Soepomo 2001:29 mengemukakan bahwa martabat bahasa adalah tinggi rendahnya derajat bahasa yang dilihat dari kacamata pemakainya, maupun orang
asing. Bahasa diibaratkan sebagai manusia dan harta kekayaan. Manusia mempunyai derajat yang tinggi di mata orang lain, begitupun juga dengan bahasa.
Bahasa akan bermartabat di mata orang lain apabila bahasa tersebut memenuhi kaidah-kaidah kebahasaan yang baik dan baku. Beberapa hal yang mempengaruhi
pemartabatan bahasa, misalnya seperti kemampuan seseorang dalam berbahasa, pemakaian dan kreativitas bahasa, peradaban suatu bangsa untuk berbahasa,
sistem tulis dan pembakuan bahasa, serta jumlah tutur pemakai bahasa tersebut.
2.2.2 Ragam Bahasa
Ragam bahasa dinyatakan dalam beberapa definisi. Chaer 2011:3 menyebutkan bahwa bahasa Indonesia mempunyai banyak ragam bahasa. Ragam
bahasa tersebut terjadi karena ada banyak faktor yang terdapat di dalam masyarakat pemakai bahasa itu. Faktor tersebut bisa berupa usia, pendidikan,
agama, serta latar belakang budaya daerah. Berdasarkan faktor tersebut, bahasa
menjadi beragam variasinya.
Adanya beberapa faktor tersebut maka bahasa Indonesia mempunyai banyak ragam bahasa. Ragam tersebut diantaranya, ragam bahasa bersifat
perorangan, ragam bahasa sekelompok masyarakat dari wilayah tertentu, ragam bahasa masyarakat dari golongan sosial tertentu, ragam bahasa dalam kegiatan
suatu bidang, ragam bahasa dalam situasi formal, ragam bahasa dalam situasi
nonformal, serta ragam bahasa yang digunakan secara lisan Chaer, 2011:3-4.
Menurut Rahardi 2009:13, ragam bahasa mempunyai jumlah yang banyak. Pertimbangan kepentingan dan perhitungan konteks menjadi faktor
penting hadirnya ragam bahasa yang melimpah. Ragam bahasa tersebut dikategorikan menurut tiga komponen, yaitu ragam bahasa berdasarkan waktu,
media, dan pesan komunikasinya.
Kridalaksana dalam Nasucha, dkk: 2009:12 mengatakan bahwa ragam bahasa merupakan variasi bahasa menurut pemakainya yang dibedakan menurut
topik, hubungan pelaku, dan medium pembicaraan. Ragam bahasa diartikan juga sebagai variasi bahasa yang timbul menurut situasi dan fungsi yang
memungkinkan adanya variasi tersebut.
2.2.3 Ragam Bahasa Ilmiah
Widjono 2008:26 mendefinisikan bahwa ragam bahasa ilmiah digunakan dalam kajian ilmu pengetahuan dan teknologi iptek yang terkait dengan
penulisan upaya pencarian, penemuan, atau publikasi dalam bentuk proposal, penemuan teori baru, dan lain-lain. Ragam bahasa ilmiah disebut juga sebagai
sarana verbal yang efektif, efisien, baik dan benar. Ragam ini biasa digunakan untuk mengkomunikasikan proses kegiatan dan hasil penalaran ilmiah yang
berupa proposal kegiatan ilmiah, karya tulis ilmiah, serta laporan penelitian. Ragam bahasa ilmiah mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu struktur kalimat jelas,
struktur wacana bersifat formal, singkat, cermat, objektif, dan konsisten.
Sementara itu, Rahayu 2007:24 menjabarkan ragam bahasa ilmiah merupakan salah satu ragam yang digunakan dalam menulis karya ilmiah, baik
tulis maupun lisan, dalam memaparkan suatu fakta ataupun konsep. Bahasa ilmiah harus mempunyai sifat lugas dan jelas. Bahasa ilmiah menggunakan kalimat yang
baku, dan tidak boleh menggunakan kalimat ambigu dan fragmentaris.
Chaer 2011:3 mengemukakan bahwa ragam ilmiah digunakan untuk melaporkan hasil kegiatan ilmiah yang akan dilakukan dalam suatu penelitian
ilmiah. Laporan hasil penelitian ilmiah dalam buku ini disebut dengan karangan ilmiah. Karangan ilmiah ini banyak sekali macamnya, seperti makalah, skripsi,
tesis, maupun disertasi. Penulisan karya ilmiah disajikan menggunakan bahasa yang ilmiah, dengan ciri-ciri memiliki sifat yang lugas, mematuhi kaidah
gramatika, efektivitas kalimatnya terpenuhi, kalimatnya bebas dari ambiguiti, bebas dari makna kias dan figura bahasa, mematuhi persyaratan penalaran, serta
mematuhi kaidah ejaan yang terdapat dalam EYD.
2.2.4 Kalimat