salah maka akan ditegur secara keras sampai memarahi anak. Akan tetapi, subyek melihat orang pada umumnya mengidentikkan ciri-ciri
keras tersebut dengan kasar. Cara bicara dengan suara yang keras misalnya dialami subyek DN dan BT disalahartikan sebagai ekspresi
sedang marah atau mengintimidasi.
d. Strategi Akulturasi
Subyek memilih separasi sebagai strategi akulturasinya. Perbedaan-perbedaan yang muncul selama berkontak dengan orang dari
budaya lain dianggap wajar walaupun menimbulkan kendala-kendala pribadi. Perasaan tidak suka terhadap sifat-sifat tertentu dari etnis lain
misalnya, tidak
kemudian dibesar-besarkan.
Subyek memilih
memaklumi dan menyadari hal tersebut merupakan perbedaan antara dirinya sebagai orang Ngada dan orang lain dengan identitas etnisnya.
Pada tahap ini muncul persepsi tentang orang dari etnisnya ingroup dan persepsi tentang etnis lain outgroup terutama etnis
Jawa. Etnis Ngada dipandang memiliki rasa persaudaraan yang tinggi. Teman dari etnis sendiri dianggap sudah seperti saudara sendiri. Jika
seseorang mengalami masalah, teman lain dari Ngada secara kompak pasti membantu. Digambarkan pula bahwa teman etnis Ngada memiliki
karakteristik bersikap terbuka dan blak-blakan. Mahasiswa Ngada pun mengakui karakter mereka adalah keras. Karakter keras digambarkan
dalam sikap tegas dalam bersikap. Jika sudah memutuskan sesuatu,
itulah yang akan dikejar untuk diwujudkan. Sedangkan, orang dari etnis Jawa memiliki kecenderungan sikap tertutup, cenderung tidak
menyatakan secara langsung pikiran dan perasaannya. Dengan adanya persepsi tersebut, mahasiswa Ngada memilih
untuk lebih banyak berinteraksi dengan teman-teman etnisnya. Perasaan sebagai etnis yang sama menjadi alasan yang menguatkan. Kebiasaan-
kebiasaan saat di tempat asal pun tetap bisa dilakukan dengan lebih banyak bergaul dengan teman satu daerah. Solidaritas yang kuat
akhirnya terbentuk antara sesama mahasiswa Ngada. Walaupun cenderung memilih strategi separasi dalam menyikapi
permasalahan yang ada, subyek juga berusaha untuk menyesuaikan diri menghadapi perbedaan yang mereka temui. Dalam menyesuaikan diri
terkait perbedaan bahasa misalnya mereka belajar kosakata bahasa Jawa dan terkadang mencoba menggunakan bahasa Jawa. Hal ini dilakukan
terutama dengan orang Jawa yang sering mereka jumpai seperti pemilik warung makan langganan mereka atau pemilik koskontrakan. Subyek
juga berusaha bersikap halus lemah lembut ketika berhadapan dengan orang Jawa.
C. Pembahasan
Pengalaman akulturasi mahasiswa Nagada dalam kehidupan sehari- harinya menunjukkan beberapa tema yang menggambarkan kehidupan
akulturasinya. Guna memahami secara mendalam kehidupan akulturasi