Tingkat Kesukaran Analisis Butir Soal

Keterangan: J : jumlah peserta tes J A : banyaknya peserta kelompok atas J B : banyaknya peserta kelompok bawah B A : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar B B : banyaknya peserta keompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar P A : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar ingat, P sebagai indeks kesukaran P B :proporsi peserta kelompo bawah yang menjawab benar Arikunto 2012: 232 menyampaikan interpretasi terhadap hasil perhitungan daya pembeda dapat menggunakan kriteria sebagai berikut: D : 0,00 – 0,20 : jelek poor D : 0,21 – 0,40 : cukup statistifactory D : 0,41 – 0,70 : baik good D : 0,71 – 1,00 : baik sekali exc ellent D : negatif, semuanya tidak baik. Jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.

7. Tingkat Kesukaran

Kusaeri 2014: 106-107 mengungkapkan bahwa tingkat kesukaran soal adalah peluang menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran soal dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar dari 0 sampai 1. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil perhitungan, semakin mudah soal itu. Suatu soal memiliki tingkat kesukaran sebesar 0 berarti tidak ada siswa yang mampu menjawab benar soal tersebut. Bila suatu soal memiliki tingkat kesukaran sebesar 1 maka soal itu dipastikan dapat dijawab benar oleh semua siswa. Musaeri 2014: 107 menyampaikan pendapatnya bahwa tingkat kesukaran soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes. Misalnya untuk keperluan ujian semester digunakan soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi digunakan soal dengan tingkat kesukaran tinggi, dan untuk keperluan diagnostik digunakan soal dengan tingkat kesukaran rendah atau mudah. Arikunto 2012: 223 menyampaikan bahwa tingkat kesukaran suatu item soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut: JS B P  Keterangan: P : indeks kesukaran B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS : jumlah seluruh siswa peserta tes Arikunto 2012: 225 mengungkapkan interpretasi terhadap hasil perhitungan angka indeks kesukaran soal pada umumnya menggunakan kriteria sebagai berikut: Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar. Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang. Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah. Sudjana 2009:135 mengungkapkan terkait analisis tingkat kesukaran bahwa ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal kategori mudah, sedang, dan sukar. Pertimbangan pertama yaitu adanya keseimbangan jumlah soal sama untuk ketiga kategori tersebut. Misalkan tes objektif pilihan ganda dalam suatu mata pelajaran disusun sebanyak 60 pertanyaan. Dari 60 pertanyaan tersebut, soal kategori mudah 20 item, kategori sedang 20 item, dan kategori sukar 20 item. Pertimbangan kedua, proporsi jumlah soal untuk ketiga kategori tersebut didasarkan atas kurva normal. Artinya, sebagian soal berada dalam kategori sedang, sebagian lagi termasuk dalam kategori mudah dan sukar dengan proporsi yang seimbang. Menurut Sudjana 2009: 135-136 perbandingan antara soal mudah, sedang, dan sukar dapat dilakukan dengan proporsi 3-4-3, artinya 30 soal kategori mudah, 40 soal kategori sedang, dan 30 soal kategori sukar. Perbandingan lain yang termasuk sejenis dengan proporsi di atas yaitu 3-5-2, artinya 30 soal kategori mudah, 50 soal kategori sedang, dan 20 soal kategori sukar.

8. Efektivitas Pengecoh