Karakteristik Sikap Struktur Sikap

stimulus itu sendiri, latar belakang pengalaman idividu, motivasi, dan sebagainya, adalah sikap individu ikut memegang peranan penting dalam menentukan bagaimanakah reaksi seseorang terhadap lingkungan. Pada gilirannya, lingkunganm secara timbal balik akan mempengaruhi perilaku. Interaksi antara situasi lingkungan dengan sikap. Dengan berbagai faktor di dalam maupun di luar diri individu akan membentuk suatu proses kompleks yang akhirnya menentukan bentuk perilaku yang ditampakkan oleh seseorang.

2. Karakteristik Sikap

Sax dalam Saifuddin Azwar,1988:9 menunjukkan beberapa karakteristik sikap yang meliputi arah, intensitas, keluasan, konsistensi, dan spontanitasnya. Suatu sikap mempunyai arah, artinya sikap akan menunjukkan apakah seseorang menyetujui atau tidak menyetujui, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap suatu objek sikap. Sesseorang yang mempunyai sikap mendukung terhadap suatu objek sikap berarti mempunyai sikap yang berarah positif terhadap objek tersebut dan sebaliknya. Karakteristik yang kedua adalah intensitas. Intensitas atau kekuatan sikap pada setiap orang belum tentu sama. Dua orang yang sama-sama mempunyai sikap positif terhadap sesuatu, mungkin tidak sama intensitasnya dalam arti yang satu bersifat positif akan tetapi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang yang lain bersikap lebih positif lagi daripada yang pertama dan sebaliknya. Karakteristik yang ketiga adalah keluasan sikap. Pengertian keluasan sikap menunjuk kepada luas tidaknya cakupan aspek objek sikap yang disetujui atau tidak disetujui oleh seseorang. Seseorang dapat mempunyai sikap favorable mendukung terhadap objek sikap secara menyeluruh, yaitu terhadap semua aspek yang ada pada objek sikap. Karakteristik yang keempat adalah konsistensi sikap. Konsistensi sikap ditunjukkan oleh kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan oleh subyek dengan responnya terhadap obyek sikap. Konsistensi sikap juga ditunjukkan oleh tidak adanya kebimbangan dalam bersikap. Karakteristik yang kelima adalah spontanitasnya, yaitu sejauh mana kesiapan subyek untuk menyatakan sikapnya secara spontan. Suatu sikap dikatakan mempunyai spontanitas yang tinggi apabila sikap dinyatakan tanpa perlu mengadakan pengungkapan atau desakan agar subyek menyatakan sikapnya. Hal ini tampak dengan penanyaan saja atau dengan pengamatan terhadap indikator sikap dimana subyek mempunyai kesempatan untuk menyatakan sikapnya.

3. Struktur Sikap

Dilihat dari strukturnya,sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yaitu komponen kognitif cognitive, komponen afektif affective, dan komponen konatif conative Saifuddin Azwar,1988:17. Komponen kognitif berupa apa yang akan dipercayai oleh subyek pemilik sikap, komponen afektif merupakan komponen perasaan yang menyangkut aspek emosional dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh subyek. Berikut ini penjelasan dari ketiga komponen tersebut di atas. a. Komponen kognitif Sebagaimana telah dikemukakan di atas, komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai obyek sikap. Mengapa orang percaya atau mempunyai kepercayaan? Kepercayaan datang dari apa yang telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui. Berdasarkan apa yang telah kita lihat itu kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu obyek. Karena itulah kita percaya, misalnya bahwa burung dapat bertelur. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dan apa yang tidak diharapkannya dari obyek tertentu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kepercayaan dapat terus berkembang. Pengalaman pribadi, apa yang diceritakan orang lain, dan kebutuhan emosional kita sendiri merupakan determinan utama dalam terbentuknya kepercayaan. Apabila ada suatu stereotipe yang mengatakan bahwa orang Cina mata duitan, maka pengalaman pribadi yang digeneralisir ini lalu membentuk stereotipe. Apabila stereotipe ini sudah berakar sejak lama, maka orang kemudian akan mempunyai sikap yang lebih didasarkan pada predikat yang dilekatkan oleh pola stereotipenya dan bukan didasarkan pada obyek tertentu. Sikap yang didasarkan pola stereotipe semacam ini biasanya sangat sulit untuk menerima perubahan. Tentu saja kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selalu akurat. Kadang-kadang kepercayaan itu terbentuk justru dikarenakan tidak adanya informasi yang tepat mengenai obyek yang dihadapi. b. Komponen afektif Komponen afektif manyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap sesuatu obyek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiiki terhadap sesuatu. Namun, pengertian perasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Reaksi emosional yang merupakan komponen afektif ini banyak ditentukan oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar bagi obyek termaksud. c. Komponen konatif Komponen perilaku atau komponen konatif dalam sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek yang dihadapinya. Asumsi dasar adalah bahwa kepercayaan dan perasaan mempengaruhi perilaku. Maksudnya, bagaimana orang akan berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual. Karena itu, adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang akan dicerminkan dalam bentuk perilaku terhadap obyek.

4. Pembentukan Sikap

Dokumen yang terkait

Analisis Peranan Koperasi Simpan Pinjam Terhadap Pengembangan usaha Mikro dan Kecil di Kota Padangsidimpuan.

30 148 79

Analisis Pengaruh Kredit Perbankan, Lama Usaha Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Omset Pengusaha Kecil Rotan Di Kecamatan Medan Barat Medan

0 16 96

Tinjauan Hukum Terhadap Pemberian Kredit Kepada Pengusaha Kecil Dan Koperasi Di Pertamina UPPDN I Medan

0 17 129

Sintesis Kebijakan Pengembangan Pengusaha Kecil dan Koperasi

0 5 5

Profil Kewirausahaan Pengusaha Kecil Batik, Resiko Usaha dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Pengusaha dalam Mengambil Resiko

1 33 195

ANALISA PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PENGUSAHA Analisa Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Peningkatan Pendapatan Pengusaha Mikro Di Surakarta (Pada Koperasi Simpan Pinjam Lumbung Artha).

0 4 13

ANALISA PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PENGUSAHA Analisa Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Peningkatan Pendapatan Pengusaha Mikro Di Surakarta (Pada Koperasi Simpan Pinjam Lumbung Artha).

0 2 12

ANALISIS PEMBERIAN KREDIT TERHADAP TINGKAT KEUNTUNGAN PENGUSAHA KECIL ANALISIS PEMBERIAN KREDIT TERHADAP TINGKAT KEUNTUNGAN PENGUSAHA KECIL (Survey Pada Nasabah PD. BPR- BKK se-Kabupaten Rembang).

0 1 14

PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL KOPERASI SIMPAN PINJAM Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Peningkatan Pendapatan Pedagang Kecil Koperasi Simpan Pinjam Putri Manunggal Kecamatan Pulokarto di Kabuapten Sukoharjo.

0 11 14

Pengaruh motivasi usaha, jiwa kewirausahaan dan tingkat pendidikan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam : studi kasus pada pengusaha kecil di Koperasi Kredit ``Karsani`` Minggir Sleman Yogyakarta - USD Repository

0 3 193