Oleh karena itu, subyek menjadi sungkan untuk mendekati teman- teman dari Jawa. Dari sikap dan sifat yang tertutup itu, ia merasa
seakan dihindari oleh teman etnis Jawa. Oleh karena itu, subyek tidak berani untuk mendekati teman etnis Jawa apalagi karena mereka
cenderung untuk bergaul dengan sesama teman mereka sendiri dan cenderung tidak mau berbaur dengan etnis yang lain.
b. Subyek DN
Awal ketertarikan subyek untuk kuliah di Yogyakarta adalah karena kesan positif subyek saat mengunjungi Yogyakarta. Waktu itu
subyek langsung merasa kerasan , nyaman dan cocok dengan keadaan di Yogyakarta. Ditambah dengan fasilitas pendidikan dan hiburan
yang menurutnya lengkap dibandingkan dengan di daerah asal semakin membuat subyek tertarik dan memutuskan kuliah di
Yogyakarta. Dalam berinteraksi, subyek mengaku berinteraksi dengan
semua etnis yang ditemuinya di Yogyakarta. Ia mengaku bergaul dengan orang-orang di sekitar tempat tinggalnya seperti orang
Ambon, Papua maupun Jawa. Demikian juga di kampus, subyek bergaul dengan teman-teman dari berbagai etnis, baik dalam kegiatan
perkuliahan maupun dalam kegiatan non akademis di kampus seperti kegiatan UKM yang diikutinya. Subyek juga kadang menyempatkan
bermain ke teman dari Jawa di waktu senggangnya. Akan tetapi,
secara intensitas subyek mengaku lebih banyak menghabiskan waktu dan berinteraksi dengan teman satu daerah. Ia merasa lebih nyaman
tinggal dan bergaul dengan teman satu daerah. Keputusan dengan memilih lebih banyak bergaul dengan
sesama teman satu daerah dirasa sebagai alternatif yang paling tepat dalam hidup bersosialnya. Ia menemukan kenyamanan yang tinggi
dan rasa persaudaraan yang semakin kuat bersama teman satu daerah. Jika mengalami suatu masalah misalnya, teman satu daerah pasti ikut
membantu demikian juga sebaliknya. Intensitas yang rendah dalam bergaul dengan teman etnis lain
dikarenakan ia sadar bahwa teman etnis lain memiliki kesibukan sendiri-sendiri
sehingga ia
merasa takut
jika menganggu
kesibukanaktifitas mereka. Selain itu, ia merasa memiliki kesibukanaktifitas sendiri dan memilih untuk lebih banyak bergaul
dengan teman satu daerah. Bukannya tidak mau bergaul karena ada masalah tertentu dengan teman dari etnis lain tetapi menurutnya ia
merasa lebih nyaman, lebih merasakan perasaan sebagai teman bahkan saudara saat bergaul dengan temannya yang satu daerah. Hal tersebut
bagi subyek merupakan hal yang sangat wajar. Namun, subyek menyadari bahwa hal itu merupakan
kelemahankekurangannya. Menurutnya dengan kecenderungan tidak bergaul dengan etnis yang lain berarti menutup pintu untuk
mendapatmenerima hal yang baru.
Selama hidup di Yogyakarta, beberapa kendala dihadapinya. Saat di kos yang pertama subyek merasa terkekang dan tidak bebas
karena tidak dapat melakukan beberapa kebiasaannya di daerah asal. Pada akhirnya subyek memilih untuk berpindah tempat tinggal dan
mengontrak rumah bersama teman satu daerahnya. Dengan mengontrak rumah, ia merasa lebih bebas dalam melakukan sesuatu.
Masalah bahasa juga merupakan masalah yang cukup menganggu saat bertemu dengan etnis lain terutama etnis Jawa.
Pembicaraannya dengan orang Jawa kadang tidak nyambung. Ia kesulitan memahami bahasa dan dialek orang Jawa, bahkan ketika
mereka menggunakan bahasa Indonesia. Demikian juga ia menyadari orang Jawa kesulitan menangkap maksud yang dikatakannya karena
dialek atau cara bicaranya dirasa terlalu cepat. Pada akhirnya subyek berusaha menyesuaikan cara bicaranya dengan lebih pelan.
Selain itu, ia mendengar dan mengalami langsung bahwa orang Timur termasuk dirinya pada umumnya dipandang sebagai orang yang
keras. Image keras ini dianggap wajar olehnya, karena orang Timur rata-rata memang hidup dengan pola yang keras, hidup dalam kondisi
yang keras. Namun, menurutnya keras tidak sama dengan kasar. Pernah suatu kali di kampus, saat beradu argument dalam diskusi
subyek dianggap kasar karena cara bicaranya, cara bicara dengan suara yang kerastinggi dianggap kasar oleh beberapa teman kampus.
Pun saat mengobrol, cara bicara dengan suara yang kerastinggi
dianggap teman kuliah sebagai ekspresi marah. Persepsi ini menurut subyek keliru.
c. Subyek BT