“Saya selesaikan sekolah di Jogja. Setelah itu mungkin langsung cari kerja di sini. Pengennya, mungkin pengennya bisa jadi orang yang berhasil di
sini dulu. Sebelum kembali ke daerah sendiri...karena saya pikir kalau terus cepat-cepat pulang juga e tidak ada hal yang kita dapat to misalnya
kita hanya sekolah lalu pulang pengalamannya hanya situasi sekolah
tanpa ada pengalaman kerja menurut saya itu masih ada yang minuslah.” DN
b. Interaksi
Interaksi atau perjumpaan subyek dengan individu ataupun kelompok dalam budaya yang baru di Yogyakarta merupakan bagian
penting dari proses akulturasi yang dialami subyek. Sebagai mahasiswa, lingkup interaksi subyek dengan etnis lain lebih banyak terjadi di
tempat kuliah dan tempat tinggal. Tabel berikut menggambarkan interaksi subyek.
Tabel 6. Interaksi dengan Masyarakat Yogyakarta
Subyek DV Subyek DN
Subyek BT Subyek FA
Bergaul dengan
teman-teman dari beragam
latar belakang
Kebanyakan teman
kampus berasal dari
Indonesia Timur
Merasa teman
kampus seperti
saudara Berinteraksi
dengan semua etnis
yang ada di Jogja tetapi
intensitasnya lebih banyak
dengan orang-orang
Timur terutama
dengan teman satu daerah
Jarang bergaul
dengan etnis lain,
Tidak pilih- pilih dalam
berteman Kalau di
kampus berinteraksi
dengan banyak
teman dan akrab
dengan mereka
Selain organisasi,
diskusi bentuk
interaksi Berinteraksi
dengan hampir semua orang
Indonesia Lebih banyak
bergaul dengan teman
orang timur karena di
kampus dominan orang
timur
Saat masih bekerja
mainnya di mess dengan
teman-teman
sendiri darimanapun
asalnya Karena
penghuni kos didominasi
oleh orang NTT, lebih
banyak bergaul
dengan mereka
Dengan teman kos
etnis di luar NTT masih
mengambil jarak dalam
bergaul
Berteman dekat dengan
seorang teman orang
Jawa hubungan
tidak dekat Lebih sering
bergaul dengan teman
satu kelas saat di
kampus
Interaksi di kegiatan
kampus, perkuliahan
dan beberapa UKM
subyek di kampus
adalah futsal. Terkadang
bergaul dengan
warga sekitar
Ikut membantu
pemilik kos jika ada
acara yang
kebanyakan orang Jawa.
Interaksi di tempat kuliah tentunya didominasi oleh kepentingan akademik seperti interaksi di kelas ataupun dalam
mengerjakan tugas. Selain itu, interaksi juga terjadi dalam aktifitas non akademik seperti kegiatan organisasi BEM, Himpunan, kegiatan Unit
Kegiatan Mahasiswa UKM maupun waktu senggang sebelum maupun setelah kuliah.
Subyek DV dan FA kuliah di Universitas yang didominasi mahasiswa asal Indonesia timur. Pergaulan di kampus pun akhirnya
lebih banyak dengan teman dari Indonesia Timur. Akan tetapi, mereka tidak menutup diri hanya bergaul dengan teman dari Indonesia Timur
saja. Subyek DV mengungkapkan bahwa teman kampus sudah seperti saudara sendiri.
“Sudah anggap saudara. Jadi mau dari Jawa, Kalimantan, itu kita sama… kayak sudah satu keluarga, kalau dari Jawa, ei, kalau saya nyindir atau
malu, sudah tidak lagi, kalau dari Kalimantan itu, sama saja…” DV
Sama dengan subyek DV dan FA, subyek DN dan BT mengakui berinteraksi dengan berbagai etnis yang ada di tempat kuliah. Subyek
BT mengaku tidak pilih-pilih dalam berteman, ia bersikap terbuka terhadap teman-teman dari etnis lain.
“Kalau di kampus itu saya berinteraksi dengan banyak teman tho sehingga akrab, dekat… sering ikut kegiatan organisasi kan, teman-teman biasa
maen ke kos, kadang-kadang ngobrol, diksusi sampe larut. Kadang-kadang mereka juga curhat masalah pribadi mereka.” BT
Sikap terbuka subyek di kampus lebih cenderung terbatas pada interaksi pertemanan di kampus. Artinya, selepas dari kampus
hubungan pertemanan di kampus tidak diteruskan dalam pertemanan yang akrab di luar kampus. Interaksi di kampus tidak kemudian menjadi
interaksi yang lebih intim di luar kampus. Selepas dari kampus, interaksi subyek lebih banyak dilakukan
terhadap teman-teman satu daerah. Interaksi di tempat tinggal lebih banyak dengan teman-teman satu daerah baik di tempat tinggal sendiri
kos maupun di tempat tinggal teman satu daerah kontrakan etnis Ngada. Keseluruhan subyek mengakui interaksi dengan teman dari
Ngada sangat sering. Seperti yang diungkapkan subyek DN, ia mengaku hampir setiap hari berinteraksi dengan teman dari Ngada
dengan berkunjung ke kontrakan teman Ngada.
Tabel 7. Interaksi dengan Teman Satu Daerah
Subyek DV Subyek DN
Subyek BT Subyek FA
“kalau sesama itu teman
Ngada sering kita cerita.
Apalagi teman dekat, kalau
lagi ada masalah, mau
masalah di kampus, cewek
atau masalah apa saja pasti
sering cerita.” Dengan
sesama teman dari Ngada
sering terbuka kalau sedang
ada masalah. “kalau dengan
teman-teman yang satu
daerah hampir pada kegiatan
sehari-hari. Mungkin sering
berkunjung
bermain… seperti
sekarang ini bermain
ditempatnya teman-teman
juga pada saat ada kegiatan-
kegiatan.” Hampir setiap
hari bergaul dengan teman
satu daerah. “Kalau teman-
teman Ngada itu sering.
Sering sekali
itu bergaul… Lebih banyak
dengan orang
Ngada.”
Sering sekali bergaul dengan
teman satu daerah
“sering berinteraksi
dengan teman
Ngada… biasanya kalau
seperti beginilah
kalau ada teman-teman
yang punya kontrakan kita
sering
kumpul.” Sering
berinteraksi dengan teman-
teman Ngada
Intensitas interaksi yang lebih banyak dengan teman Ngada dikarenakan perasaan nyaman saat berinteraksi dengan teman Ngada.
Selain itu, kesempatan melakukan kebiasaan saat di daerah asal bisa dilakukan bersama teman-teman Ngada. Kebiasaan seperti saat sore
duduk cerita, cerita apapun sambil merokok dan minum kopi maupun kebiasaan lainnya. Subyek BT mengungkapkan perbedaaan saat
berinteraksi dengan teman Ngada dan etnis lain. Menurutnya saat
berinteraksi dengan teman Ngada perasaan nyaman lebih terasa, ia bisa bercanda sesuka hati dengan teman Ngada.
“Ada perbedaan, kalau misalnya dengan etnis lain, kalau misalnya apa.., pergaulannya itu tertawa-
tertawa tapi…, apa ya, tidak bikin perut sampai sakit. Kalau bergaul dengan anak Ngada pasti tertawanya sampai buat
perut saki t.” BT
Kuantitas interaksi yang lebih banyak dengan orang dari etnis sendiri didukung juga karena pemilihan tempat tinggal. Pada awalnya,
keseluruhan subyek tinggal indekos dengan penghuni yang heterogen. Setelah berpindah-pindah kos, keseluruhan subyek kemudian bertempat
tinggal baik kos maupun rumah kontrakan dengan penghuni yang didominasi orang dari satu daerah atau satu kawasan daerah. Subyek
DV mengungkapkan dirinya tinggal di kos yang 75 penghuninya adalah orang NTT. Sementara itu subyek FA mengontrak rumah
bersama temannya asal Flores. Selain interaksi dalam kehidupan sehari-hari, bentuk interaksi
dengan teman satu daerah terjadi juga di perkumpulan komunitas etnis. Perkumpulan etnis Ngada dinaungi dalam perkumpulan Keluarga Besar
Ngada Yogyakarta KBNY. Perkumpulan etnis semacam ini juga dibentuk oleh mahasiswa perantau asal Indonesia Timur MIT lainnya.
Perkumpulan ini menurut subyek dibentuk sebagai sarana untuk memperkenalkan mahasiswa senior pada mahasiswa yang baru datang.
Biasanya acara
yang diadakan
perkumpulan etnis
sifatnya mengakrabkan. Acara seperti malam keakraban makrab, turnamen
sepakbola Ngada Cup diadakan secara rutin setiap tahunnya. Secara
khusus turnamen sepakbola juga menjadi ajang untuk berinteraksi dan berkenalan dengan etnis lain dikarenakan turnamen sepakbola diadakan
dengan mengundang tim sepakbola etnis lain untuk terlibat. Bagi subyek terutama saat mereka baru datang, keberadaan
perkumpulan KBNY dengan peran para senior menjadi masa orientasi yang memudahkan mereka untuk lebih mengenal kondisi Yogyakarta
dan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Perkumpulan juga menjadi ajang untuk lebih mengenal teman satu daerahnya
terutama ketika mempersiapkan acara rutin perkumpulan dalam kepanitian yang dibentuk.
c. Kendala Interaksi