hanya sedikit dan menurut subyek mereka jarang
bergabung karena rasa sungkan mereka terhadap penghuni kos yang lain. Demikian juga di kos sebelumnya subyek juga merasa ada jarak
yang memisahkan dalam bergaul dengan teman di luar etnis Timur. Sebenarnya subyek ingin juga mendekati dan bergaul dengan
penghuni dari luar NTT seperti etnis Jawa atau Kalimantan tetapi mereka seakan menutup diri dan cenderung bergaul dengan etnis
mereka sendiri. Subyek menyayangkan hal itu, tinggal satu atap tapi tidak saling kenal.
Demikian juga di kampus, subyek lebih banyak bergaul dengan orang Indonesia timur. Subyek kuliah di Universitas yang
mayoritas mahasiswanya berasal dari Indonesia timur . Menurut subyek, dirinya lebih terbuka dengan teman-teman satu daerah
terutama ketika menghadapi masalah. Masalahnya dari sekedar masalah di kampus, masalah cewek, banyak hal yang pasti
diceritakan. Akan tetapi subyek juga bergaul dengan beberapa teman etnis lain di kampus dan memiliki satu teman dekat asal etnis Jawa.
Bagi subyek teman-teman kampus sudah dianggap sebagai saudara sendiri.
Selama hidup dan berinteraksi di Yogyakarta subyek kemudian memiliki pandangan-pandangan tentang orang Jawa khususnya
temannya orang Jawa. Menurutnya bergaul dengan orang Jawa harus berhati-hati karena sifat orang Jawa pada umumnya halus dan mudah
tersinggung. Sifat itu pun ditambah dengan adanya sifat agak tertutup.
Oleh karena itu, subyek menjadi sungkan untuk mendekati teman- teman dari Jawa. Dari sikap dan sifat yang tertutup itu, ia merasa
seakan dihindari oleh teman etnis Jawa. Oleh karena itu, subyek tidak berani untuk mendekati teman etnis Jawa apalagi karena mereka
cenderung untuk bergaul dengan sesama teman mereka sendiri dan cenderung tidak mau berbaur dengan etnis yang lain.
b. Subyek DN