D. Akulturasi Mahasiswa Ngada di Yogyakarta
Secara singkat, kehidupan akulturasi mahasiswa Ngada akan dijelaskan berdasarkan proses akulturasi dimulai dari latar belakang
kedatangan mahasiswa Ngada ke Yogyakarta dan bagaimana interaksi dan kendala yang dihadapi mahasiswa Ngada di Yogyakarta.
Alasan utama kedatangan mahasiswa Ngada ke Yogyakarta adalah melanjutkan pendidikan. Sebelum sampai di Yogyakarta kebanyakan
mahasiswa Ngada mengenal Yogyakarta sebagai tempat yang unggul dalam pendidikan. Oleh karena keunggulan Yogyakartalah mahasiswa
Ngada kemudian memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Yogyakarta. Alasan lain yang mendorong kedatangan mereka ke
Yogyakarta berbeda antara individu yang satu dan yang lain. Sikap yang ditunjukkan mahasiswa Ngada terhadap mahasiswa lain
dalam interaksinya pun berbeda, sikap terhadap mahasiswa yang berasal dari suatu wilayahetnis yang satu dengan mahasiswa dari wilayah etnis
yang lain wawancara lapangan, 20 Mei 2011. Mahasiswa Ngada lebih sering berinteraksi dengan sesama mahasiswa Ngada lainnya. Selain itu,
mahasiswa Ngada juga lebih sering berinteraksi dengan mahasiswa yang berasal dari kawasan yang sama seperti etnis-etnis yang ada di NTT,
Maluku atau Papua. Interaksi yang dilakukan antara lain saat kegiatan kuliah, kegiatan olahraga, kegiatan di tampat tinggal, acara keagamaan
maupun pertemuan rutin komunitas antar mahasiswa Ngada KBNY.
Interaksi mahasiswa Ngada dengan masyarakat Yogyakarta sendiri lebih banyak terjadi dalam urusan bisnis seperti tempat tinggal kos atau
kontrakan, makan warung makan, laundry, ataupun kebutuhan jasa lainnya seperti rental komputer.
Sedangkan kendala yang dihadapi mahasiswa Ngada dalam kehidupan akulturasinya di Yogyakarta justru lebih terlihat ketika mereka
berinteraksi dengan mahasiswa etnis lain yang berasal dari wilayah yang sama Indonesia Timur. Berbagai konflik antara mahasiswa Indonesia
timur justru terjadi ketika mereka saling berinteraksi. Konflik muncul misalya ketika pertandingan sepakbola atau saat pesta syukuran kelulusan
mahasiswa, acara keagamaan yang diadakan oleh mereka. Konflik tersebut biasanya berujung pada kekerasan seperti perkelahian ataupun
tawuran antara kelompok mahasiswa Indonesia Timur.
E. Batasan Konseptual