beragama, hidup antara umat beragama sangat rukun. Dalam sejarah Ngada sampai sekarang, belum pernah terjadi konflik yang disebabkan
oleh fanatisme sempit terhadap ajaran agama. Antara umat beragama selalu saling membantu dan menghargai satu sama lain.
Ketiga, prinsip tertib budi pekerti Sui Uwi Masyarakat adat Ngada mengenal budi pekerti sebagai norma-norma yang bersumber pada ajaran
kehidupan para leluhur sebagaimana diwariskan secara turun temurun dan masih dipatuhi oleh masyarakat adat dalam kehidupan sehari-hari. Norma-
norma yang bersumber pada ajaran kehidupan para leluhur tersebut tidak tertulis dan terus berkembang sesuai dengan nilai-nilai hukum yang hidup
dalam masyarakat, inkulturasi ajaran agama serta hukum tertulis pemerintah.
C. Mahasiswa Ngada di Yogyakarta
Mahasiswa Ngada terkesan eksklusif baik di lingkungan kampus maupun di lingkungan tempat tinggal wawancara lapangan, 20 Mei
2011. Ketika berada di lingkungan kampus, mahasiswa Ngada cenderung hanya bergaul dengan mahasiswa kelompok etnisnya etnis Ngada dan
beberapa mahasiswa yang berasal dari wilayah yang sama FloresNTT. Pergaulan dengan etnis lain hanya sebatas urusan kuliah, tidak kemudian
akrab dengan mahasiswa dari etnis lain. Mahasiswa Ngada pun dikenal sangat jarang terlibat dalam organisasi kampus. Mereka lebih memilih
terlibat dalam organisasi komunitas mahasiswa etnis Ngada atau Flores
yang ada di Yogyakarta seperti KBNY Keluarga Besar Ngada
Yogyakarta.
Kesan ekslusif dan tertutup juga dijumpai di lingkungan tempat tinggal. Mahasiswa Ngada cenderung memilih untuk tinggal bersama
dengan sesama mahasiswa Ngada atau mahasiswa dari wilayah yang sama FloresNTT. Dalam pemilihan tempat kos, mahasiswa Ngada akan
membicarakannya terlebih dahulu dengan mahasiswa Ngada yang lain kemudian bersama-sama mencari kos yang sesuai. Kriteria pemilihan kos
yang sesuai tidak hanya mengenai fasilitas kos yang ada, tetapi juga mengenai penghuni kos yang sudah ada, apakah mayoritas penghuni kos
berasal dari etnis Ngada atau FloresNTT ataukah dari etnis lain. Pada akhirnya mahasiswa Ngada akan cenderung memilih kos yang mayoritas
penghuninya berasal dari wilyah yang sama atau daerah yang sama. Jika kemudian akhirnya memilih kos yang heterogen dimana penghuninya
terdiri dari beberapa etnis, kecenderungan yang muncul adalah mereka kurang membuka diri untuk bergaul dan hanya bergaul dengan sesama
orang Ngada saja. Oleh karena sikap dan perilaku keeksklusifan mahasiswa Ngada
itu, solidaritas kelompoketnis menjadi kuat. Salah satu bentuk solidaritas itu dapat dilihat ketika salah satu mahasiswa Ngada terlibat konflik dengan
etnis lain. Mahasiswa Ngada yang lain akan ikut membantu menyelesaikan konflik yang terjadi bahkan dengan cara kekerasan. Solidaritas yang kuat
ini menjadi kekhasan tersendiri bagi mahasiswa Ngada.
D. Akulturasi Mahasiswa Ngada di Yogyakarta