Sikap terhadap Akulturasi Strategi Akulturasi

3. Sikap terhadap Akulturasi

Sikap individu yang berakulturasi terhadap masyarakat dominan memiliki beberapa kaitan dengan cara individu masuk dalam proses akulturasi Berry dkk, 1999. Jika sikap-sikap kelompok sendiri sangat positif dan sikap kelompok luar sangat negatif maka pengaruh akulturasi mungkin sudah tersaring, tertahan, tertolak atau dapat dikatakan kurang efektif. Disisi lain, jika pola sikap yang berlawanan cocok diantara individu-individu yang mengalami akulturasi maka pengaruh-pengaruh akulturatif mungkin lebih dapat ditertima. Sikap terhadap akulturasi terkait erat dengan perbedaan keinginan individu untuk berinteraksi dan bagaimana individu mempertahankan nilai budayanya. Sikap inilah yang kemudian menentukan strategi akulturasi yang dipilih individu.

4. Strategi Akulturasi

Strategi akulturasi dipahami sebagai cara individu atau kelompok budaya yang sedang berakulturasi dalam interaksi atau kontak dengan individu atau kelompok dari budaya lain Berry dkk, 1999. Ada dua dimensi fundamental yang nantinya akan berpengaruh terhadap strategi akulturasi yang dipilih individu atau kelompok yang sedang berakulturasi. Dua dimensi itu adalah menjaga identitas budaya aslinya dan menjaga hubungan dengan kelompok budaya lain Berry dalam Ward dan Deuba, 1999. Strategi akulturasi dapat dibedakan ketika respon evaluatif terhadap dua dimensi tersebut bersifat dikotomi. “Ya atau tidak” untuk menjaga budaya aslinya dan “ya atau tidak” untuk mengadopsi budaya lain. Ada 4 strategi yang disodorkan Berry dkk 1999, strategi itu antara lain: a. Integrasi Individu yang dalam berhubungan dengan individu atau kelompok budaya setempat menjaga dan mempertahankan budayanya dan mengadopsi nilai budaya setempat. b. Separasi Individu yang dalam berhubungan dengan individu atau kelompok lain menjaga dan mempertahankan nilai budayanya sendiri, namun relatif tidak peduli dengan nilai budaya lain. c. Asimilasi Individu yang dalam berhubungan dengan individu atau kelompok lain mau menerima nilai budaya lain, namun secara relatif tidak memperdulikanmelestarikan nilai budayanya sendiri. d. Marjinalisasi Individu yang dalam berhubungan dengan individu atau kelompok lain tidak memperdulikan nilai budayanya sendiri maupun nilai budaya yang lain. Individu mengalami perasaan ambivalen dan terasing dari nilai budayanya sendiri maupun nilai budaya yang lain.

B. Ngada

Kabupaten Ngada terletak diantara 8- 9‟ lintang selatan dan 120‟45- 12 1‟-50‟ bujur timur. Bagian utara berbatasan dengan laut Flores, bagian selatan berbatasan dengan laut Sawu, bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Nagekeo dan bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Manggarai. Ada dua kelompok budaya yang hidup di kabupaten Ngada. Pembagian ini didasari pada kelompok etnis yaitu etnis Riung dan etnis BajawaNgada kemudian akan disebut Ngada dalam penelitian ini. Kedua kelompok budaya tersebut memiliki beberapa kesamaan dan kemiripan, tetapi dalam beberapa hal nampak berbeda Bolong, 2005. Jenis budaya yang sama antara lain seperti Paraparas yaitu suatu upacara adat pamancangan Ngadu batu bulat atau persegi panjang dan Nambe batu besar berbentuk bulat ceper di tengah kampung disertai pembunuhan hewan kurban berupa kerbau sebagai simbol identitas, kepenuhan, kebesaran dan keselamatan suku. Sedangkan praktek budaya