Jenis kesalahan berbahasa dalam penggunaan imbuhan bahasa indonesia pada tugas akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma lulusan tahun 2013.

(1)

viii ABSTRAK

Subandi, Nikolaus. 2015. Jenis Kesalahan Berbahasa dalam Penggunaan Imbuhan Bahasa Indonesia pada Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Lulusan Tahun 2013. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis kesalahan berbahasa dalam penggunaan imbuhan bahasa Indonesia yang terdapat pada tugas akhir mahasiswa Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta lulusan tahun 2013. Sebelum mendeskripsikan temuan, peneliti melakukan pengumpulan data dengan teknik dokumentasi. Kemudian peneliti menganalisis data yang terkumpul dengan teknik pengodean terbuka.

Melalui penelitian ini dan sesuai dengan rumusan masalah, peneliti menghasilkan temuan sebagai berikut. Jenis kesalahan penggunaan imbuhan bahasa Indonesia meliputi (1) kesalahan penggunaan prefiks, (2) kesalahan penggunaan sufiks, (3) kesalahan penggunaan simulfiks, dan (4) kesalahan penggunaan konfiks. Kesalahan-kesalahan tersebut ditandai oleh penambahan imbuhan, penghilangan imbuhan, salah susun imbuhan, dan salah formasi imbuhan. Prefiks memiliki jumlah kesalahan penggunaan terbanyak dibandingkan jumlah kesalahan penggunaan sufiks, jumlah kesalahan penggunaan konfiks, dan jumlah kesalahan penggunaan simulfiks. Kesalahan penggunaan prefiks meliputi (1) meng- ,(2) di-, (3)ke-, (4)peng-, dan (5)ter-. Kesalahan penggunaan sufiks – an; kesalahan penggunaan simulfiks meliputi (1) di-+-an, (2) di-+-kan, (3) peng-+-kan, (4) meng-+-kan, (5) meng-+-an, dan (6) meng-+-i; dan kesalahan penggunaan konfiks meliputi (1) per-…-an,(2)peng-…-andan (3) ke-…-an.

Adapun saran bagi dosen pengampu mata kuliah bahasa Indonesia agar dapat lebih memperhatikan penggunaan imbuhan bahasa Indonesia mahasiswanya. Dengan memberikan latihan-latihan yang disertakan contoh-contoh kesalahan dalam penggunaan imbuhan bahasa Indonesia untuk menghidari kesalahan-kesalahan yang akan terjadi. Dosen pembimbing penelitian disarankan agar lebih cermat dalam memberikan masukan dan koreksi kepada mahasiswa terutama dalam penggunaan imbuhan bahasa Indonesia pada karya tulis ilmiah mahasiswa. Hal ini sangat bermanfaat karena mahasiswa yang merupakan kaum akademisi yang juga diharapkan dan selalu berkarya di bidangnya dan membagikan karyanya yang salah satunya dalam bentuk tulisan yang akan dibaca oleh banyak orang. Peneliti menyarankan pula bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang imbuhan-imbuhan yang jarang digunakan seperti penggabungan imbuhan prefiks dengan konfiks; prefiks dengan infiks; konfiks dengan infiks; dll. Akan menjadi menarik dan juga semakin berkembanglah teori penggunaan imbuhan bahasa Indonesia, jika ada penelitian tentang hal ini.


(2)

ix ABSTRACT

Subandi, Nikolaus. 2015. Types of Language Errors in the use of Indonesian Affixes in Electrical Engineering Student Final Project Sanata Dharma University in Yogyakarta, Graduated in 2013. Thesis. Yogyakarta: Study Program of Language Education and Indonesian Literature, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This qualitative descriptive study aimed to describe the types of Language Errors in the use of Indonesian Affixes contained in Electrical Engineering Students’ Final Assignment of Sanata Dharma University in Yogyakarta, Graduated in 2013. Before describing the findings, researchers collected data with documentation techniques. Then the researchers analyzed data collected with open coding techniques.

Through this research and in accordance with the formulation of the problem, researchers produced the findings as follows. Indoneisan affixes error types covers (1) misuse prefixs, (2) misuse suffixes, (3) misuse simulfixes, and (4) misuse konfix. The misuses marked by the addition of affixes, removal of affixes, stacking fault of affixes, and miss formation of affixes. Prefix is the highest number of errors compared to the number of errors the use of suffixes, the number of errors the use of konfiks, and the number of errors the use of simulfixes. Misuse of prefixes covers (1) meng- ,(2) di-, (3) ke-, (4) peng-, and (5) ter-. Misuse of suffixes covers -an, misuse of simulfixes covers (1) an, (2) di-+-kan, (3) peng-+-di-+-kan, (4) meng-+-di-+-kan, (5) meng-+-an, and (6) meng-+-i, misuse of konfiks covers (1) per-…-an,(2) peng-…-andan (3) ke-…-an.

As for advice for lecturers Indonesian subjects in order to pay more attention to the use of affixes Indonesian students. By providing exercises that included examples of errors in the use of Indonesian affixes to avoid errors that will occur. Supervisor research suggested that more careful in providing input and corrections to the students, especially in the use of Indonesian affixes the student scientific papers. This is very useful because students who are academics who are also expected and always worked in their field and share their work is one of them in the form of a paper to be read by many people. Besides it is also for researchers suggest further research to also examine the additive that is rarely used or considered unusual in the Indonesian language. The suffix is rarely used as a merger prefix with konfiks; prefix with infix; konfiks with infix; etc. Will become increasingly attractive and also developed the theory of Indonesian affixes use, if any research on this.


(3)

JENIS KESALAHAN BERBAHASA

DALAM PENGGUNAAN IMBUHAN BAHASA INDONESIA

PADA TUGAS AKHIR MAHASISWA PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

LULUSAN TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Nikolaus Subandi

091224029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

i

JENIS KESALAHAN BERBAHASA

DALAM PENGGUNAAN IMBUHAN BAHASA INDONESIA

PADA TUGAS AKHIR MAHASISWA PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

LULUSAN TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Nikolaus Subandi

091224029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati, penelitian ini peneliti atau Si Bungsu atau Dimas Nikolaus Subandi atau Mr. Bpersembahakan kepada:

Tri Tunggal Maha Kudus: Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus Keluarga Besar Almamater Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Si Bungsu kepada Keluarga:

Yth. Bapak Hubertus Yohanes Suparja dan Yth. Ibu Yosepha Calasantia Susanti; Yts. Kangmas Antonius Susanto, Yts. Kangmas Suryana, dan Yts. Mbakayu LidwinaWindaryani;

serta keluarga besar Mbah Kakung Frederikus Yusmin (Alm.) dan Mbah Kakung Petrus Yatimin (Alm.) serta Mbah PutriAlfonsa Alfatekah dan Mbah PutriSupini

Ytc. Kekasihku, Temanku, Sahabatku, Pelabuhan Hatiku, yang akan menemaniku hingga akhir hayat: Martha Sovia Rosalina

Bapak dan/atau Ibu Kos:

Suradji (kos 1), Sulis (kos 2), Kos Wisma Al-Barokah, dan Kos Pelangi

Para Sahabat Karib di Yogyakarta:

Rm. Eduardus Sateng Tanis, Fernando Juliawan, Agustinus Datu Linggi’, Rinaldus Beatus Jo, Andreas Frengki Wijayanto, dan Marthina Omega Sriasa; juga Sr. Maria Fatima Kontesa, Ade Supiyanto, serta rekan-rekan CANA Community, Wisma Al-Barokah dan Kos Pelangi.

Teman-teman dan Sahabat dari Taman Kanak-kanak Hingga SMA: Faisal, teman-teman HVC, teman-teman Tim ‘Comet’, dll.


(8)

v MOTTO

Dari Alkitab

Karena Dia yang melalui umatnya, memberiku petunjuk melalui tugas pertama untuk menjadi ‘Lektor’ saat Misa Hari Raya Natal Keluarga Kudus (Ketapang: Misa Kanak-kanak Tuhan Yesus Kristus)

Matius 5:13-16, Jadilah “Garam Dunia dan Terang Dunia”

Dari Catatan Peneliti

Refleksi penulis dari Sekolah Menengah Pertama,

“Hari Ini Harus Lebih Baik dari pada Hari Kemarin, Hari Esok Harus Lebih Baik dari pada Hari Ini”

Refleksi penulis usai mengikuti bedah buku “Menjadi Guru yang Cerdas dan Humanis” oleh pengarang Ignatia Esti Sumarah dan Eny Winarti pada tanggal 26 Mei 2015,


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 1 September 2015 Penulis


(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Nikolaus Subandi

Nomor Induk Mahasiswa : 091224029

Demi membangun ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjududul:

JENIS KESALAHAN BERBAHASA

DALAM PENGGUNAAN IMBUHAN BAHASA INDONESIA PADA TUGAS AKHIR MAHASISWA PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS SANATA DHARMA LULUSAN TAHUN 2013

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta,

Pada tanggal: 1 September 2015 Yang menyatakan


(11)

viii ABSTRAK

Subandi, Nikolaus. 2015. Jenis Kesalahan Berbahasa dalam Penggunaan Imbuhan Bahasa Indonesia pada Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Lulusan Tahun 2013. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis kesalahan berbahasa dalam penggunaan imbuhan bahasa Indonesia yang terdapat pada tugas akhir mahasiswa Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta lulusan tahun 2013. Sebelum mendeskripsikan temuan, peneliti melakukan pengumpulan data dengan teknik dokumentasi. Kemudian peneliti menganalisis data yang terkumpul dengan teknik pengodean terbuka.

Melalui penelitian ini dan sesuai dengan rumusan masalah, peneliti menghasilkan temuan sebagai berikut. Jenis kesalahan penggunaan imbuhan bahasa Indonesia meliputi (1) kesalahan penggunaan prefiks, (2) kesalahan penggunaan sufiks, (3) kesalahan penggunaan simulfiks, dan (4) kesalahan penggunaan konfiks. Kesalahan-kesalahan tersebut ditandai oleh penambahan imbuhan, penghilangan imbuhan, salah susun imbuhan, dan salah formasi imbuhan. Prefiks memiliki jumlah kesalahan penggunaan terbanyak dibandingkan jumlah kesalahan penggunaan sufiks, jumlah kesalahan penggunaan konfiks, dan jumlah kesalahan penggunaan simulfiks. Kesalahan penggunaan prefiks meliputi (1) meng- ,(2) di-, (3)ke-, (4)peng-, dan (5)ter-. Kesalahan penggunaan sufiks – an; kesalahan penggunaan simulfiks meliputi (1) di-+-an, (2) di-+-kan, (3) peng-+-kan, (4) meng-+-kan, (5) meng-+-an, dan (6) meng-+-i; dan kesalahan penggunaan konfiks meliputi (1) per-…-an,(2)peng-…-andan (3) ke-…-an.

Adapun saran bagi dosen pengampu mata kuliah bahasa Indonesia agar dapat lebih memperhatikan penggunaan imbuhan bahasa Indonesia mahasiswanya. Dengan memberikan latihan-latihan yang disertakan contoh-contoh kesalahan dalam penggunaan imbuhan bahasa Indonesia untuk menghidari kesalahan-kesalahan yang akan terjadi. Dosen pembimbing penelitian disarankan agar lebih cermat dalam memberikan masukan dan koreksi kepada mahasiswa terutama dalam penggunaan imbuhan bahasa Indonesia pada karya tulis ilmiah mahasiswa. Hal ini sangat bermanfaat karena mahasiswa yang merupakan kaum akademisi yang juga diharapkan dan selalu berkarya di bidangnya dan membagikan karyanya yang salah satunya dalam bentuk tulisan yang akan dibaca oleh banyak orang. Peneliti menyarankan pula bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang imbuhan-imbuhan yang jarang digunakan seperti penggabungan imbuhan prefiks dengan konfiks; prefiks dengan infiks; konfiks dengan infiks; dll. Akan menjadi menarik dan juga semakin berkembanglah teori penggunaan imbuhan bahasa Indonesia, jika ada penelitian tentang hal ini.


(12)

ix ABSTRACT

Subandi, Nikolaus. 2015. Types of Language Errors in the use of Indonesian Affixes in Electrical Engineering Student Final Project Sanata Dharma University in Yogyakarta, Graduated in 2013. Thesis. Yogyakarta: Study Program of Language Education and Indonesian Literature, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This qualitative descriptive study aimed to describe the types of Language Errors in the use of Indonesian Affixes contained in Electrical Engineering Students’ Final Assignment of Sanata Dharma University in Yogyakarta, Graduated in 2013. Before describing the findings, researchers collected data with documentation techniques. Then the researchers analyzed data collected with open coding techniques.

Through this research and in accordance with the formulation of the problem, researchers produced the findings as follows. Indoneisan affixes error types covers (1) misuse prefixs, (2) misuse suffixes, (3) misuse simulfixes, and (4) misuse konfix. The misuses marked by the addition of affixes, removal of affixes, stacking fault of affixes, and miss formation of affixes. Prefix is the highest number of errors compared to the number of errors the use of suffixes, the number of errors the use of konfiks, and the number of errors the use of simulfixes. Misuse of prefixes covers (1) meng- ,(2) di-, (3) ke-, (4) peng-, and (5) ter-. Misuse of suffixes covers -an, misuse of simulfixes covers (1) an, (2) di-+-kan, (3) peng-+-di-+-kan, (4) meng-+-di-+-kan, (5) meng-+-an, and (6) meng-+-i, misuse of konfiks covers (1) per-…-an,(2) peng-…-andan (3) ke-…-an.

As for advice for lecturers Indonesian subjects in order to pay more attention to the use of affixes Indonesian students. By providing exercises that included examples of errors in the use of Indonesian affixes to avoid errors that will occur. Supervisor research suggested that more careful in providing input and corrections to the students, especially in the use of Indonesian affixes the student scientific papers. This is very useful because students who are academics who are also expected and always worked in their field and share their work is one of them in the form of a paper to be read by many people. Besides it is also for researchers suggest further research to also examine the additive that is rarely used or considered unusual in the Indonesian language. The suffix is rarely used as a merger prefix with konfiks; prefix with infix; konfiks with infix; etc. Will become increasingly attractive and also developed the theory of Indonesian affixes use, if any research on this.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena telah memberikan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memeroleh gelar sarjana.

Perolehan gelar yang harus dicapai sebagai tanda perjuangan yang luar biasa, salah satu cita-cita, rasa syukur, tanggung jawab, bentuk kasih dari orangtua kepada anaknya. Tidak sedikit tenaga, pikiran, biaya, motivasi, dan lain-lain yang mereka curahkan kepada penulis. Tentu karya ini bukan satu-satunya yang ada demikian, namun pengantar ini hanya sebatas ungkapan yang dapat peneliti sampaikan pada bagian awal dari penulisan skripsi ini.

Penelitian yang peneliti lakukan merupakan seiota dari seluruh ilmu pengetahuan dan cabang ilmu pengetahuan yang dapat disumbangkan melalui penulisan skripsi ini. Berawal dari rasa keingintahuan peneliti serta pemenuhan syarat untuk memeroleh gelar sarjana, peneliti sadar dan semakin terbuka wawasan yang dimiliki. Namun ada hal yang lebih penting dan mendasar bahwa pada hakikatnya, manusia diciptakan Tuhan, Allah, adalah untuk selalu berkarya dalam hidupnya. Dengan penuh perjuangan pula, peneliti akhirnya dapat menyelesaikan tugas pokok saat ini.

Bahasa Indonesia memberikan banyak peluang, kesempatan, dan harapan bagi para pengguna dan pemelajarnya. Hal-hal tersebut menunjukan bahwa sebagai pengguna dan pemelajar harus lebih aktif dan proaktif dalam berbahasa Indonesia. Salah satu bentuk usaha yang berupa seiota inilah hasil persembahan peneliti kepada pengguna dan pemelajar bahasa Indonesia.

Seberapa jauh yang peneliti buat harus ada masukan, pendapat, debat dan diskusi, serta penelitian lain untuk melengkapi dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang ada. Dalam penelitian ini pula, peneliti masih memiliki rasa ingin tahu bahwa seberapa jauh lagi peneliti sanggup untuk menyumbangkan pendapat dan pikiran melalui penelitian selanjutnya yang tentunya masih berkaitan dengan penelitian ini. Peneliti juga ingin berbagi pendapat dengan


(14)

xi

peneliti lain—tidak menutup kemungkinan pengguna dan pemelajar bahasa Indonesia—untuk berdiskusi demi kelanjutan pembahasan dan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

Melalui kata pengantar ini pula peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, sekaligus sebagai dosen pembimbing penelitian dan penyusunan skripsi yang dengan ketulusan hati telah mendidik, mendampingi, membimbing, mendukung, dan memotivasi, memberi perhatian, kritik yang membangun, dan masukan serta mendoakan peneliti selama studi dan penulisan hingga penyelesaian skripsi.

2. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, sekaligus sebagai dosen pembimbing penelitian dan penyusunan skripsi yang dengan ketulusan hati telah mendidik, mendampingi, membimbing, mendukung, dan memotivasi, memberi perhatian, kritik yang membangun, dan masukan serta mendoakan peneliti selama studi dan penulisan hingga penyelesaian skripsi.

3. Bapak Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., sekalu Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, sekaligus sebagai dosen triangulasi data penelitian yang dengan ketulusan hati telah mendidik, mendampingi, membimbing, mendukung, dan memotivasi, memberi perhatian, kritik yang membangun, dan masukan serta mendoakan peneliti selama studi dan penulisan hingga penyelesaian skripsi.

4. Ibu Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku dosen pembimbing penelitian dan penyusunan skripsi yang dengan ketulusan hati telah mendidik, mendampingi, membimbing, mendukung, dan memotivasi, memberi perhatian, kritik yang membangun, dan masukan serta mendoakan peneliti selama studi dan penulisan hingga penyelesaian skripsi.


(15)

xii

5. Para dosen yang dengan ketulusan hati telah mendidik, mendampingi, membimbing, mendukung, dan memotivasi, memberi perhatian, kritik yang membangun, dan masukan serta mendoakan peneliti selama studi di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoensia.

6. Bapak R. Marsidiq, selaku karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, atas bantuan dan pelayanan kepada mahasiswa dalam menyelesaikan berbagai urusan administrasi.

7. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Hubertus Yohanes Suparja dan Ibu Yosepha Calasantia Susanti, yang tiada hentinya mendukung dalam bentuk apa pun serta doa-doa yang dipanjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus; Juga kepada saudari-saudaraku yang selalu mendukung dan mendoakanku;

Kepada kekasihku beserta keluarga, Martha Sovia Rosalina yang dengan setia mendukung, mendoakan peneliti sepenuh hati, dan bersedia menantiku hingga selesai studi.

8. Rekan penelitian payung, Renaldus Beatus Joe, Sr. Maria Felis Contesa, Ade Supianto, Devi Pusawati, yang dengan luar biasa mendukung dan memotivasiku serta kerja sama yang baik dalam penyelesaian penelitian dan skripsi.

9. Teman/sahabat kost Agustinus Datu Linggi’ dan Fernando Juliawan, serta teman gendhengAndreas Frengky Wijayanto dalam memotivasi, mengkritik, mengingatkan, diskusi, dan memberi pendapat, serta canda tawa dan bergila bersama yang membuat bergairah dan kembali bergairah peneliti dalam melakukan penelitian dan penyelesaian skripsi.

10. Teman-teman seangkatan 2009 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, teman-teman seangkatan dari TK, SD, SMP, dan SMA di Ketapang Kalimantan Barat yang walaupun jarang bertemu lagi yang dalam tegur sapa melalui media elektronik selalu mendukung dan memotivasi.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas semua dukungan yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.


(16)

xiii

Sekali lagi penulis/peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih mengalami kesulitan serta tidak lepas dari kekurangan dan/atau kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik; serta diskusi yang lebih mendalam berkaitan dengan tema dan topik skripsi ini, besar harapan dan cita-cita peneliti untuk membahas lebih jauh dan mendalam mengenai tema dan topik penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya serta sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 1 September 2015 Penulis

Nikolaus Subandi


(17)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Batasan Istilah ... 4

1.6 Sistematika Penyajian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Penelitian yang Relevan ... 7


(18)

xv

2.2.1 Jenis-jenis Kesalahan Berbahasa ... 10

2.2.2 Imbuhan ... 13

2.2.2.1 Prefiks ... 15

2.2.2.2 Infiks ... 28

2.2.2.3 Sufiks ... 29

2.2.2.4 Konfiks ... 36

2.2.2.5 Simulfiks ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42

3.1 Jenis Penelitian ... 42

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian ... 43

3.3 Instrumen Penelitian ... 43

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.5 Teknik Analisis Data ... 44

3.6 Triangulasi Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1 Deskripsi Data ... 50

4.2 Hasil Analisis Data dan Pembahasan ... 51

BAB V PENUTUP ... 78

5.1 Kesimpulan ... 78

5.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN ... 83


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini kegiatan menulis merupakan sesuatu yang sering dilakukan oleh banyak orang terutama kaum terpelajar. Tulisan-tulisan yang dihasilkan beragam, dari ragam tidak ilmiah sampai ragam ilmiah. Syair, lirik lagu, pantun, surat pribadi, surat kabar, dan artikel bebas dapat diketegorikan ke tulisan yang tidak ilmiah. Disertasi, tesis, skripsi dan tugas akhir adalah contoh dari hasil kegiatan menulis melalui penelitian yang merupakan ragam ilmiah.

Pada kegiatan menulis, baik ragam ilmiah maupun tidak ilmiah, tidak jarang ditemui terjadinya kesalahan. Kesalahan yang terjadi bentuknya pun beragam. Kesalahan yang dilakukan ini merupakan bagian dari kesalahan berbahasa. Menurut Pateda (1989:50), “kesalahan dalam berbahasa terjadi pada (1) daerah fonologi, (2) daerah morfologi, (3) daerah sintaksis, dan (4) daerah semantis”. Selain hal tersebut, Pateda (1989:50) mengemukakan penyebab terjadinya kesalahan yang terjadi menjadi 6 faktor, yaitu (1) bahasa populer, (2) bahasa ibu, (3) lingkungan, (4) kebiasaan, (5) interlingual, dan (6) interferansi.

Berdasarkan pendapat Pateda mengenai kemungkinan terjadinya kesalahan berbahasa, peneliti menentukan untuk meneliti kesalahan berbahasa yang terjadi di daerah morfologi bahasa dengan fokus penelitian pada kesalahan penggunaan imbuhan bahasa Indonesia. Sebelumnya penelitian tentang penggunaan imbuhan


(20)

bahasa Indonesia juga mendapat perhatian dari ketiga peneliti terdahulu yang peneliti temukan hasil penelitiannya.

Ketiga penelitian tersebut dilakukan oleh Donatus Doweng Kumanireng (2005) meneliti tentang kesalahan berbahasa siswa kelas II SMA Frater Disamakan, Makasar, tahun ajaran 2004/2005 dalam menggunakan kata berimbuhan me-, Enung Marlina (1989) meneliti tentang kata kerja berimbuhan bahasa Sunda dan kata kerja berimbuhan bahasa Indonesia, dan Donata Simu (1985) meneliti tentang kemampuan melekatnya akhiran -kan pada basis kata kerja intransitif dalam bahasa Indonesia.

Peneliti akan meneliti jenis kesalahan berbahasa dalam penggunaan imbuhan bahasa Indonesia dalam penulisan karya ilmiah yang berupa tugas akhir mahasiswa program studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta lulusan tahun 2013. Peneliti akan mendeskripsikan jenis kesalahan berbahasa dalam penggunaan imbuhan bahasa Indonesia yang berupa awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), imbuhan gabung (simulfiks), dan imbuhan terbelah (konfiks).

Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul “Jenis Kesalahan Berbahasa dalam Penggunaan Imbuhan pada Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Lulusan Tahun 2013” dengan 2 dasar pemikiran. Kedua dasar pemikiran tersebut adalah (1) penggunaan imbuhan bahasa Indonesia sangat penting dalam barbahasa Indonesia baik dalam bahasa tertulis maupun lisan; (2) pentingnya penggunaan imbuhan bahasa Indonesia


(21)

dalam penulisan karya ilmiah khususnya bagi mahasiswa Teknik Elektro dalam menyusun tugas akhir.

Peneliti menentukan tugas akhir mahasiswa Teknik Elektro sebagai subjek penelitian karena tugas akhir tersebut dapat dijadikan indikator keterampilan berbahasa mahasiswa teknik elektro. Di samping hal tersebut tugas akhir merupakan wadah bagi para peneliti—mahasiswa Teknik Elektro—untuk menunjukkan ide atau gagasan yang mereka miliki kepada orang lain. Ketersampaian ide atau gagasan yang mereka miliki tergantung ketepatan pemakaian bahasa yang digunakan. Mahasiswa Teknik Elektro fokus studinya adalah ilmu yang berkaitan dengan keelektronikan bukan kebahasaan—bahasa Indonesia. Istilah-istilah dalam bahasa keelektronikan yang terkadang sulit dilekatkan ke imbuhan bahasa Indonesia yang mengakibatkan mereka cenderung salah dalam menuliskannya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah penelitian ini adalah apa saja jenis kesalahan penggunaan imbuhan yang terdapat pada tugas akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta lulusan tahun 2013?


(22)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis kesalahan penggunaan imbuhan yang terdapat di tugas akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta lulusan tahun 2013.

1.4 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, peneliti berharap adanya manfaat bagi para pihak yang memerlukan.

1. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam penyusunan karya ilmiah seperti tugas akhir, terutama dalam penggunaan imbuhan bahasa Indonesia.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan, inspirasi dan wawasan kepada mahasiswa dan dosen pembimbing akan pentingnya imbuhan bahasa Indonesia saat membimbing mahasiswa menyusun karya ilmiah seperti tugas akhir.

3. Bagi pembaca pada umumnya, penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan serta wawasan dalam berbahasa Indonesia terutama dalam menggunakan imbuhan bahasa Indonesia.

1.5 Batasan Istilah

Pada penelitian ini peneliti akan menganalisis tugas akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro lulusan tahun 2013 Universitas Sanata Dharma


(23)

dengan fokus penelitian berupa jenis kesalahan berbahasa dalam penggunaan imbuhan bahasa Indonesia. Adapun istilah-istilah yang menjadi pokok dalam penelitian ini.

a. Jenis kesalahan penggunaan imbuhan bahasa Indonesia pada penelitian ini bermaksud mendeskripsikan sebab kesalahan, penanda kesalahan, dan bentuk kesalahan yang terjadi dalam proses menggunakan—dari penentuan imbuhan pada sebuah dasar hingga akhirnya menuliskannya dalam bentuk kata jadiannya—berdasarkan jenis imbuhan bahasa Indonesia yaitu prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), konfiks (imbuhan terbelah), dan simulfiks (imbuhan gabung). Kesalahan penggunaan imbuhan tersebut akan dideskripsikan dari kesalahan yang terdapat pada tugas akhir-tugas akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta lulusan tahun 2013.

b. Jenis dapat diartikan sebagai kalisifikasi kesalahan penggunaan imbuhan berdasarkan ciri-ciri atau kriteria tertentu.

c. Kesalahan berbahasa adalah tidak tepatnya pengguanaan kaidah-kaidah berbahasa dalam bahasa lisan maupun tertulis. Dalam penelitian ini adalah kesalahan berbahasa dalam tulisan.

d. Imbuhan merupakan bubuhan pada kata dasar yang membentuk kata baru; afiks. Suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru.


(24)

Imbuhan terbagi menjadi empat jenis imbuhan dan dari setiap jenis itu memiliki bentuk, arti dan fungsi masing-masing.

1.6 Sistematika Penyajian

Sistematika pembahasan penelitian ini terdiri atas lima bab. Bab I berisi pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II landasan teori berisi penelitian yang relevan dan kajian teori. Bab III adalah metodologi penelitian berisi jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, triangulasi.

Pada bab IV dipaparkan hasil penelitian data, analisis data, dan pembahasan. Hasil penelitian data ini diperoleh dari data penelitian, yaitu tugas akhir-tugas akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma lulusan tahun 2013. Hasil penelitian yang diperoleh dianalisis. Hasil analisis data tersebut kemudian dibahas untuk memecahkan masalah yang terdapat di bab 1, yaitu di dalam rumusan masalah.

Bab V berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang peneliti buat berdasarkan hasil pembahasan penelitian dan kesimpulan inilah yang menjadi hasil dari penelitian ini. Selain itu, peneliti juga memaparkan beberapa saran yang diperlukan.


(25)

7 BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian yang Relevan

Donatus Doweng Kumanireng (2005) meneliti tentang kesalahan berbahasa siswa kelas II SMA Frater Disamakan, Makasar, tahun ajaran 2004/2005 dalam menggunakan kata berimbuhan me-. Donatus Doweng Kumanireng menemukan ada tiga jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa kelas II SMA Frater Disamakan, Makasar. Ketiga jenis kesalahan itu meliputi (1)kesalahan penggunaan variasi bentuk afiks me-ada 50 kesalahan, (2) kesalahan penggunaan fungsi dan makna afiks me- ada 69 kesalahan, dan (3) pemenggalan kata berimbuhan me-ada 30 kesalahan.

Enung Marlina (1989), tentang kata kerja berimbuhan bahasa Sunda dan kata kerja berimbuhan bahasa Indonesia. Dalam penelitiannya Enung Marlina membandingkan kata kerja berimbuhan pada bahasa Sunda dengan kata kerja berimbuhan bahasa Indonesia. Enung Marlina menemukan adanya kemiripan kata kerja berimbuhan bahasa Sunda dengan kata kerja berimbuhan bahasa Indonesia yang menghasilkan ramalan kesukaran atau ramalan kesalahan bagi siswa Sunda dalam belajar Bahasa Indonesia. Kesukaran yang terjadi karena siswa Sunda cenderung untuk membentuk kata kerja berimbuhan bahasa Indonesia dengan memakai afiks pembentuk kata kerja bahasa Sunda.

Donata Simu (1985), meneliti tentang kemampuan melekatnya akhiran -kanpada basis kata kerja intransitif dalam bahasa Indonesia. Dalam penelitiannya,


(26)

Donata Simu menemukan keanehan atau kejanggalan dalam proses pelekatan akhiran -kan dengan kata kerja intransitif yang terjadi pada, (1) terjadinya peristiwa yang penyebabnya ada di luar kehendak atau kontrol subjek. (2) terjadinya peristiwa pada diri subjek, ditujukan pada sekelilingnya baik pada benda atau orang tertentu maupun umum, disebabkan oleh hal atau keadaan tertentu, (3) terjadinya peristiwa karena dikehendaki subjek dan tidak dapat diwakilkan pada orang lain. Dalam penelitiannya, Donata Simu juga menemukan kata kerja-kata kerja intransitif yang dapat dilekati akhiran -kan yang dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan arti yang timbul dalam konteksnya: (1) kelompok data yang objeknya dikenai tidakan atau kegiatan yang tertera di dalamnya, (2) kelompok data yang objeknya tertera dalam keadaan tertentu (statif), (3) kelompok data yang objeknya aktif melakukan tindakan atau kegiatan yang tertera di dalamnya.

Donata Simu menyimpulkan bahwa pelekatan akhiran -kanpada kata kerja intransitif yang membutuhkan objek merupakan kebiasaan para pengguna asli bahasa Indonesia. Kebiasaan ini sudah menjadi kaidah sehingga jika pelekatan itu tidak diikuti akan dianggap salah atau janggal.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Donatus Doweng Kumanireng (2005), Enung Marlina (1989), dan Donata Simu (1985), menujukkan penggunaan imbuhan bahasa Indonesia dari tahun yang berbeda terdapat adanya kesalahan. Kesalahan terjadi karena pengguna memiliki konvensi berbahasa tersendiri yang dianggap tidak sesuai dengan perkembangan teori yang ada, seperti yang dilakukan oleh Donata Simu; Berasal dari pengguna bahasa yang memiliki bahasa


(27)

yang lebih dari satu (dwibahasawan), seperti penelitian yang dilakukan oleh Enung Marlina; dan tidak pahamnya pengguna bahasa akan aturan berbahasanya sehingga terjadi kesalahan berbahasa seperti penelitian yang dilakukan oleh Donatus Doweng Kumanireng.

Dari ketiga penelitian tersebut, peneliti melihat bahwa setiap pengguna memiliki latar belakang dan/atau pengalaman berbahasa yang berbeda-beda. Dari ketiga penelitian terdahulu yang diperoleh peneliti, hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan berbahasa yang dilakukan pengguna bahasa ternyata tidak lepas dari kesalahan berbahasa karena tidak sesuai dengan kaidah berbahasa Indonesia.

Demikianlah ketiga penelitian terdahulu yang peneliti jadikan landasan dalam penelitian ini. Ketiga penelitian ini juga mendukung dan berkaitan penelitian ini karena topik utama yang dibahas berkaitan dengan kesalahan berbahasa dengan fokus penelitian imbuhan bahasa Indonesia. Dari kesamaan topik dan fokus penelitian tersebut ada aspek yang belum dibahas dan menjadi perbedaan antara penelitian terdahulu dan penelitian ini yaitu kesalahan berbahasa dalam menggunakan imbuhan bahasa Indonesia yang meliputi prefiks, infiks, akhiran, dan gabungan imbuhan serta imbuhan terbelah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis dan penyebab kesalahan berbahasa khususnya penggunaan imbuhan bahasa Indonesia pada subjek penelitian yaitu tugas akhir mahasiswa teknik elektro Universitas Sanata Dharma lulusan tahun 2013.


(28)

2.2 Kajian Teori

Pada subbab ini, peneliti memaparkan teori-teori yang membahas variabel-variabel yang berkaitan dengan judul penelitian ini. Dari judul “Jenis-jenis Kesalahan Berbahasa dalam Penggunaan Imbuhan pada Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Lulusan Tahun 2013”, peneliti akan memaparkan variabel jenis-jenis kesalahan berbahasa, variabel imbuhan serta jenis-jenisnya sebagai berikut.

2.2.1 Jenis-jenis Kesalahan Berbahasa

Pada bagian ini peneliti akan memaparkan teori-teori yang berkaitan dengan jenis-jenis kesalahan berbahasa. Hal tersebut meliputi pengertian dan jenis-jenis kesalahan berbahasa itu sendiri.

Berkaitan dengan kesalahan berbahasa, Setyawati (2010:13-14) berpendapat bahwa kesalahan memiliki nuansa kata dengan penyimpangan, pelanggaran, dan kekhilafan. Setyawati (2010:13) menyatakan bahwa kata ‘salah’ dapat diantonimkan dengan kata ‘betul’, sehingga ‘salah’ dapat diartikan tidak betul atau tidak menurut norma, tidak menurut aturan yang ditentukan. Setyawati (2010:13) melanjutkan bahwa penyimpangan adalah menyimpang dari norma yang telah ditetapkan. Pemakai bahasa tahu norma yang benar, namun menyimpang karena alasan tertentu sehingga tidak menggunakan norma yang ada.

Pelanggaran dalam hal berbahasa, Setyawati (2010:14) menyatakan bahwa pengguna bahasa tahu akan adanya norma namun dengan penuh kesadaran tidak mengikuti norma yang ada. Selanjutnya Setyawati (2010:14) menyatakan


(29)

kehilafan dalam hal berbahasa bahwa terjadinya proses psikologis pengguna bahasa yang mengakibatkan kekhilafan menerapkan teori atau norma bahasa yang ada pada dirinya. Akibatnya adalah kekhilafan tersebut memunculkan sikap keliru.

Setyawati (2010:15) menyimpulkan “kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia.” Selain Setyawati, Ekowardono (1989:1) berpendapat, “sebab mendasar (fundamental) terjadinya kesalahan berbahasa ialah kurangnya penguasaan bahasa pada pemakai bahasa. Penguasaan yang kurang itu dapat terjadi dalam aspek fonologis, morfologis, sintaktis, leksikal (semantis) atau pun dalam aspek situasi sosiolinguistis dan psikolingusistis yang mendukung penggunaan aspek-aspek itu”.

Ekowardono (1989:1) melajutkan gagasannya sebagai berikut. Bagi pemakai bahasa yang monolingual keadaan itu kerap terjadi pada masa awal usaha penguasaan bahasa ibunya, yakni pada masa kanak-kanak. Dalam masa perkembangannya secara berangsur-angsur kekurangan penguasaan aspek-aspek itu teratasi berkat bimbingan alamiah dari lingkungan bahasanya. Bagi pemakai bahasa dwilingual atau multilingual kurangnya penguasaan bahasa kedua menimbulkan gejala yang disebut interferansi, yakni gejala tercampurkannya fenomena bahasa pertama di dalam pemakaian bahasa kedua.

Pendapat-pendapat tersebut didukung oleh pendapat Pateda (1989:50) bahwa kesalahan dalam berbahasa terjadi pada (1) daerah fonologi, (2) daerah morfologi, (3) daerah sintaksis, dan (4) daerah semantis. Kemudian Pateda


(30)

(1989:50) mengemukakan penyebab terjadinya kesalahan yang terjadi menjadi enam faktor, yaitu (1) bahasa populer, (2) bahasa ibu, (3) lingkungan, (4) kebiasaan, (5) interlingual, dan (6) interferansi.

Seturut dari penyebab terjadinya kesalahan berbahasa dan seturut pendapat Pateda, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan berbahasa di daerah morfologi, yaitu kesalahan berbahasa dalam penggunaan imbuhan/afiks. Menurut Tarigan (1988:198), “kesalahan morfologi adalah kesalahan memakai bahasa disebabkan salah memilih afiks, salah menggunakan kata ulang, salah menyusun kata majemuk, dan salah memilih bentuk kata”.

Tarigan (1988) melanjutkan bahwa salah satu cara untuk meneliti terjadinya kesalahan berbahasa adalah menggunakan perspektif taksonomi siasat permukaan. Tarigan (1988:148) berpendapat bahwa taksonomi siasat permukaan adalah suatu cara untuk menyoroti bagaimana cara-caranya struktur-struktur permukaan berubah. Tarigan (1988:149) menambahkan bahwa secara garis besar kesalahan-kesalahan yang terkandung dalam taksonomi siasat permukaan adalah penghilangan, penambahan, salah formasi, dan salah susun.

Tarigan (1988:149) berpendapat bahwa kesalahan-kesalahan yang bersifat penghilangan yang dimaksud taksonomi siasat permukaan adalah ketidakhadiran suatu butir yang seharusnya ada dalam ucapan/tulisan yang baik dan benar. Selanjutnya kesalahan bersifat penambahan. Menurut Tarigan (1988:151), “kesalahan penambahan ini ditandai oleh hadirnya suatu butir atau unsur yang seharusnya tidak muncul dalam ucapan yang baik dan benar”.


(31)

Kemudian kesalahan yang berupa salah formasi, menurut Tarigan (1988:154), “kesalahan yang berupa misformaton atau salah-formasi ini ditandai oleh pemakaian bentuk morfem atau struktur yang salah”. Kesalahan yang keempat adalah salah susun; Tarigan (1988:157) menyatakan bahwa kesalahan tersebut ditandai oleh penempatan yang tidak benar bagi suatu morfem atau kelompok morfem dalam suatu ucapan atau tuturan—dalam penelitian ini berupa tulisan.

2.2.2 Imbuhan

Di dalam morfologi bahasa, Arifin dan Junaiyah (2009) berpendapat bahwa terdapat suatu proses yang disebut proses morfologis. Di dalam proses morfologis terdapat suatu proses yang disebut afiksasi atau pengimbuhan. Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:10), “afiksasi adalah proses morfologis yang mengubah sebuah leksem menjadi kata setelah mendapat afiks”. Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:2-3), afiks atau imbuhan adalah morfem terikat yang tidak dan/atau memiliki alomorf .

Ramlan (2009:55) memberikan penjelasan bahwa imbuhan (afiks) ialah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. Chaer (2011:197) berpendapat, “dalam penggunaan imbuhan acapkali sebuah kata dasar atau bentuk dasar perlu diberi imbuhan dahulu untuk dapat digunakan di dalam pertuturan”. Chaer (2011:197) melanjutkan bahwa imbuhan dapat mengubah makna, jenis, dan


(32)

fungsi sebuah kata dasar atau bentuk dasar menjadi kata lain, yang fungsinya berbeda dengan kata dasar atau bentuk dasarnya. Chaer (2011:197) menambahkan bahwa imbuhan mana yang harus digunakan tergantung pada keperluan penggunaannya di dalam pertuturan. Untuk keperluan pertuturan itu malah sering pula sebuah kata dasar atau bentuk dasar yang sudah diberi imbuhan dibubuhi pula dengan imbuhan lain.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paparan teori Arifin dan Junaiyah mengenai imbuhan yang digunakan sebagai acuan dalam analisis data penelitian. Arifin dan Junaiyah (2009:5) berpendapat, “afiks atau imbuhan di dalam bahasa Indonesia mempunyai peran yang sangat penting sebab kehadiran imbuhan pada sebuah dasar (kata) dapat mengubah bentuk, fungsi, kategori, dan makna dasar atau kata yang dilekatinya itu.” Peneliti mencontohkan sebuah dasar yang dibubuhi konfiks peng-…-ansebagai berikut.

a. Bentuk hijau (kata dasar) penghijauan (kata jadian) b. Kategori hijau (kata sifat)

penghijauan (nomina) c. Fungsi hijau (keterangan)

penghijauan (bisa subjek) d. Makna hijau

penghijauan (proses, perbuatan, atau cara menghijaukan) Dari contoh tersebut sangat jelas bahwa imbuhan memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan berbahasa. Kata ‘hijau’ dapat merupakan kata dasar yang berkategori kata sifat, selain itu kata ‘hijau’ memiliki fungsi sebagai keterangan. Ketika kata ‘hijau’ dibubuhi konfiks peng-…-an akan menjadi kata ‘penghijauan’, yang terjadi adalah kata ‘penghijauan’ merupakan kata jadian, kata


(33)

tersebut berkategori nominayang memiliki fungsi tertentu dalam kalimat bisa saja sebagai subjek, dan makna yang muncul adalah proses, perbuatan, atau cara menghijaukan.

“Bahasa Indonesia memiliki empat jenis imbuhan, yaitu prefiks (prefiks), infiks (infiks), akhiran (sufiks), dan imbuhan terbelah (konfiks)” (Arifin dan Junaiyah, 2009:4). Keempat jenis imbuhan tersebut dijabarkan sebagai berikut.

2.2.2.1 Prefiks

“Prefiks (prefiks) adalah imbuhan yang dilekatkan di depan dasar (mungkin kata dasar, mungkin pula kata jadian). Bahasa Indonesia memiliki 8 prefiks (prefiks), yaitu ber- dan per-, meng- dan di-, ter-, ke, dan se-”(Arifin dan Junaiyah, 2009:6). Kedelapan prefiks tersebut dijabarkan dan dijelaskan oleh Arifin dan Junaiyah (2009:22-57) dan diringkas oleh peneliti sebagai berikut.

a. Prefiks

ber-“Prefiks atau prefiks ber- memiliki variasi bentuk ber-, be-, bel- (dan mer-yang sudah merupakan bentuk arkais)” (Arifin dan Junaiyah, 2009:22). Adapun contohnya sebagai berikut.

1) ber- + suku awal mengandung -er- be-, seperti bekerja, beternak; dan dasar yang berfonem awal /r/ seperti berawadan berencana. 2) ber- + {ajar} belajar

{unjur} belunjur


(34)

“Prefiks ber- berfungsi sebagai pembentuk kata kerja. Kalimat yang predikatnya berupa kata kerja berprefiks ber- tidak memiliki objek, tetapi dapat memiliki pelengkap atau keterangan” (Arifin dan Junaiyah, 2009:23).

Kata kerja berprefiksber- memiliki makna seperti berikut: 1) ‘memiliki’ atau ‘mempunyai’, seperti

Kakak membeli televisi berwarna. ‘kakak membeli televisi yang memiliki warna’; televisi yang ada warna’

Adik latihan menulis di buku bergaris.‘adik latihan menulis di buku yang ada garisnya’; ‘ buku yang ada garis’

2) ‘menyatakan’ atau ‘mengakui’, seperti

Saya berkakak kepadanya. ‘saya menyatakan kakak kepadanya’; ‘saya menyapanya kakak’

Andre bersaudara dengan Tina. ‘Andre menyatakan saudara dengan Tina’; ‘Andre menyapa Tina saudara/i’

3) ‘menghasilkan’ atau ‘mengeluarkan’, seperti

Pohon itu berbuah mangga. ‘pohon itu menghasilkan mangga’

gunung berapi(arkais: gunung merapi) ‘gunung yang mengeluarkan api’ 4) ‘biasa melakukan’, ‘bertindak sebagai’, ‘bekerja sebagai’, seperti

Paman bertani. ‘paman melakukan pekerjaan tani’

Kakekku bertukang di rumah tetangga. ‘kakek bekerja sebagai tukang di rumah tetangga’

5) ‘melakukan pekerjaan mengenai diri sendiri (resiprokal)’, seperti Ia sedang bercukur.‘ia sedang mencukur dirinya sendiri’

Agus sedang bersikat gigi. ‘Agus sedang menyikat giginya sendiri’ 6) ‘mendapat’, ‘dapat di-…’, atau ‘dikenai’, seperti

Kalimat itu berterima. ‘kalimat yang dapat diterima’


(35)

7) ‘memakai’ atau ‘mengenakan’, ‘menggunakan’; ‘mengendarai’ atau ‘naik’, seperti

Didi bersepeda ke rumahku. ‘Didi mengendarai sepeda ke rumahku’ Dono berjam tangan Rolex. ‘Dono mengenakan jam tangan Rolex’

8) ‘menjadi kelompok’, seperti

Agar dapat menang kalian harus bersatu. ‘Agar dapat menang kalian harus menjadi satu (bekerja sama dalam satu kelompok)’

Mereka bertujuh adalah anggota Cherrybelle. ‘mereka tujuh orang yang menjadi satu kelompok adalah anggota Cherrybelle’

b. Prefiks

meng-Arifin dan Junaiyah (2009:29-34) memilih prefiks meng- sebagai salah satu prefiks dalam bahasa Indonesia dan tidak memilih me- atau meN-. Menurut Arifin dan Junaiyah variasi bentuk meng- (dibandingkan variasi bentuk lain, yaitu: mem-, men-, meny-, me-, dan menge-) lebih banyak memberikan distribusi ketika dilekatkan ke bentuk dasar.

Prefiks meng- mengalami proses morfologis yang menentukan penggunaan variasi bentuk meng-. Penggunaan variasi bentuk tersebut berdasarkan kepada fonem awal bentuk dasar yang akan dilekatinya. Proses morfologis dapat digambarkan sebagai berikut.

meng- menjadi: meng- + {vokal, g, k, h, kh, x} mem- + {b, f, p, v}

men- + {t, d, sy, z} meny- + {s,c, j}

me- + {l, r, y, w, nasal} menge- + kata ekasuku


(36)

Prefiks meng- berfungsi sebagai pembentuk kata kerja aktif (transitif dan taktransitif). Makna yang timbul dari prefiks meng- adalah sebagai berikut.

1) ‘melakukan’, ‘mengerjakan’, seperti

Anak itu rajin membaca buku. ‘anak itu rajin melakukan baca buku’

Penjahit itu sedang memotong kain. ‘penjahit itu sedang melakukan potong kain’

2) ‘menjadi’, seperti

Otot lengannya membesar. ‘otot lengannya menjadi besar’ Jangan berpikir mendua. ‘jangan berpikir menjadi dua cabang’ 3) ‘melakukan peringatan’, seperti

Misa meniga hari kakek. ‘misa memperingati tiga hari kakek meninggal’ Kenduri menujuh bulan. ‘kenduri memperingati tujuh bulan kehamilan’ 4) ‘menggunakan’ atau ‘memakai’, seperti

menggunting baju‘memotong baju menggunakan gunting’

mengapak pohon ‘memotong/menebang pohon menggunakan kapak’ 5) ‘membuat’ atau ‘menghasilkan’, seperti

menggambar pemandangan‘membuat gambar pemandangan’ orang itu sering membual ‘orang itu sering membuat bualan’ 6) ‘mengeluarkan (suara)’, seperti

kambing mengembik ‘kambing mengeluarkan suara (bunyi) embik’ harimau mengaum ‘harimau mengeluarkan suara (bunyi) aum’ 7) ‘memberi’ atau ‘melengkapi dengan’, seperti

mengecat mobil‘melengkapi mobil dengan cat’

memagari rumah‘memberi atau melengkapi rumah dengan pagar’ 8) ‘menuju’, seperti

Air Asia mengudara 10.000 kaki. ‘Air Asia menuju udara yang tingginya 10.000 kaki’


(37)

George Lorenso menepi karena motornya bermasalah. ‘George Lorenso menuju tepi lintasan balapan karena motornya bermasalah’

Awu melaut dengan selamat sampai Surabaya. ‘Awu menuju laut dengan selamat sampai Surabaya’

9) ‘mencari’, seperti

Ia mendamar ke hutan. ‘ia mencari damat ke hutan’ Darmana pergi merotan. ‘Darmana pergi mencari rotan’

10) Dalam ragam lisan terdapat beberapa kata yang sering diucapkan dengan salah, seperti berikut.

(a) meng- + traktir “menraktir” (b) meng- + transfer “menransfer” (c) meng- + kritik “mengritik” (d) meng- + praktik(kan) “memraktikkan”

Keempat kata tersebut dalam ragam lisan diucapkan salah, seharusnya adalah sebagai berikut.

(a) meng- + traktir mentraktir (b) meng- + transfer mentransfer (c) meng- + kritik mengkritik (d) meng- + praktik(kan) mempraktikkan

Jika prefiks meng- dilekatkan pada dasar yang dimulai dengan gugus konsonan, seperti dr, gr, kl, pr, str, tr, gugus tersebut tidak luluh.

c. Prefiks

di-Prefiks di- memiliki bentuk yang tetap atau tidak berubah (Arifin dan Junaiyah, 2009:39). Arifin dan Junaiyah (2009:40) menyatakan bahwa prefiks di-berfungsi sebagai pembentuk kata kerja pasif; prefiksdi- berkaitan dengan prefiks meng-, seperti dibawa >< membawa, diukur >< mengukur, dipuji >< memuji.


(38)

Prefiksdi- memiliki makna sebagai berikut:

1) ‘dikenai laku’ atau ‘dikenai tindakan’, seperti

Ia dihukum karena korupsi. ‘ia dikenai hukuman/tindakan hukum karena korupsi’

Ayam itu dipotong menjadi beberapa bagian. ‘Ayam itu dikenai tindakan potong menjadi beberapa bagian’

2) ‘dikenai dengan’, seperti

Pohon itu diparang. ‘pohon itu dipotong /dikenai dengan parang’ Kain itu disiletnya. ‘kain itu dipotong nya dengan silet’

3) ‘dibuat atau ‘dijadikan’, seperti

Nangka itu digulai. ‘nangka itu itu dibuat/dijadikan gulai’

Daging sapi itu direndang. ‘daging sapi itu dibuat/dijadikan rendang’ 4) ‘diberi’ atau ‘dilengkapi dengan’, seperti

Dinding kamarnya dicat biru langit. ‘dinding kamarnya diberi cat biru langit’ Cristiano Ronaldo disanksi tiga kali tidak bertanding. ‘Christiano Ronaldo diberi sanksi tiga kali tidak bertanding’

d. Prefiks

ke-“Prefiks ke- tidak mengalami perubahan bentuk ketika dilekatkan pada dasar, seperti kepada dan ketua” (Arifin dan Junaiyah, 2009:40). Bahasa Indonesia memiliki dua buah prefiks ke-, yaitu prefiks ke- yang berfungsi sebagai pembentuk kata kerja (prefiks verbal dan bertalian dengan prefiks ter-) dan prefikske- yang berfungsi sebagai pembentuk kata benda (Arifin dan Junaiyah, 2009:41).


(39)

Prefikske- memiliki makna sebagai berikut.

1) Prefikske- sebagai pembentuk kata kerja memiliki makna seperti berikut: (a) (dalam ragam cakapan), prefikske- semakna dengan prefikster-, yang berarti

‘telah mengalami’, ‘menderita keadaan’, atau ‘menderita kejadian’, seperti

Yang dicari sudah ketemu. ‘yang dicari sudah tertemu’ Ita ketawa terbahak-bahak. ‘ia tertawa terbahak-bahak’ Bajumu kebawa saya.Bajumu terbawa saya’

Dia mati kelindas truk. ‘dia mati terlindas truk’ (b) ‘di urutan’ atau “pada urutan’, seperti

Ia menjadi juara ketiga. ‘ia menjadi juara di/pada urutan tiga’

Rusman menikahi anak ketiga Pak Bagong. ‘Rusman menikahi anak di/pada urutan tiga Pak Bagong’

2) Prefikske- pembentuk kata benda yang memiliki makna sebagai berikut: (a) ‘yang memiliki sifat atau ciri’, seperti

ketua ‘yang memiliki sifat/ciri tua’ kekasih ‘yang memiliki sifat kasih’ kehendak ‘yang berciri hendak’ ketahu ‘yang memiliki ciri tahu’

(b) ‘kelompok kesatuan atau kelompok bilangan yang dianggap satu’ atau ‘kumpulan’, seperti

Ketiga orang itu bekerja sama dengan baik.‘kumpulan tiga orang itu bekerja sama dengan baik’

Kedua produk itu kami beri diskon 25%. ‘kumpulan dua produk itu kami beri diskon 25%’

Bahasa Indonesia memiliki kata hendak dan tahu, disamping kata kehendak dan ketahu. Hal itu juga sejalan ketika pengguna bahasa menggunakan ragam cakap, seperti kemiri (miri), kemenyan (menyan), ketimun (timun), kecambah (cambah), dan ketumbar (tumbar). Nama-nama


(40)

itu, sering diucapkan tanpa prefikske-, tetapi maknanya tidak berubah (Arifin dan Junaiyah, 2009:42).

e. Prefiks

per-Arifin dan Junaiyah (2009:42) berpendapat bahwa prefiks per- mengalami perubahan bentuk ketika dilekatkan pada dasar karena bentuk dan maknanya berkaitan dengan imbuhan ber-. Perubahan bentuk prefiks per- seperti imbuhan ber-.

1) per- pe- jika berarti ‘yang ber-…’, seperti pedagang, perenang,peserta.

2) per- + {ajar}pelajar + {unjur} pelunjur

3) per- + per-, seperti perpanjangdan personal

“Bahasa Indonesia memiliki dua buah prefiks per-, yaitu prefiks per- pembentuk kata kerja (perfiks verbal) dan per- (pe-, pel-) sebagai pembentuk kata benda (prefiks nominal)” (Arifin dan Junaiyah, 2009:43).

Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:43), prefiksper- memiliki makna sebagai berikut.

1) Prefiksper- yang membentuk kata kerja

(a) ‘(men)jadikan lebih’ (biasanya prefiksper- dilekatkan pada dasar yang berupa kata sifat), seperti

Perindah rumahmu. ‘jadikan lebih indah rumahmu’ Perbesar gambar itu. ‘jadikan lebih besar gambar itu’ Persingkat waktunya. ‘jadikan lebih singkat waktunya’


(41)

(b) ‘membagi menjadi’, seperti Perdua roti itu. ‘bagi dua roti itu’

Seperdua gajinya utuh. ‘satu bagian dari du bagian gajinya utuh’

2) Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:45), prefiks per- (pe-, pel-) yang membentuk kata benda adalah sebagai berikut.

(a) ‘yang memiliki’ atau ‘yang ber-…’, seperti

meja persegi‘meja yang memiliki segi’; ‘meja yang bersegi’ anak pemalu ‘anak yang memiliki rasa malu’

(b) ‘yang menghasilkan’ atau ‘yang mengeluarkan’, seperti kambing pesusu‘kambing yang menghasilkan susu’ sapi peanak ‘sapi yang menghasilkan anak’

ayam pedaging ‘ayam yang menghasilkan daging’

(c) ‘yang biasa melakukan’ (sebagai profesi, kebiasaan, kegemaran) atau ‘yang ber-…’, seperti

pertapa‘(orang) yang bertapa’

peladang‘(orang) bekerja di ladang’; ‘(orang) yang berladang’ (d) ‘yang melakukan pekerjaan mengenai diri sendiri’, seperti

peuji ‘yang beruji’

lelaki pedandan ‘lelaki yang (suka) berdandan’ (e) ‘yang dikenai laku’ atau ‘yang ber-…’, seperti

pesuruh‘yang bersuruh’; ‘yang disuruh’ petatar ‘yang bertatar’; ‘yang ditatar’ f. Prefiks

peng-“Prefiks peng- mengalami perubahan bentuk. Karena bentuk dan maknanya berkaitan dengan bentuk dan makna prefiks meng-, perubahan bentuk prefiks peng- pun sejalan dengan perubahan prefiks meng-” (Arifin dan Junaiyah,


(42)

2009:47-48). Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:48), prefiks peng- berfungsi untuk membentuk kata benda; dan bertalian bentuk dan maknanya dengan prefiks meng-. Artinya, artinya setiap kata benda yang berprefiks peng- bertalian bentuk dan maknanya dengan kata kerja berprefiksmeng-.

Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:48-49), prefiks peng- memiliki makna sebagai berikut.

1) ‘yang melakukan’, seperti

Atlet pelempar lembing. ‘atlet yang melakukan lembar lembing’

Jonny adalah penghias ruangan yang dapat diandalkan. ‘Jonny adalah orang yang menghias (melakukan hias) ruangan yang dapat diandalkan’

2) ‘yang menjadi’ atau ‘yang menjadikan’, seperti

Ia memang amat peragu. ‘ia memang (orang) yang amat menjadi ragu’

Sabun mandi adalah cairan pembersih tubuh. ‘sabun mandi adalah cairan yang menjadikan bersih tubuh.

penghapus pensil. ‘yang menjadikan pensil hilang (di atas kertas) atau terhapus di atas kertas’

pemberat ‘yang menjadikan berat’

3) ‘yang menggunakan’ atau ‘yang memakai’, seperti penyabit‘yang menggunakan sabit (untuk menyabit)’

penggergaji‘yang menggunakan gergaji (untuk menggergaji)’ 4) ‘yang menghasilkan’ atau ‘yang membuat’, seperti

penenun kain songket ‘yang membuat kain songket’ penyambal teri‘yang membuat sambal teri’

5) ‘yang mengeluarkan (suara)’, seperti

pengembik‘yang mengeluarkan suara embik’ pengaum‘yang mengeluarkan suara aum(an)’

6) ‘yang memberi’ atau ‘yang melengkapi dengan’, seperti pengecat gedung‘yang melengkapi gedung dengan cat’


(43)

dollar Amerika menjadi pematok harga barang elektronik ‘dollar Amerika menjadi (nilai) yang member patok(an) harga barang elektronik’

7) ‘yang menuju’, seperti

pendarat ‘yang menuju darat’; ‘yang mendarat’ penyelam ‘yang menuju air untuk menyelam’ 8) ‘yang mencari’ atau ‘yang mengumpulkan’, seperti

perotan‘yang mencari/mengumpulkan rotan’ pendata ‘yang mengumpulkan data’

g. Prefiks

se-Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:52), bahasa Indonesia mempunyai dua jenis se- sebagai prefiks, yaitu se- yang merupakan bentuk klitik (dari kata esa) dan se- yang membentuk adverbia (keterangan/tambahan). Keduanya tidak mengalami perubahan bentuk ketika dilekatkan dengan kata yang lain.

Prefiksse- berfungsi untuk membentuk klitik dan membentuk adverbia (Arifin dan Junaiyah, 2009:52). Fungsi prefiks se- dapat dijelaskan dengan contoh: seirama (satu irama), sesekolah (satu sekolah), sekamar (satu kamar) yang merupakan prefiks se- yang merupakan klitik. Prefiks se- yang merupakan adverbia dapat dicontohkan dengan seenaknya, selambatnya, segirangnya, dan semampunya.

Makna yang timbul dari prefiks se- antara lain sebagai berikut (Arifin dan Junaiyah, 2009:53).

1) Se- yang berupa bentuk klitik (a) ‘satu’, seperti


(44)

sedesa‘satu desa’ sekota‘satu kota’ seiman‘satu iman’

(b) ‘seluruh’, seperti

se-Indonesia‘seluruh Indonesia’ seisi kamar‘seluruh isi kamar’

(c) ‘sama’ atau ‘sampai’, seperti sepandai ‘sama pandai’

dalamnya selutut ‘dalamnya sampai lutut (misal masuk kolam)’ tingginya sepinggang ‘tingginya sampai pinggang’

2) Prefiksse- sebagai pembentuk adverbia (prefiks adverbial) (a) ‘dengan’, seperti

seizinku‘dengan izinku’

serestu orang tuanya‘degan restu orang tuanya’ (b) ‘seturut’ atau ‘menurut’, seperti

setahuku‘menurut yang aku tahu’ seingatku‘menurut yang aku ingat’ seenaknya ‘dengan enaknya’ (c) ‘setelah’, seperti

setibanya‘setelah tibanya’ sedatangnya‘setelah datangnya’

h. Prefiks

ter-Arifin dan Junaiyah (2009:54) menyatakan bahwa imbuhan ter- dibagi menjadi dua. Kedua prefiks tersebut adalah prefiks ter- yang membentuk kata kerja (prefiks verbal yang bertalian dengan prefiks ber-); dan prefiks ter- yang


(45)

membentuk kata sifat (prefiks adjektival). Makna kedua prefiks ter- dijabarkan sebagai berikut.

1) Prefiks ter- sebagai pembentuk kata kerja memiliki makna sebagai berikut (Arifin dan Junaiyah, 2009:54).

(a) ‘telah dilakukan’ atau ‘dalam keadaan’, seperti

Kami datang ketika pintu sudah terbuka. ‘kami datang ketika pintu sudah/dalam keadaan terbuka’

Ahli kamera mengambil gambar pesepak bola yang terjatuh di tepi lapangan. ‘ahli kamera mengambil gambar pesepak bola yang dalam keadaan jatuh di tepai lapangan’

(b) ‘telah mengalami’, ‘menderita keadaan atau kejadian (dengan tidak sengaja atau tiba-tiba’, seperti

Ia berlari terkencing-kencing karena ketakutan. ‘Ia berlari sampai tiba-tiba kencing karena ketakutan’

Pintu mobil Mercedes itu tergores karena diparkir sembarangan. ‘pintu mobil Mercedes itu telah mengalami goresan karena diparkir sembarangan’

Udara kotor yang terhirup akan mengakibatkan bersin. ‘udara yang kotor yang dengan tidak sengaja dihirup akan mengakibatkan bersin’

(c) ‘dapat’ (biasanya didahului oleh kata tidak atau dilengkapi dengan akhiran -kan)

Alam yang indah tidak terperikan. ‘alam yang indah tidak dapat diperikan’ Harga mainan itu terjangkau oleh orang tuanya. ‘harga mainan itu dapat dijangkau oleh orang tuanya’

Imbuhan ter- yang bermakna ‘telah selesai dilakukan’ atau ‘sudah selesai dikerjakan’ baik dengan sengaja (sadar) atau tidak sengaja (tidak sadar), seperti pintu mobil Mercedes itu tergores karena diparkir sembarangan, merupakan kata kerja yang mengandung aspek perfektif(aspek selesai sudah).


(46)

Di bidang hukum, khususnya hukum peradilan ada istilah seperti tersangka, terdakwa, dan terpidana. Prefiks ter- yang digunakan pada istilah tersebut memberikan arti ‘yang di…’. Istilah-istilah tersebut biasanya digunakan sebagai padanan istilah bahasa Inggris yang menggunakan bentuk past participle adjective, seperti ‘sun burned’ ‘terbakar matahari’ dan ‘related problem’ ‘masalah yang terkait’.

2) Prefikster- yang membentuk kata sifat memiliki arti ‘paling’, seperti

Aku adalah pemuda terganteng di kampung. ‘aku adalah pemuda paling ganteng di kampung’

Olahraga termurah adalah olahraga lari. ‘olahraga paling murah adalah olahraga lari’

2.2.2.2 Infiks

“Infiks (sisipan) adalah imbuhan yang dilekatkan di tengah dasar. Bahasa Indonesia memiliki 4 infiks, yaitu -el, -em, -er, dan -in” (Arifin dan Junaiyah, 2009:6). Arifin dan Junaiyah (2009:57-58) menambahkan bahwa kata dengan infiks dianggap sebuah kata bukan kata berimbuhan. Namun Arifin dan Junaiyah (2009:11) memberi penjelasan bahwa infiks -el-mengandung makna ‘kumpulan’, ‘aneka’; infiks -em- bermakna ‘sifat’; infiks -er- mengandung makna ‘mengandung’; dan infiks -in- digunakan sebagai padanan akhiran asing end, -ent, dan -andyang berarti ‘yang di-…-kan’ atau -ence.


(47)

Keempat infiks tersebut jika dibubuhkan ke dalam kata dapat dicontohkan sebagai berikut.

a. Infiks -el, sepertitelunjuk, telapak, pelatuk, gelembung, dan geligi. b. Infiks -em, sepertikemuning, kemelut, kemilau, gemerlap, dan temali. c. Infiks -er, sepertiserabut, seruling, gerigi,

d. Infiks -in, sepertikinerja, sinambung, tinambah

2.2.2.3 Sufiks

“Akhiran adalah imbuhan yang dilekatkan pada akhir dasar” (Arifin dan Junaiyah, 2009:6). Bahasa Indonesia memiliki setidaknya enam sufiks atau akhiran dan beberapa sufiks atau akhiran bahasa asing yang juga digunakan dalam bahasa Indonesia. Akhiran-akhiran tersebut dijabarkan dan dijelaskan oleh Arifin dan Junaiyah (2009:58-75) dan diringkas oleh peneliti sebagai berikut.

a. Sufiks -an

Sufiks -antidak mengalami perubahan bentuk ketika dibubuhkan pada sebuah dasar. Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:58) akhiran -an memiliki fungsi sebagai berikut.

1) sebagai pembentuk kata benda, yang memiliki hubungan dengan verba meng-; 2) dalam ragam cakapan, sufiks –an berfungsi sebagai pembentuk kata sifat dan

pembentuk kata kerja.

Makna yang hadir ketika suatu kata atau dasar dibubuhi oleh sufiks –an, menurut Arifin dan Junaiyah (2009:58-59) adalah sebagai berikut.


(48)

1) sebagai pembentuk kata benda, sufiks -an berarti, ‘hasil’, ‘perolehan’, ‘akibat’, atau ‘yang dikenai laku’, seperti

manisan buah‘hasil memaniskan buah’

pukulan‘hasil menggerakkan telapak tangan dalam keadaan tertutup’

benjolan ‘akibat yang timbul karena terkena benda tumpul (dengan tenaga yang besar)’

uang taruhan‘uang yang dipertatuhkan’ liburan‘yang dilakukan saat libur’ buaian ‘yang di buai’

sisipan‘yang disisipkan’

2) sufiks –anyang berarti ‘kumpulan’, ‘gugus’, seperti lautan ‘kumpulan laut’

daratan ‘kumpulan darat’ puluhan ‘kumpulan puluh’

3) sufiks -anyang berarti ‘yang mempunyai atau yang mengandung’, seperti buah durian ‘buah yang mempunyai duri’

anak jalanan ‘anak yang (ada) di jalan’; ‘anak jalan’ tepian sungai ‘bagian/sisi tepi sungai’

4) sebagai pembentuk kata sifat, sufiks -an (dalam ragam cakapan) berarti ‘terlampau’ atau ‘terlalu’, seperti

gedean ‘terlalu gede’

panasan ‘terlalu panas’, ‘lebih panas’ banyakan‘terlalu/terlampau banyak’ gantengan ‘lebih/terlalu ganteng’

5) sufiks -an yang berarti ‘terlampau’ atau ‘terlalu’ tampaknya berasal dari konfiks ke-…-antetapi ke- pada konfiks itu tidak diucapkan, seperti

kekecilan ‘terlalu/terlampau kecil’ kebesaran‘terlalu/terlampau besar’ kegendutan‘terlalu/terlampau gendut’ kepanasan‘terlalu/terlampau panas’ kedinginan‘terlalu/terlampau dingin’


(49)

6) dalam ragam cakapan, sufiks -an (berasal dari konfiks pembentuk kata kerja: ber-…-an), arti yang timbul ‘melakukan dengan pelaku atau laku yang banyak’ atau ‘saling’, seperti

Dona dan Dono tabrakan di depan kelas. ‘Dona dan Dono saling tabrak di depan kelas’

Sudah banyak orang yang berjualan. ‘sudah banyak orang yang berjual’

b. Sufiks –anda

Sufiks -anda (-nda, atau -da) merupakan sufiks penghormat atau (sufiks honorifik) pada sejumlah istilah kekerabatan, seperti anakanda, ananda, anaknda, dan ibunda (Arifin dan Junaiyah, 2009:60).

c. Sufiks–i

Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:60) sufiks -i ada dua, yaitu sufiks -i sebagai pembentuk kata kerja dan sufiks -i (-iah, -wi, -wiah) sebagai pembentuk kata sifat.

Sebagai pembentuk kata kerja, sufiks -i memiliki makna sebagai berikut.

1) ‘… di’, seperti

Aku turuni tangga itu lambat-lamabat. ‘aku turun di tangga itu dengan lambat’ Dono menaiki pohon mangga. ‘Dono naik di pohon mangga’

‘… kepada’, seperti

Kami kunjungi dia di rumah sakit. ‘Kami berkunjung kepada dia di rumah sakit’


(50)

‘… ke’, seperti

Hadapi dia dengan tenang. ‘Hadap ke dia dengan tenang’ memasuki‘masuk ke’

Burung itu menghinggapi dahan pohon mangga. ‘Burung itu hinggap ke dahan pohon mangga’

‘… dari’, seperti

hindari bahaya‘menghindar dari bahaya’

saya memiliki tiga buku. ‘saya pemilik dari tiga buku’ 2) ‘membuang dari’, seperti

menguliti sapi‘membuang kulit ayam (membuang kulit dari badan ayam)’ menyisiki ikan‘membuang sisik (dari badan) ikan’

3) ‘berulang-ulang’ atau ‘berkali-kali’, seperti

Adik melempari mangga. ‘Adik melempar mangga berkali-kali’

Kakek memolesi tembok dengan cat. ‘kakek memoles tembok berkali-kali dengan cat’

4) ‘memberikan … kepada’, seperti

menugasi saya‘memberikan tugas kepada saya’ memanasi nasi ‘memberikan panas kepada nasi’

‘memasangi … dengan’ atau ‘memasangkan … pada’, seperti memagari taman‘ memasangi taman dengan pagar’

menghitami kuku‘memasangkan hitam pada kuku’ ‘… untuk’, seperti

menagisinya‘menangis untuknya’

Nike menghadiahi Adidas sepeda baru ‘Nike memberi hadiah untuk Adidas sepeda baru’

Sufiks -i (-wi, -iah, -wiah) sebagai pembentuk kata sifat memiliki arti ‘bersifat’ atau ‘berkenaan dengan’, seperti berikut.

1) alami ‘bersifat alam’; ‘berkenaan dengan alam’ 2) Badani ‘bersifat badan’; ‘berkenaan dengan badan’ 3) Jasmaniah ‘bersifat jasmani’; ‘berkenaan dengan jasmani’ 4) Akharwi ‘bersifat akhirat’; ‘berkenaan dengan akhirat’


(51)

Arifin dan Junaiyah (2009:61) menambahkan bahwa akhiran i, wi, iah, -wiah diserap dari bahasa Arab. Akhiran-akhiran tersebut digunakan untuk penentuan penggunaan imbuhan berdasarkan jenis kelamin. Akhiran -i atau -wi termasuk kelompok maskulin dan akhiran -iah atau -wiah termasuk kelompok feminim.

d. Sufiks -kan

Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:65) sufiks -kan berfungsi sebagai pembentuk kata kerja; sufiks -kanmemiliki arti sebagai berikut.

1) ‘menyebabkan’ atau ‘menjadikan’, seperti

Kisah sedih itu menangiskan kami. ‘Kisah sedih itu menjadikan kami menangis’

Gerakan itu selamatkan kami dari bertabrakan. ‘gerakan itu menyebabkan kami selamat dari bertabrakan’

2) ‘melakukan untuk/bagi orang lain’ (benefaktif), seperti

Aku membukakan ayah pintu. ‘aku membuka pintu untuk ayah’

Adik membelikan ibu oleh-oleh dari Bandung. ‘adik membeli oleh-oleh dari Bandung untuk ibu’

3) ‘sungguh-sungguh’, seperti

Dengarkan keterangan saya. ‘dengar sungguh-sungguh keterangan saya’ Kenangkan semua kebaikan dari orang tua. ‘kenang sungguh-sungguh kebaikan dari orang tua’

4) ‘dengan’, seperti

Pukulkan sapu pada kucing belang itu. ‘pukul dengan sapu kucing belang itu’ Jangan lepaskan tali itu.‘jangan lepas dengan tali itu’


(52)

e. Sufiks -wan

Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:70-71) sufiks -wan (-wati, -man) adalah bentuk terikat yang memiliki arti ‘yang memiliki’ dan ‘yang bergerak di’; dan sufiks ini hanya dapat dibubuhkan ke kata benda. Hal tersebut dalap kita lihat dari contoh sebagai berikut.

1) ‘yang memiliki’, seperti

sukarelawan‘yang bersukarela’

jutawan ‘yang berjuta kekayaan (uang)’ budiman ‘yang berbudi’

2) ‘yang bergerak di’, seperti

olahragawan‘yang bergerak di bidang olahraga’ wartawan ‘yang bergerak di bidang warta’

f. Sufiks -indan -at

Arifin dan Junaiyah (2009:72) mengatakan bahwa, sufiks -in dan -at diserap dari bahasa Arab. Kedua sufiks tersebut digunakan berkaitan dengan jenis kelamin. Sufiks -inuntuk lelaki dan -atuntuk perempuan. Adapun contoh sufiks -in dan -at sebagai berikut: hadirin ‘lelaki yang hadir’; hadirat ‘perempuan yang hadir’; muslimin ‘lelaki muslim’; muslimat ‘perempuan muslim’. Namun kata akhirat adalah kata yang diserap secara utuh yang berarti ‘alam baka’, ‘alam setelah kehidupan di dunia’ bukan kata akhir yang mendapat sufiks -at.

Arifin dan Junaiyah (2009:73) melanjutkan bahwa pembedaan jenis kelamin juga ada dalam bahasa Indonesia. Fonem /a/ digunakan untuk makna ‘laki-laki’ dan fonem /i/ untuk makna ‘perempuan’. Penggunaan fonem /a/ dan fonem /i/ di


(53)

akhir kata yang akan digunakan. Adapun contoh dari penggunaan fonem tersebut sebagai berikut: siswa ‘murid laki-laki’; siswi ‘murid perempuan’; dewa ‘dewa yang laki-laki’; dewi‘dewa yang perempuan’.

Kemudian Arifin dan Junaiyah (2009:73) melanjutkan bahwa kata-kata seperti: sekretariat, rektorat, bukanlah kata yang memperoleh imbuhan berdasarkan jenis kelamin. Kedua kata tersebut diserap secara utuh dari bahasa Belanda yaitu: secretariat ‘bagian organisasi yang menangani pekerjaan tugas sekretaris’ dan rectorat ‘bagian universitas yang menangani pekerjaan tugas rektor’.

g. Sufiks Lain dari Bahasa Asing

Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:73) banyak sekali istilah dari bahasa asing digunakan dalam bahasa Indonesia. Istilah-istilah bahasa asing tersebut juga tidak jarang memiliki akhiran. Hal tersebut dapat dicontohkan sebagai berikut: nomination, nominator, dan nomine. Ketiga istilah tersebut biasa kita dengar dalam suatu perlombaan yang diucapkan pembawa acara. Untuk pemeran utama pria terbaik nominasinya adalah … . Dikesempatan lain pembawa acara mengatakan Untuk pemeran utama wanita terbaik Nominatornya adalah… .

Dari kedua kata dicontoh tersebut manakah yang benar? Kata nominasi adalah hasil penyesuaian istilah dari bahasa Inggris yaitu nomination yang memiliki arti ‘the act, process, or an instant of nominating’ yang dalam bahasa Indonesia berarti ‘proses, perbuatan, atau cara mengusulkan’. Kata nominator adalah kata dari bahasa Inggris yaitu nominator yang berarti ‘a person who nominates’ yakni


(54)

‘orang yang mengusulkan kandidat pemenang’ atau ‘pengusul kandidat pemenang’.

Kalimat yang sebenarnya yang ingin diucapkan oleh pembawa acara ialah mengungkapkan konsep orang (pemeran utama pria/wanita terbaik) yang diusulkan untuk menjadi kandidat pemenang. Untuk itu seharusnya pembawa memilih kata nomine (Inggris: nominee berarti ‘a person who has been nominated’ yakni ’orang yang dicalonkan’ atau ‘orang yang diunggulkan’). Berdasarkan ilustrasi tersebut, Arifin dan Junaiyah (2009:74) mengajak orang Indonesia untuk menggunakan istilah-istilah bahasa Indonesia daripada menggunakan istilah asing tetapi tidak mengerti maknanya. Hal tersebut, menurut Arifin dan Junaiyah (2009:74) terdapat kemungkinan terjadinya kesalahpahaman antara perbicara dan pendengar jika dalam berbahasa lisan dan antara penulis dan pembaca jika dalam berbahasa tertulis.

2.2.2.4 Konfiks

“Konfiks, lazim juga desebut imbuhan terbelah, adalah imbuhan yang dilekatkan sekaligus pada awal dan akhir dasar” (Arifin dan Junaiyah, 2009:7). Arifin dan Junaiyah (2009:7) melanjutkan bahwa konfiks harus dilekatkan sekaligus pada dasar dengan mengapit dasar karena konfiks adalah imbuhan tunggal yang memiliki satu kesatuan bentuk dan satu kesatuan makna. Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:7) konfiks atau imbuhan terbelah dalam bahasa Indonesia ada 5, yaitu ke-…-an, ber-…an, per-…-an,peng-…-an, dan se-…-nya. Penjelasan mengenai konfiks atau imbuhan terbelah dijelaskan oleh Arifin dan Junaiyah (2009:75-91) dan diringkas oleh peneliti sebagai berikut.


(55)

a. Konfiks ke-…-an

Bahasa Indonesia memiliki tiga jenis konfliks ke-…-an, yaitu sebagai pembentuk kata kerja, sebagai pembentuk kata sifat dan sebagai pembentuk kata benda (Arifin dan Junaiyah, 2009:75).

1) Sebagai pembentuk kata kerja, konfiks ke-…-an berarti ‘menderita atau mengalami kejadian’; ‘menderita atau mengalami keadaan’, seperti

Tadi malam aku kedinginan, ‘tadi malam aku menderita dingin’ Kemarin sore aku kehujanan, ‘kemaren sore aku mengalami hujan’

2) Sebagai pembentuk kata sifat, konfiks ke-…-an berarti ‘terlalu atau terlampau’, seperti

Bajunya kebesaran, ‘bajunya terlampau besar’

Karena dicium pipinya menjadi kemerahan, ‘karena dicium pipinya menjadi terlalu merah’

3) Sebagai pembentuk kata benda, konfiks ke-…-anberarti sebagai berikut. (a) ‘mempunyai ciriatau sifat’,seperti

Keadilan, ‘bersifat atau berciri adil’

Kemakmuran,’bersifat atau berciri makmur’ (b) ‘tempat’, seperti

Kami datang ke rumah kediamannya, ‘kami datang ke rumah tempatnya diam/tinggal’

Paman saya bekerja di kantor kedutaan Indonesia, ‘paman saya bekerja di kantor duta Indonesia’

Konfiks ke-…-an yang merupakan predikat dari sebuah kalimat dan berupa kata kerja seiring arti dengan imbuhan ter-, di-, di-+-kandan -nya. Secara umum, konfiks ke-…-an yang memiliki arti ‘mengalami kejadian’ atau ‘mengalami keadaan’ menunjukkan makna malafektif atau adversatif yakni makna yang mengandung sisi negatif yang muncul sehubungan arti dengan imbuhan di-,


(56)

namun tidak selalu, (Arifin dan Junaiyah, 2009:76-77). Konfiks ke-…-an, jika dibubuhkan ke sebuah kata yang mengalami pengulangan yang membentuk kata sifat justru memiliki arti ‘agak’, ‘mirip’ atau ‘seperti’, (Arifin dan Junaiyah, 2009:78).

b. Konfiks ber-…an

Konfiks ber-…-an berfungsi sebagai pembentuk kata kerja memiliki makna seperti berikut.

1) ‘melakukan sesuatu dengan laku atau pelaku banyak’, ‘tidak beraturan’, seperti

Orang berhamburan keluar.‘banyak orang berhambur keluar’

Di kantor itu kertas berserakan.‘di kantor itu banyak kertas tidak beraturan’ 2) ‘saling’atau ‘berbalasan’, seperti

Anak-anak itu berkelahi berpukulan. ‘anak-anak itu berkelahi slaing pukul’ Setelah sekian lama romeo tidak berjumpa dengan Juliet, mereka melepas rindu dengan berpelukan. ‘setelah sekian lama romeo tidak berjumpa dengan Juliet, mereka melepas rindu dengan saling peluk’

c. Konfiks per-…-an

Konfiks per-…-anmemiliki variasi bentuk per-…-an, pel-…-an, dan pe-…-an. Konfiks tersebut berfungsi sebagai pembentuk kata benda dan bertalian dengan prefiks pembentuk kata kerja ber-.

Makna-makna yang timbul dari konfiks per-…-anadalah sebagai berikut.

1) ‘Perihal’atau ‘yang berhubungan dengan’ Perolehan angka.’perihal beroleh angka’


(1)

8 Untuk diagram alur perancangan utama dapat dilihat pada gambar 3.14. (7, TE, 2013, 24, 2, 1)

konfiks seharusnya sufiks

Peng-...-an seharusnya -an

Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi penggunaan imbuhan peng-…-an pada kata perancangan.Imbuhan peng-…-an pada kata perancangan memiliki arti proses, perbuatan, ataucara meng-, sedangkan konteks yang diharapkan oleh penulis adalah ‘hasil merancang’ atau ‘sesuatu yang di-…’. Kalimat tersebut akan tepat jika menggunakan sufiks -an.

Diagram alur rancangan utama dapat dilihat pada gambar 3.14.

9 Proses awal program dimulai dengan penginisialisasian port-port dan

variabel-variabel yang akan digunakan. (7, TE, 2013, 24, 2, 2)

Konfiks peng-…-an Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi

penggabungan konfiks peng-…-an dengpeng-…-an imbuhpeng-…-an -isasi-yang bukan imbuhan bahasa Indonesia, oleh karena itu untuk memperoleh arti proses, perbuatan, ataucara meng-, adalah dengan kata penginisialanmenggunakan imbuhan peng-…-an dan imbuhan -isasi-tidak digunakan atau ditiadakan.

Proses awal program dimulai dengan penginisialan port-port dan


(2)

153 10 Perancangan ini bekerja secara

semi otomatis

dengan menggunakan mikrokontroler sebagai pengontrol untuk menyemprotkan

air bersih, air sabun dan menggerakan spon. (7, TE, 2013, 24, 2, 3)

konfiks seharusnya prefiks Peng-...-an seharusnya

di-Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi penggunaan imbuhan peng-…-an pada kata perancangan.Imbuhan peng-…-an pada kata perancangan memiliki arti proses, perbuatan, ataucara meng-, sedangkan konteks yang diharapkan adalah alat itu dirancang untuk fungsi tertentu, sehingga imbuhan yang tepat adalah prefiks di-.

Alat ini dirancang untuk bekerja secara semi otomatis

dengan menggunakan mikrokontroler sebagai pengontrol untuk menyemprotkan

air bersih, air sabun dan menggerakan spon.

11 Setelah penginisialisasian proses akan masuk ke checking startdisni untuk

memilih kotak mana yang akan dijalankan.

(7, TE, 2013, 25, 1, 2)

Konfiks peng-…-an Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi

penggabungan konfiks peng-…-an dengpeng-…-an imbuhpeng-…-an -isasi-yang bukan imbuhan bahasa Indonesia, oleh karena itu untuk memperoleh arti proses, perbuatan, ataucara meng-, adalah dengan kata penginisialanmenggunakan imbuhan peng-…-an dan imbuhan -isasi-tidak digunakan atau ditiadakan.

Setelah penginisialan, proses selanjutnya adalah checking start, yaitu proses memilih kotak mana yang akan dijalankan.

12 Alat ini sudah bekerja sesuai dengan perancangan.

(7, TE, 2013, 37, 1, poin 3)

Konfiks seharusnya sufiks peng-…-an seharusnya -an

Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi penggunaan

Alat ini sudah bekerja sesuai dengan rancangan.


(3)

imbuhan peng-…-an pada kata perancangan.Imbuhan peng-…-an pada kata perancangan memiliki arti proses, perbuatan, ataucara meng-, sedangkan konteks yang diharapkan oleh penulis adalah ‘hasil merancang’ atau ‘sesuatu yang di-…’. Kalimat tersebut akan tepat jika menggunakan sufiks -an.


(4)

155

15. Kategori Konfiks

ke

-…-

an

Data Data Kesalahan Penggunaan Imbuhan

(Program Studi, Tahun, Halaman, Paragraf, Kalimat)

Kategori Kesalahan Penggunaan Jenis Imbuhan Bentuk Kesalahan Penggunaan Jenis Imbuhan Analisis Persetujuan

Keterangan Perbaikan Ya Tidak

1 Pertama-tama dilakukan pengujian terhadap kestabilitas sistem yang bertujuan untuk mengetahui alat ukur hasil perancangan ini dapat menghasilkan hasil

pengukuran yang sama atau tidak, jika dilakukan pengukuran menggunakan etanol dan larutan kunyit dengan keadaan yang sama secara terus menerus. (6, TE, 2013, 69, 2, 1)

Prefiks seharusnya konfiks Ke-seharusnya ke-…-an

Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi penggunaan imbuhan ke- yang digabung dengan imbuhan asing -itaspada kata kestabilitas. Makna dari penggabungan kedua arti imbuhan tersebut tidak mendukung pembentukan dan fungsi kata tersebut di dalam kalimat. Konteks yang

diharapkan pada kalimat tersebut, yaitu suatu keadaan yang berarti ‘mengalami kejadian’ atau ‘mengalami keadaan’. Dengan demikian imbuhan yang tepat untuk kata mendukung

pembentukan kata dan arti kata yang tepat untuk kalimat tersebut adalah ke-…-an.

Pertama-tama dilakukan pengujian terhadap kestabilan sistem yang bertujuan untuk mengetahui alat ukur hasil perancangan ini dapat

menghasilkan hasil pengukuran yang sama atau tidak, jika dilakukan pengukuran

menggunakan etanol dan larutan kunyit dengan keadaan yang sama secara terus menerus.


(5)

(6)

157

Nikolaus Subandi lahir di Ketapang, Kalimantan Barat

pada tanggal 9 September 1990. Memulai pendidikan

formal di TK Santa Maria Ketapang pada tahun 1996.

Setelah tamat TK, melanjutkan pendidikan di SD Pangudi

Luhur Santo Yosef Ketapang pada tahun 1997. Setelah

tamat SD, melanjutkan pendidikan di SMP Pangudi Luhur

Santo Albertus Ketapang pada tahun 2003. Setelah tamat SMP, melanjutkan

pendidikan di SMA Pangudi Luhur Santo Yohanes Ketapang pada tahun 2006.

Setelah lulus pendidikan tingkat SMA, melanjutkan pendidikan di Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2009 dengan konsentrasi pendidikan di

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Pada 1 September 2015, dinyatakan

lulus dengan skripsi yang berjudul Jenis Kesalahan Berbahasa dalam

Penggunaan Imbuhan Bahasa Indonesia pada Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Lulusan Tahun 2013.


Dokumen yang terkait

Sistem informasi tugas akhir mahasiswa Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma berbasis web.

0 1 196

Pemakaian kalimat efektif dalam skripsi mahasiswa Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta lulusan tahun 2013 sebagai wahana pemartabatan bahasa.

0 1 237

Pemakaian kalimat efektif dalam skripsi mahasiswa Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Lulusan tahun 2013 sebagai upaya pemartabatan bahasa.

0 0 232

Pemakaian kalimat efektif dalam skripsi mahasiswa Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta lulusan tahun 2012/2013 sebagai wahana pemartabatan bahasa.

0 3 257

Pemakaian kalimat efektif dalam skripsi mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma lulusan tahun 2013 sebagai wahana pemartabatan bahasa.

0 1 227

Jenis-jenis kesalahan penggunaan konjungsi dalam tugas akhir mahasiswa program studi pendidikan sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 2013.

0 4 206

MANAJEMEN WAKTU MAHASISWA TERHADAP KURIK

0 1 17

Kesalahan ejaan Bahasa Indonesia pada tugas akhir mahasiswa angkatan 2005, program studi pendidikan guru sekolah dasar, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta - USD Repository

0 0 240

Kesalahan ejaan pada kata pengantar skripsi mahasiswa program studi pendidikan, bahasa, sastra Indonesia, dan daerah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta lulusan tahun 2005 - USD Repository

0 0 260

Kesalahan ejaan bahasa Indonesia pada bab pembahasan skripsi sarjana lulusan tahun 2009, program studi Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 2 145