B. Tinjauan Pengukuran Hasil Belajar
1. Pengertian Tes
Mardapi 2008: 67 mengemukakan tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar atau salah. Tes diartikan
sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban atau sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan
mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkapkan aspek tertentu dari orang yang dikenai tes. Menurut Sudijono 2011: 67 tes
adalah cara yang digunakan atau prosedur dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan. Sedangkan menurut Zainul dan
Nasution Majid, 2014: 37 tes didefinisikan sebagai pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh
informasi tentang suatu atribut pendidikan atau suatu atriibut psikologis tertentu.
Mardapi 2008: 67-68 memaparkan bahwa hasil tes merupakan informasi tentang karakteristik seseorang, yang berupa kemampuan atau
keterampilan seseorang. Hasil tes bisa digunakan untuk memantau perkembangan mutu pendidikan. Hasil tes dengan tujuan demikian
harus baik, yakni memiliki kesalahan pengukuran yang sekecil mungkin. Kesalahan pengukuran dapat dikategorikan menjadi dua,
yaitu kesalahan acak dan sistemik. Kesalahan acak disebabkan karena kesalahan dalam menentukan sampel isi tes, variasi emosi seseorang
termasuk variasi pemeriksa lembar jawaban jika lembar jawaban PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
peserta tes diperiksa secara manual. Sedangkan kesalahan sistemik adalah kesalahan yang disebabkan karena soal tes terlalu mudah atau
terlalu sukar. Sebelum membahas lebih jauh tentang tes, perlu diketahui
beberapa istilah yang terkait dengan tes, yaitu a.
Testing, merupakan waktu pelaksanaan tes. b.
Testee, adalah orang yang dikenai tes atau yang mengerjakan tes. c.
Tester, adalah orang yang melaksanakan tes atau pelaksana tes.
2. Ciri-ciri Tes yang Baik
Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur, harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki:
a. Validitas
Kusaeri dan Suprananto 2012: 75-76 mengungkapkan bahwa validitas merujuk pada ketepatan, kebermaknaan, dan
kemanfaatan, kesimpulan yang didapat dari interpretasi skor tes. Validitas merujuk pada ketepatan interpretasi terhadap hasil suatu
tes yang dikenakan terhadap peserta tes, bukan merujuk pada tes itu sendiri.Validitas berkaitan dengan pengkategorian derajat
tertentu, harus dihindari pemikiran tentang hasil tes sebagai valid dan tidak valid. Jadi, ketika mendeskripsikan validitas, penting
untuk mempertimbangkan penafsiran secara khusus tentang hasil tes. Hasil tes tidak dikatakan valid saja, tetapi hasil tes tersebut
memiliki derajat validitas berbeda pada setiap penafsiran yang dibuat.
b. Reliabilitas
Menurut Kusaeri dan Suprananto 2012: 82-83 reliabilitas merujuk pada konsistensi dari suatu pengukuran. Artinya,
bagaimana skor tes konsisten dari pengukuran yang satu ke lainnya. Karakteristik suatu reliabilitas yaitu, Pertama, reliabilitas
merujuk kepada hasil yang didapat melalui sebuah instrumen tes, bukan merujuk pada instrumennya sendiri. Jadi, lebih tepat
mengatakan bahwa reliabilitas “skor tes” dibandingkan reliabilitas “tes”. Kedua, reliabilitas merupakan syarat perlu, tetapi belum
cukup untuk syarat validitas. Sebuah tes yang memberikan hasil tidak konsisten mungkin tidak dapat memberikan informasi yang
valid berkaitan dengan kemampuan yang diukur. Jadi reliabilitas yang rendah dapat membatasi tingkat validitas yang didapat,
tetapi reliabilitas yang tinggi tidak menjamin terpenuhinya derajat validitas. Ketiga reliabilitas utamanya berkaitan dengan statistik.
Analisis logis dari suatu tes akan memberikan sedikit bukti berkaitan dengan reliabilitas skor tes. Tes harus diujikan satu kali
atau lebih pada sekelompok anak yang sama sehingga konsistensi hasilnya dapat ditentukan. Konsistensi ini biasanya dinyatakan
dalam bentuk koefisien reliabilitas dan kesalahan pengukuran standard error of measurement.
c. Objektivitas
Menurut Arikunto 2012: 75 sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor
subjektif yang memengaruhi. d.
Praktikabilitas Menurut Arikunto 2012:77 sebuah tes dikatakan memiliki
praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya.
Arikunto 2012: 77 mengungkapkan tes praktis adalah tes yang :
a. Mudah dilaksanakan, misalnya tidak menuntut peralatan yang
banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap mudah
oleh siswa.
b. Mudah pemeriksaannya, artinya bahwa tes itu dilengkapi
dengan kunci jawaban maupun pedoman skorsingnya. Untuk soal bentuk objektif, pemeriksaan akan lebih mudah
dilakukan jika dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban.
c. Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga
dapat diberikan diawali oleh orang lain. e.
Ekonomis Menurut Arikunto 2012: 77 pelaksanaan tes tidak
membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama. Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan tes
bermodalkan fotokopi soal dan lembar jawab. Hal ini dirasa tidak terlalu mahal dibandingkan dengan melakukan evaluasi yang
bersifat nontes. Tenaga yang dibutuhkan dalam tes adalah membuat instrumen tes itu sendiri dan untuk evaluasinya dapat
berbantu dengan aplikasi komputer sehingga lebih mudah dan tidak membutuhkan waktu yang lama.
3. Fungsi Tes