Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran mata pelajaran PAI di SMA N 28 Jakarta

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

OLEH:

IDA FARIDA

106011000103

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M


(2)

PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PAI DI SMA NEGERI

28 JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

Ida Farida NIM: 106011000103

Di Bawah Bimbingan :

Siti Khadijah, M. A NIP:

19660703 199403 1 004

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, N a m a : Ida farida

Tempat/Tgl.Lahir : Majalengka, 27 Mei 1988

NIM : 106011000103

Jurusan / Prodi : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada

Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28 Jakarta.

Dosen Pembimbing : Siti Khadijah, M.A

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, 21 Mei 2011 Mahasiswa Ybs.

Materai 6000

Ida Farida


(4)

Jakarta” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 20 Juni 2011 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) pada jurusan Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 20 Juni 2011 Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan Ketua Jurusan PAI

Bahrissalim, M.Ag ... ... NIP. 19680307 199803 1 002

Sekretaris Jurusan PAI

Drs. Sapiudin Sidiq, MA ... ... NIP. 19670328 200003 1 001

Penguji I

Dra. Hj. Elo al-Bugis, M.A. ... ... NIP. 19560119 199403 2 001

Penguji II

Drs. E. Kusnadi ... ... NIP. 19460201 196510 1 001

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 19571005 198703 1 003


(5)

Syarif Hidayatullah Jakarta 2011. Sebagai tenaga profesional, para guru dituntut untuk melaksanakan pembaharuan atau perbaikan pembelajaran di kelas disamping tugas pokoknya yaitu mengajar dan membimbing siswa untuk dapat mengembangkan dirinya. Guru tidak lagi cukup hanya sebagai penerima pembaharuan yang telah tuntas dikembangkan, tetapi diharapkan guru dapat aktif berperan serta dalam memecahkan masalah pembelajaran yang dialami di kelas melalui kegiatan penelitian. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu solusi untuk permasalahan pembelajaran di kelas, namun belum banyak guru PAI yang melakukan PTK sebagai salah satu solusi pemecahan masalah pembelajaran dan untuk meningkatkan efektivitas belajar. Penerapan PTK akan berhasil dan berjalan dengan baik bila didorong oleh keinginan guru untuk melakukan perbaikan pembelajaran dan komitmen yang kuat dari guru yang bersangkutan, bukan karena keinginan untuk mendapat imbalan finansial semata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28 Jakarta, kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajarannya, dan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran PAI di SMAN 28 Jakarta. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini penulis dukung dengan teknik-teknik pengumpulan data yang meliputi observasi, dokumentasi dan wawancara. Dari pengumpulan data yang dilakukan, dan membandingkan antara satu metode dengan metode yang lainnya, maka penulis menemukan bahwa implementasi penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran PAI yang dilaksanakan di SMAN 28 Jakarta meliputi 8 langkah. Yaitu: 1) ide awal, 2) prasurvey, 3) diagnosis, 4) perencanaan, 5) implementasi tindakan, 6) observasi, 7) refleksi, dan 8) penyusunan laporan. Berdasarkan pembandingan praktek yang dilakukan dengan teori yang didapat dari berbagai literatur, maka penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMA Negeri 28 Jakarta termasuk penelitian yang berhasil.


(6)

rahmat, karunia, dan hidayah yang diberikan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul: “Implementasi Penelitian Tindakan Kelas pada Mata Pelajaran PAI di SMA Negeri 28 Jakarta.” Shalawat serta salam penulis haturkan pula kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang setia hingga akhir masa.

Karya tulis yang sederhana ini, merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai tugas akhir perkuliahan guna mencapai sarjana strata I (S.Pd.I).

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan; walaupun waktu, tenaga, dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Selama penyusunan skripsi ini dan selama penulis belajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, penulis banyak mendapat bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada:

1. Prof. DR. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Siti Khadijah, MA., Dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan selama berlangsungnya penulisan skripsi ini, juga memberikan ruang kebebasan kepada penulis untuk menentukan berbagai proporsi, kategori dan interpretasi pada skripsi ini.


(7)

5. Sembah patuh ananda kepada kedua orang tua tercinta yaitu: ayahanda (Epen Afandi), ibunda (Uju Jubaidah) yang dengan penuh ketulusan dan keikhlasan dalam memberikan do’a, bantuan moril maupun materil, serta motivasi terbesar kepada penulis. Dan adikku tersayang Ahmad Sa’id Fandi yang selalu mendo’akan dan memberikan motivasi untuk penulis.

6. Para dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan motivasi dan pelayanan serta bimbingan dalam mengembangkan pemikiran dan intelektualitas selama belajar di bangku perkuliahan.

7. Bapak Drs. H. Edi Sumarto, selaku kepala sekolah SMAN 28 Jakarta dan para guru serta staff SMAN 28 Jakarta.

8. Bapak Drs. Dwi Arsono, M.Si, selaku WAKASEK bidang humas yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan telah meluangkan waktunya.

9. Ibu Dra. Siti Mas’amah dan bapak Suhartoyo, BA., selaku guru PAI di SMAN 28 Jakarta yang telah meluangkan waktunya kepada penulis guna memberikan informasi yang penulis butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.A’ Asep yang selalu meluangkan waktu untuk membantu dan memberi semangat pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk sahabat-sahabat dan saudara penulis (Mamay, Uni Vera, Lili, Ikenk, Dhaso, Teh Izma, k’eLbe, Goni, ebih) yang senasib sepenanggungan, berbagi suka dan duka. Yang selalu membantu dan memberikan motivasi.

11.Teman-teman PAI angkatan 2006 khususnya PAI C angkatan 2006 yang senasib dan seperjuangan, penulis senang berteman dengan teman-teman. 12.Kepala sekolah dan rekan guru TK IT QOF Bambu Apus yang telah

memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini.


(8)

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna baik dari sistematika, bahasa maupun materi. Atas dasar ini, komentar, saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini, dapat membuka cakrawala yang lebih luas bagi pembaca sekalian dan semoga bermanfaat untuk kita semua amin.

Jakarta, 21 Mei 2011 Penulis


(9)

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian tindakan kelas ... 9

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ... 9

2. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas ... 12

3. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ... 14

4. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas ... 17

5. Keunggulan Penelitian Tindakan Kelas ... 22

B. Pendidikan Agama Islam ... 23

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 23

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 27

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 29

4. Faktor-faktor Penghambat dan Penunjang Pelaksanaan PAI 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

B. Metode Penelitian ... 35

C. Teknik Pengumpulan Data ... 36


(10)

2. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 28 Jakarta ... 41

3. Keadaan Guru dan Karyawan ... 43

4. Keadaan Siswa ... 44

5. Keadaan Sarana dan Prasarana... 45

B. Hasil Penelitian ... 46

1. Pelaksanaan PAI di SMA Negeri 28 Jakarta ... 46

2. Kendala dalam Pelaksanaan Pembelajaran PAI ... 47

3. Implementasi PTK pada Mata Pelajaran PAI ... 48

a. Ide Awal yang Ditemukan ... 49

b. Prasurvey ... 49

c. Diagnosis ... 50

d. Perencanaan ... 50

e. Implementasi Tindakan ... 54

f. Observasi ... 59

g. Refleksi ... 60

h. Penyusunan Laporan ... 62

C. Analisis Data Hasil Temuan ... 63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(11)

Tabel 2 Keadaan guru dan karyawan SMAN 28 Jakarta ... 43

Tabel 3 Keadaan siswa SMA Negeri 28 Jakarta ... 44

Tabel 4 Keadaan sarana dan prasarana SMAN 28 Jakarta ... 45


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu pilar kehidupan bangsa. Masa depan suatu bangsa bisa dilihat melalui sejauhmana komitmen masyarakat dalam suatu bangsa menjalankan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan adalah untuk bertaqwa serta beriman kepada Allah. Tujuan pendidikan ini sejalan dengan tujuan penciptaan manusia, pengabdian kepada Allah. Yang ditegaskan dalam Al Qur’an dalam surat Adz Dzariyat ayat 56:















“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (QS. Adz Dzariyaat:56).

Tujuan pendidikan nasional menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa: Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

1

Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafik, 2009), Cet. II, h. 7.


(13)

Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, sejak adanya manusia di muka bumi ini dengan peradabannya maka sejak itu pula pada hakikatnya telah ada kegiatan pendidikan dan pengajaran. Berbeda dengan masa sekarang, dimana pendidikan dan pengajaran itu diselenggarakan di sekolah maka pada masa lampau kegiatan dilaksanakan di dalam kelompok-kelompok masyarakat, yang dewasa disebut dengan istilah pendidikan informal.2

Dari tonggak-tonggak sejarah dapat dilihat bagaimana persoalan-persoalan yang timbul mereka pecahkan. Pada zaman dahulu dalam kehidupan sehari-hari, para orang tua mengajar anaknya bagaimana cara menanam dan memelihara padi, bagaimana cara melakukan pekerjaaan nelayan, bagaimana cara berdagang, bagaimana cara bertukang membuat rumah, menjahit pakaian, dan sebagainya.3

Dari lukisan singkat di atas kiranya dapat diperoleh gambaran, bahwa sejak masa lampau kegiatan proses pendidikan dan pembelajaran itu telah banyak dilakukan. Dan semakin dekat dengan masa kini semakin berkembang pula cara dan teknik yang digunakan oleh manusia untuk mendidik dan mengajar anak-anaknya. Begitu pula di sekolah, seiring perkembangan zaman maka berkembang pula cara dan teknik yang digunakan guru dalam proses pembelajaran guna mendidik dan mengajar siswanya.

Dalam proses pembelajaran guru merupakan orang yang memiliki peranan penting. Karena guru merupakan orang yang paling sering berhubungan langsung dengan siswa. Ini menunjukkan bahwa suksesnya sebuah proses kegiatan pembelajaran itu sangat bergantung kepada guru. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki kompetensi dalam mengajar. Tetapi guru bukanlah satu-satunya faktor yang berperan dalam proses pembelajaran melainkan ada faktor-faktor lain yang tidak kalah pentingnya dengan guru yaitu siswa, metode, media, lingkungan dan sebagainya.4

2

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: BumiAksara, 2009), Cet. IX, h. 3. 3

Oemar Hamalik, Proses Belajar..., h. 3. 4


(14)

Upaya peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu fokus di dalam pembangunan pendidikan Indonesia dewasa ini. Peningkatan kualitas pendidikan tersebut dapat dicapai melalui berbagai cara, antara lain melalui peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan, pelatihan dan pendidikan, serta memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran secara professional melalui kegiatan penelitian secara terkendali.5

Sebagai tenaga profesional, para guru di samping melaksanakan tugas pokoknya, yaitu mendidik dan membimbing siswa, mereka juga dituntut agar dapat mengadakan pembaharuan atau perbaikan pembelajaran melalui penelitian. Dengan demikian, guru tidak lagi cukup hanya sebagai penerima pembaharuan pembelajaran yang sudah tuntas dikembangkan, melainkan ikut bertanggung jawab, berperan serta aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui penelitian yang dilakukan dalam proses pembelajaran yang dikelolanya.

Penelitian yang dimaksud adalah PTK atau penelitian tindakan kelas. PTK adalah salah satu solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah pembelajaran di kelas. Ditinjau dari kemanfaatan yang diperoleh dari hasil PTK, salah satu di antaranya adalah berupa perbaikan praktis, yang meliputi penanggulangan berbagai permasalahan belajar yang dialami siswa. Misalnya, kesalahan-kesalahan konsep dalam memahami materi pembelajaran, penggunaan desain dan strategi pembelajaran di kelas, penggunaan alat bantu, media, dan sumber belajar, serta permasalahan dalam penggunaan sistem evaluasi pembelajaran.6 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama dalam bukunya “Mengenal Penelitian Tindakan Kelas” mengatakan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan

5

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 2.

6

Tjutju Soendari, Penelitian Tindakan Kelas dalam Meningkatkan Prestasi Belajar ABK di Sekolah, http://file.upi.edu/Direktori Diakses pada hari Rabu, 10 November 2010 pukul 15.32.


(15)

secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.7

Tujuan utama bagi PTK adalah self-improvement melalui self-evaluation

dan self-reflection, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan mutu proses dan hasil belajar siswa.8 Namun pada kenyataannya penulis menemukan beberapa tujuan pelaksanaan PTK yang menyimpang dari tujuan PTK ini. Seperti perbincangan penulis dengan seorang kepala sekolah dari SDN Lebakwangi II Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka yang menyebutkan bahwa tujuan dari PTK yang guru lakukan hanyalah sebagai suatu syarat untuk mendapatkan sertifikasi yang akan memberikan kenaikan gaji.9 Jadi tujuan guru melakukan PTK ini bukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mutu hasil pembelajaran yang telah diikuti siswa dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Tujuan yang mulanya ingin meningkatkan kinerja guru itu sendiri menjadi menyimpang dan tidak sampai pada tujuan awal dilakukannya PTK, Karena memang guru tidak mengetahui tujuan penerapan PTK tersebut.

PTK di dunia PAI masih jarang dilakukan, belum banyak guru PAI yang menggunakan PTK sebagai salah satu solusi pemecahan masalah untuk meningkatkan efektivitas belajar. Sehingga banyak guru PAI yang masih mengandalkan metode konvensional dalam mengajarkan materi agama sehingga terkesan monoton dan membosankan, padahal keadaan siswa dari tahun ke tahun berubah. Tingkat kecerdasan dan kritisnya semakin bertambah. Maka dengan metode belajar yang biasa seperti yang para guru pelajari di bangku kuliah beberapa puluh tahun yang lalu sudah tidak tepat lagi bila diterapkan sekarang.

Seyogyanya guru menyadari bahwa keadaan, pengetahuan, dan kemampuan siswa semakin berubah dibandingkan keadaan masa lalu saat mereka

7

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Indeks, 2009), h. 9.

8

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas...., h. 41. 9

Wawancara Pribadi dengan Mulyadi adalah sebagai KEPSEK di SDN Lebakwangi II, tgl. 28 Januari 2010 di Ruang Guru.


(16)

mempelajari metode untuk mengajar. Cara yang dipakai untuk mengajarkan pada para siswa dengan latar belakang yang berbeda tentu saja tidak bisa disamakan terus menerus. Karena sudah barang tentu tidak tepat lagi.

Dalam pelaksanaannya PTK mesti dilakukan oleh guru kelas itu sendiri. Karena hanya guru dari kelas itulah yang mengenal dengan baik para siswanya, keadaan kelasnya, dan dialah yang bertanggung jawab terhadap kelas tersebut. Apabila guru menerapkan hasil penelitian tindakan kelas ini, maka akan terjadi suatu perbaikan, baik dalam metode mengajar yang digunakan guru, ketertarikan siswa terhadap apa yang disampaikan oleh guru yang pada akhirnya akan membuat suatu kemajuan terhadap prestasi seorang siswa dalam hal menangkap apa yang diajarkan guru di kelas.

Melalui penelitian tindakan kelas masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan, sehingga proses pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik, dapat diwujudkan secara sistematis.10 Seperti yang telah penulis paparkan sebelumnya bahwa selain tugas guru sebagai pendidik ia juga dituntut untuk mengadakan pembaharuan atau perbaikan pembelajaran di kelas, begitu pula dengan guru PAI. Sehingga ia dapat berperan serta aktif dalam mengembangkan keterampilannya dan menyelesaikan masalah pembelajaran secara profesional.

Di sekolah-sekolah umum mata pelajaran Pendidikan Agama Islam mendapat alokasi waktu belajar lebih sedikit dibanding dengan pelajaran-pelajaran yang lain, padahal materi agama mencakup banyak aspek, yang meliputi fiqh, akidah, akhlak dan sejarah. Praktek ibadah, membutuhkan waktu yang lebih banyak dalam pemahamannya, karena sesuai dengan tujuan pendidikan agama itu sendiri yaitu membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, praktek ibadah ini tidak hanya sebagai syarat untuk mendapatkan nilai dalam pelajaran agama tetapi juga untuk diterapkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai syarat

10

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)..., h. 4.


(17)

seorang manusia yang beriman dan bertakwa, yaitu beribadah dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan Yang Maha Esa. Maka dengan waktu belajar yang minim tersebut tujuan pembelajaran PAI itu sulit tercapai.

Dengan dilakukannya PTK maka akan diketahui mana metode yang paling tepat diterapkan guru untuk para siswanya, sehingga siswa akan menjadi tertarik dan memahami apa yang guru sampaikan. Pelaksanaan PTK akan berhasil, hanya apabila didukung oleh kemampuan dan komitmen guru yang merupakan aktornya. Selanjutnya, selain persyaratan kemampuan, keberhasilan pelaksanaan PTK juga ditentukan oleh adanya komitmen guru yang merasa tergugah untuk melakukan tindakan perbaikan. Dengan kata lain, PTK dilakukan bukan karena ditugaskan oleh atasan atau di dorong oleh keinginan untuk memperoleh imbalan finansial.11

SMA Negeri 28 Jakarta merupakan salah satu sekolah yang menerapkan program ISO yang merupakan standar kualitas yang diakui internasional. Visi dari sekolah ini adalah menguasai IPTEK berdasarkan IMTAQ dan mampu bersaing secara global. Jika dilihat dari visi sekolah dan standar internasional yang disandang oleh sekolah ini maka guru-gurunya dituntut untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya. Upaya yang dilakukan sekolah untuk mewujudkan hal ini adalah dengan mengirim guru-gurunya pada kegiatan-kegiatan pelatihan atau mengadakan pelatihan yang dapat menambah wawasan guru di sekolah tersebut, contohnya pelatihan PTK, pelatihan ICT (membuat bahan ajar dengan menggunakan komputer) dan lain sebagainya. Guru PAI di sekolah ini sudah menerapkan PTK dalam menyelesaikan masalah pembelajaran yang beliau hadapi. Oleh karena itu penulis memilih tempat ini sebagai tempat penelitian,

Berdasarkan fenomena tersebut, penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran Mata Pelajaran PAI di SMA Negeri 28 Jakarta”.

11

Tjutju Soendari, Penelitian Tindakan Kelas dalam Meningkatkan Prestasi Belajar ABK di Sekolah,http://file.upi.edu/Direktori Diakses pada hari Rabu, 10 November 2010 pukul 15.32.


(18)

B.Identifikasi Masalah

Dari latar belakang pemikiran di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Kurang variatifnya metode pembelajaran yang diterapkan guru

2. Banyak guru yang belum menerapkan PTK dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

3. PTK belum menjadi solusi bagi pemecahan masalah pembelajaran

4. Belum adanya kesadaran guru untuk melakukan PTK atas kemauannya sendiri

5. PTK yang dilakukan sebagian guru hanya sebagai formalitas bukan bagaimana kualitas pembelajaran dapat meningkat

6. Kurang efektifnya pelaksanaan PTK pada mata pelajaran PAI

7. Minimnya alokasi waktu dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah umum.

C.Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini penulis akan membatasi masalah yang hendak dibahas. Penelitian ini akan dibatasi pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran mata pelajaran PAI yang mencakup pelaksanaan PAI di SMAN 28 Jakarta, pelaksanaan PAI yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kurikulum yang diterapkan dalam pembelajaran PAI, dan pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru PAI di SMAN 28 Jakarta.

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka perumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28 Jakarta?

2. Apa saja kendala pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28 Jakarta?

3. Bagaimana pelaksanaan PTK pada pembelajaran mata pelajaran PAI di SMA Negeri 28 Jakarta?


(19)

E.Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMAN 28 Jakarta.

2. Untuk mengetahui apa saja kendala dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28 Jakarta.

3. Untuk mengetahui pelaksanaan PTK pada pembelajaran mata pelajaran PAI di SMA Negeri 28 Jakarta.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara akademik, penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran mata pelajaran PAI. Selain itu, penelitian ini sebagai persyaratan dalam menyelesaikan proses perkuliahan strata 1 (S1).

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan kepustakaan bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya mengenai pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran mata pelajaran PAI.

3. Secara pragmatis, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi para mahasiswa, khususnya mahasiswa PAI dan mahasiswa pada umumnya yang ingin mengadakan penelitian mengenai pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran mata pelajaran PAI.


(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Pandangan para ahli tentang penelitian tindakan (Action Research) berbeda-beda, walaupun secara paradigmatik memiliki kesamaan. Ide tentang penelitian tindakan dikembangkan oleh Kurt Lewin setelah perang dunia kedua, sebagai suatu cara penanganan masalah sosial. Kurt Lewin

mengemukakan adanya empat frase dalam melaksanakan penelitian tindakan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.1

Dalam literature berbahasa Inggris, PTK disebut dengan classroom action research, sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia penelitian adalah pemeriksaan yang teliti, kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan obyektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.2

1

M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), Cet. I, h. 6.

2

Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. ke-1. Jakarta: Balai Pustaka.1988) h. 920.


(21)

Penelitian tindakan kelas, terdiri dari tiga kata yang dapat dipahami pengertiannya sebagai berikut:3

a. Penelitian, kegiatan mencermati suatu obyek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

b. Tindakan, sesuatu gerak kegiatan yang disengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

c. Kelas, sekelompok siswa yang dalam kurun yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Batasan yang ditulis untuk pengertian tentang kelas tersebut adalah pengertian lama, untuk melumpuhkan pengertian yang salah dan difahami secara luas oleh umum dengan “ruangan tempat guru mengajar”. Kelas bukan wujud ruangan tetapi sekelompok siswa yang sedang belajar.

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas.

Menurut Supardi dalam bukunya “Penelitian Tindakan Kelas” mengatakan penelitian tindakan sebagai suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipasif, kolaboratif dan spiral, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses, isi, kompetensi dan situasi.4

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama dalam bukunya “Mengenal Penelitian Tindakan Kelas” mengatakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara

3

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi VI, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 91.

4

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet ke-4, h. 104.


(22)

kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.5

Menurut McNiff yang dikutip oleh Mulyasa mengemukakan bahwa

action research adalah: ... a form of self-reflective inquiry undertaken by participants (teacher, students or principals, for example) in social (including educational) situations in order to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practices, (b) their understanding of these practices, and (c) the situations (and institutions) in which these practices are carried out.6

Sedangkan menurut Ghony penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu proses dimana guru dan siswa menginginkan terjadinya perbaikan, peningkatan, dan perubahan pembelajaran yang lebih baik agar tujuan pembelajaran di kelas dapat tercapai secara optimal. Di samping itu, penelitian tindakan kelas adalah salah satu stategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.7

Berangkat dari pengertian para ahli tentang PTK di atas maka dapatlah diambil beberapa poin kesimpulan tentang PTK. Bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah:

a. PTK merupakan salah satu strategi pemecahan masalah di kelas, b. Penelitian yang dilakukan oleh guru,

c. Dilakukan di kelasnya sendiri,

d. Adanya perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi tindakannya, e. Tujuannnya memperbaiki kinerja guru itu sendiri, dan

f. Hasilnya yang diharapkan adalah peningkatan hasil belajar siswa kelas tersebut.

5

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Indeks, 2009), h. 9.

6

Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 151-152.

7


(23)

2. Prinsip-prinsip PTK

PTK memiliki beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru di sekolah. Prinsip tersebut diantaranya:8

a. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar

b. Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan sehingga mengganggu proses pembelajaran.

c. Metodologi yang digunakan harus cukup reliabel sehingga hipotesis yang dirumuskan cukup meyakinkan.

d. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya. e. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan

tatakrama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh pimpinan sekolah dan guru sejawat sehinggga hasilnya cepat tersosialisasi.

f. Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerjasama antara guru dan dosen).

Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya “Penelitian Tindakan Kelas” dengan memahami prinsip-prinsip dan mampu menerapkannya, kiranya apa yang dilakukan dapat berhasil dengan baik. Adapun prinsip-prinsip dimaksud adalah:9

a. Kegiatan nyata dalam situasi rutin

Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin. Menagapa? Jika penelitian dilakukan dalam situasi lain, hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya, atau dengan kata lain penelitiannya tidak dalam situasi wajar. Oleh karena itu, penelitian tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah ada.

8

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas…, h. 17. 9


(24)

b. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja

Penelitian tindakan didasarkan atas sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka atas hal-hal yang statis, peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih baik yang datang susul menyusul.

c. SWOT sebagai dasar berpijak

Penelitian tindakan harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT, terdiri atas unsur-unsur S-Strength (kekuatan), W-Weaknesses

(kelemahan), O-Opportunity (kesempatan), T-Threat (ancaman). Empat hal tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa yang dikenai tindakan. Dengan berpijak pada hal tersebut, penelitian tindakan dapat dilaksanakan hanya apabila ada kesejalanan antara kondisi yang ada pada guru dan juga pada siswa.10

d. Upaya empiris dan sistemik

Prinsip keempat ini merupakan penerapan dari prinsip ketiga. Dengan telah dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan penelitian tindakan, berarti sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya didukung oleh unsur-unsur yang kait-mengait. Jika guru mengupayakan cara mengajar baru, harus juga memikirkan tentang sarana pendukung yang berbeda dan lain sebagainya.

e. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan

SMART adalah kata bahasa Inggris yang artinya cerdas. Akan tetapi, dalam proses perencanaan kegiatan merupakan singkatan dari lima huruf bermakna. Adapun makna dari masing-masing huruf adalah sebagai berikut.

10


(25)

S = Specific, khusus, tidak terlalu umum; M = Managable, dapat dikelola, dilaksanakan; A = Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau

Achievable, dapat dicapai, dijangkau;

R = Realistic, operasional, tidak di luar jangkauan; dan T = Time-bound, diikat oleh waktu, terencana.11

Setelah penulis memaparkan prinsip-prinsip dari PTK, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pelaku PTK harus memperhatikan prinsip-prinsip dari PTK. Dengan memahami prinsip-prinsip-prinsip-prinsip tersebut maka diharapkan pelaksanaan PTK akan berjalan dengan baik dan tujuan yang diharapkanpun dapat tercapai. Prinsip tersebut yaitu tidak mengganggu aktivitas utama guru yaitu mengajar, adanya kesadaran untuk memperbaiki kinerja, dan sebagainya.

3. Langkah-langkah PTK

Dalam melaksanakan PTK ada beberapa langkah-langkah terperinci yang seharusnya diikuti oleh peneliti/guru, yaitu: 1) adanya ide awal, 2) prasurvey/temuan awal, 3) diagnosis, 4) perencanaan, 5) implementasi tindakan, 6) observasi, 7) refleksi, 8) membuat laporan.12

a. Adanya ide awal

Pada umumnya ide awal yang menggayut di PTK ialah terdapatnya permasalahan yang berlangsung di dalam suatu kelas. Ide awal tersebut diantaranya berupa upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan. Dalam penerapan PTK itu, dapat diketahui hal-hal yang perlu dilakukan peneliti demi perubahan dan perbaikan dalam kelas yang sedang diajarnya. Misalnya: guru menemukan cara mengenalkan angka kepada anak didiknya dengan membuat kartu mainan “Number.

11

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas…, h. 6-8. 12

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas...., h. 38.


(26)

b. Prasurvey

Prasurvey dimaksudkan untuk mengetahui secara detail kondisi yang terdapat di kelas yang akan diteliti. Biasanya PTK ini dilakukan oleh guru dan dosen. Bagi pengajar yang bermaksud melakukan penelitian di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, tidak perlu melakukan prasurvey karena berdasarkan pengalamannya selama dia di depan kelas sudah secara cermat dan pasti mengetahui berbagai permasalahan yang dihadapinya, baik yang berkaitan dengan kemajuan siswa, sarana pengajaran maupun sikap siswanya.

c. Diagnosis

Peneliti dari luar lingkungan kelas/sekolah perlu melakukan diagnosis atau dugaan-dugaan sementara mengenai timbulnya suatu permasalahan yang muncul di dalam satu kelas. Dengan diperolehnya hasil diagnosis, peneliti PTK akan dapat menemukan berbagai hal, misalnya strategi pengajaran, media pengajaran, dan materi pengajaran yang tepat dalam kaitannya dengan implementasi PTK.13

d. Perencanaan

Penentuan perencanaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang terkait PTK. Sementara itu, perencanaan khusus dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari siklus per siklus. Oleh karenanya dalam perencanaan khusus ini tiap kali terdapat perencanaan ulang (replanning). Hal-hal yang direncanakan diantaranya terkait dengan pendekatan pembelajaran, media dan materi pembelajaran, dan sebagainya.

e. Implementasi Tindakan

Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi apa yang diajarkan atau dibahas dan sebagainya.

13


(27)

Dalam pelaksanaan PTK ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1) PTK adalah penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru

dan siswa dalam berbagai tindakan.

2) Kegiatan refleksi (renungan, pemikiran, evaluasi) dilakukan berdasarkan pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang terjadi.

3) Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan dalam praktik pembelajaran).14

f. Pengamatan

Pengamatan, observasi atau monitoring dapat dilakukan sendiri oleh peneliti atau kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Pada saat memonitoring pengamat haruslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas penelitian. Misalnya, mengenai kinerja guru, situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian atau pembahasan materi, penyerapan siswa terhadap meteri yang diajarkan, dan sebagainya.15 g. Refleksi

Pada prinsipnya yang dimaksud dengan istilah refleksi ialah perbuatan merenung atau memikirkan sesuatu atau upaya evaluasi yang dilakukan oleh para kolaborator atau partisipan yang terkait dengan suatu PTK yang dilaksanakan. Refleksi ini dilakukan dengan kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian. Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan (replanning) selanjutnya ditentukan.

h. Penyusunan laporan PTK

Laporan hasil PTK seperti halnya jenis penelitian yang lain, yaitu disusun sesudah kerja penelitian di lapangan berakhir. Sebenarnya, PTK yang dilakukan guru lebih bersifat individual. Artinya bahwa tujuan

14

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 73.

15


(28)

utama bagi PTK adalah self-improvement melalui self-evaluation dan

self-reflection, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan mutu proses dan hasil belajar siswa.16

Dalam menerapkan PTK terdapat 8 langkah yang seharusnya diikuti oleh guru/peneliti. Langkah-langkah tersebut yaitu adanya ide awal, prasurvey/temuan awal, diagnosis, perencanaan, implementasi tindakan, observasi, refleksi dan menyusun laporan.

4. Manfaat PTK

Dengan tumbuhnya budaya meneliti pada guru dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) yang berkesinambungan, berarti kalangan guru semakin diberdayakan mengambil prakarsa profesional yang semakin mandiri, percaya diri, dan makin berani mengambil resiko dalam mencobakan hal-hal yang baru (inovasi) yang patut diduga akan memberikan perbaikan serta peningkatan pengetahuan yang dibangun dari pengalaman semakin banyak dan menjadi suatu teori tentang praktik yang erat keterkaitannya dengan perbaikan realitas sosial pembelajaran dan manfaat sebagai berikut:17

a. Pengalaman dalam penelitian tindakan kelas (PTK) akan menjadikan guru berani menyusun sendiri kurikulum dari bawah, dan menjadikan guru bersifat lebih mandiri.

b. Di samping itu, diharapkan dapat menumbuhkembangkan sikap inovatif dan budaya meneliti para guru, khususnya dalam mencari solusi terhadap permasalahan pembelajaran di dalam kelas.

c. Meningkatkan kerja sama antar guru, antar guru dengan siswa dalam memecahkan permasalahan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. d. Sebagai suatu program perbaikan pendidikan dalam pembelajaran

sekaligus merupakan program berdasar penelitian yang dilakukan terus menerus (on going process).

16

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas...., h. 38-41.

17


(29)

e. Merupakan kegiatan pengumpulan informasi tentang sistem perilaku, atau komponen kegiatan yang lengkap, terinci, bermanfaat dalam perbaikan kegiatan pembelajaran.

f. Merupakan kegiatan pengumpulan informasi selama waktu penelitian berlangsung, yang memiliki manfaat dalam penyusunan tipe-model pembelajaran dalam upaya perbaikan penyempurnaan pembelajaran dalam mencapai tujuan secara optimal.

g. Dengan penelitian tindakan kelas ini diharapkan lembaga yang diteliti dapat tumbuh menjadi lembaga yang dinamis, peneliti dapat memperoleh pengertian mendalam tentang realitas pembelajaran, sehingga temuan penelitian dapat dibuat laporan tertulis untuk keperluan praktis yang terus diuji lebih lanjut.18

Menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, manfaat PTK dapat dilihat dari manfaatnya secara umum dan khusus.

a. Manfaat Umum

Manfaat PTK bagi guru banyak sekali, diantaranya yaitu: 1) Membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran, 2) Meningkatkan profesionalitas guru,

3) Meningkatkan rasa percaya diri guru,

4) Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.19

5) Inovasi pembelajaran

6) Pengembangan kurikulum di tingkat regional atau nasional.20

b. Manfaat Khusus PTK

1) Menumbuhkan Kebiasaan Menulis

Dengan melakukan PTK, guru menjadi terbiasa menulis, dan sangat baik dampaknya terutama bila guru sekolah negeri atau PNS akan naik pangkat, khususnya dari gol. IVA ke IVB, karena guru diharuskan menulis karya tulis. Begitupun bagi guru sekolah swasta,

18

M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 30-31. 19

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14. 20


(30)

PTK sangat penting untuk meningkatkan apresiasi, dan profesionalisme guru dalam mengajar. Apalagi dengan adanya program sertifikasi guru dari pemerintah.

2) Menumbuhkan Budaya Meneliti

Selain itu, PTK akan menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru yang merupakan dampak dari pelaksanaan tindakan secara berkesinambungan, maka manfaat yang dapat diperoleh secara keseluruhan yaitu label inovasi pendidikan karena para guru semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa profesional secara lebih mandiri. Sikap mandiri akan memicu lahirnya “percaya diri” untuk mencoba hal-hal baru yang diduga dapat menuju perbaikan sistem pembelajaran. Sikap ingin selalu mencoba akan memicu peningkatan kinerja dan profesionalisme seorang guru secara berkesinambungan. Sehingga proses belajar sepanjang hayat terus terjadi pada dirinya.21

3) Menggali Ide Baru

Melakukan PTK berarti kita juga dipaksa untuk berfikir masalah apa saja yang terjadi dalam kelas dan menjadi bahan untuk melakukan PTK. Oleh sebab itu maka PTK juga memupuk seorang guru untuk menggali ide-ide baru yang segar.

4) Melatih Pemikiran Ilmiah

Adanya masalah yang dirasakan sendiri oleh guru dalam pembelajaran di kelasnya merupakan awal dimulainya PTK. Masalah tersebut dapat berupa masalah yang berhubungan dengan proses dan hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan harapan guru atau hal-hal lain yang berkaitan dengan perilaku mengajar guru dan perilaku belajar siswa. Guru diarahkan untuk berfikir ilmiah, melalui masalah yang mereka temukan.22

21

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14.

22

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14-15.


(31)

5) Mengembangkan Keterampilan

Tujuan utama PTK adalah mengubah perilaku pengajaran guru, perilaku siswa di kelas, peningkatan atau perbaikan praktik pembelajaran, dan atau mengubah kerangka kerja pelaksanaan pembelajaran kelas yang diajar oleh guru tersebut sehingga terjadi peningkatan layanan professional guru dalam menangani proses pembelajaran. Jadi, PTK lazimnya dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di ruang kelas.

6) Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kelas

PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. Di ruangan kelas, menurut Cohen & Manion (1980: 211) PTK berfungsi sebagai:

a) Alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi pembelajaran di kelas;

b) Alat pelatihan jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan metode baru serta mendorong timbulnya kesadaran diri, khususnya melalui pengajaran sejawat;

c) Alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovasi (secara alami) ke dalam sistem yang ada;

d) Alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan peneliti;

e) Alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subjektif,

impresionistic terhadap pemecahan masalah kelas;

f) Alat untuk mengembangkan keterampilan guru yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi berbagai permasalahan pembelajaran aktual yang dihadapi di kelasnya.23

23

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 15-16.


(32)

Menurut Kunandar dalam bukunya Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, manfaat PTK dapat dilihat dari dua aspek, yakni aspek akademis dan aspek praktis.24

a. Manfaat aspek akademis adalah untuk membantu guru menghasilkan pengetahuan yang sahih dan relevan bagi kelas mereka untuk memperbaiki mutu pembelajaran dalam jangka pendek.

b. Manfaat praktis dari pelaksanaan PTK antara lain: (1) merupakan pelaksanaan inovasi dari bawah. Peningkatan mutu dan perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan guru secara rutin merupakan wahana pelaksanaan inovasi pembelajaran. Oleh karena itu, guru perlu selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan dan meningkatkan pendekatan, metode, maupun gaya pembelajaran sehingga dapat melahirkan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik kelas; (2) pengembangan kurikulum di tingkat sekolah, artinya dengan guru melakukan PTK, maka guru telah melakukan implementasi kurikulum dalam tataran praktis, yakni bagaimana kurikulum itu dikembangkan dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi, sehingga kurikulum dapat berjalan secara efektif melalui proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. 25 Akhirnya, inovasi pembelajaran yang “tumbuh dari bawah” itu dengan sendirinya akan jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan yang dilakukan melalui penataran-penataran untuk tujuan serupa. Karena penataran tidak jarang berangkat dari teori yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan guru secara individual bagi pemecahan persoalan pembelajaran khususnya dan implementasi program sekolah umumnya yang tengah dihadapinya, baik kurikuler maupun ekstra kurikuler.26

24

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 68.

25

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru.., h. 68.

26

Tim Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research),


(33)

Upaya meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi saat menjalankan tugasnya akan memberi dampak positif ganda. Pertama, peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan pembelajaran yang nyata. Kedua, peningkatan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil belajar. Ketiga, peningkatan keprofesionalan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Keempat, penerapan prinsip pembelajaran berbasis penelitian.27

5. Keunggulan PTK

Ada beberapa keunggulan dari PTK dibandingkan dengan penelitian yang lain. Keunggulan-keunggulan itu antara lain adalah:

a. Praktis dan langsung relevan untuk situasi yang aktual. b. Kerangka kerjanya yang teratur

c. Berdasarkan pada observasi nyata dan objektif d. Fleksibel dan adaptif.

e. Dapat digunakan untuk inovasi pembelajaran.

f. Dapat digunakan untuk mengembangkan kurikulum tingkat kelas.

g. Dapat digunakaan untuk meningkatkan kepekaan atau profesionalisme guru.28

Keunggulan penelitian tindakan kelas (PTK) ini ketika guru melakukan kegiatan penelitian adalah:

a. Para guru tidak harus meninggalkan tempat kerjanya

b. Para guru dapat merasakan hasil dari tindakan yang telah direncanakan c. Perlakuan (treatment) dilakukan pada siswa sehingga mereka dapat

merasakan hasil perlakuan (treatment) tersebut dalam kegiatan pembelajaran mereka.29

27

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 3.

28

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 17.

29


(34)

Namun demikian, PTK sebagai salah satu metode penelitian memiliki beberapa keterbatasan, yang diantaranya: validitasnya masih sering disangsikan, tidak dimungkinkan melakukan generalisasi karena sampel sangat terbatas, peran guru yang „one man show’ bertindak sebagai pengajar dan sekaligus peneliti sering membuat dirinya menjadi sangat repot.30

B.Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Untuk mendapatkan pemahaman yang jelas tentang pengertian Pendidikan Agama Islam, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan arti pendidikan itu sendiri agar pembahasan mengenai arti Pendidikan Agama Islam bisa lebih terarah.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan adalah “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses, perbuatan, cara mendidik.”31

Kedewasaan yang dimaksud adalah ia harus dapat menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab sendiri.32

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 bab I Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.33

Dalam arti luas makna pendidikan adalah suatu usaha yang sadar yang teratur dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi

30

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14.

31

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), cet. Ke-2, h. 263.

32

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), cet. Ke-13, h. 19.

33

Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafik, 2009), Cet. Ke-2, h. 3.


(35)

tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Sedangkan definisi yang kiranya lebih tegas yaitu pendidikan merupakan bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada siswa dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa.34

Kenyataannya, pengertian pendidikan ini selalu mengalami perkembangan, meskipun secara esensial tidak jauh beda. Berikut ini dikemukakan sejumlah pengertian pendidikan yang diberikan oleh para ahli, menurut Langeveld, yang dikutif oleh Hasbullah pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu. Pengaruh datangnya dari orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, yang ditujukan kepada orang yang belum dewasa.35

Ahmad D. Marimba mendefinisikan pendidikan merupakan bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani siswa menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Ada beberapa unsur yang terdapat dalam pendidikan antara lain yaitu, usaha yang dilakukan secara sadar, ada pendidik, ada yang dididik, mempunyai dasar dan tujuan, dan ada alat-alat yang dipergunakan.36

Dari beberapa pengertian pendidikan yang diberikan para ahli tersebut, meskipun berbeda secara redaksional, namun secara esensial terdapat kesatuan unsur-unsur atau faktor-faktor yang terdapat di dalamnya, yaitu bahwa pengertian pendidikan tersebut menunjukkan suatu proses bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti pendidik, anak didik, tujuan dan sebagainya.

Penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan manusia untuk membantu perkembangan jasmani dan rohani

34

Amir Daien Indrakusuma, Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), h. 27. 35

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), Edisi Revisi, h. 2.

36

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1989), cet. Ke-VIII, h. 19.


(36)

siswa dalam rangka membentuk kepribadian yang berkualitas menuju arah pendewasaan.

Setelah penulis uraikan pengertian tentang pendidikan secara umum, penulis akan menguraikan pengertian Pendidikan Agama Islam menurut para ahli. Menurut Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh siswa agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.37

Nur Uhbiyati menjelaskan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim.38 Menurut Marimba kepribadian muslim yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.39

Tayar Yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT. Sedangkan menurut A. Tafsir Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.40

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber

37

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 130.

38

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), cet. II, h. 11.

39

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam..., h. 9. 40

Abdul majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h. 130.


(37)

utamanya kitab suci Al-qur’an dan Al-hadits melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.41

Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.42

Dari sekian banyak pengertian Pendidikan Agama Islam di atas pada dasarnya saling melengkapi dan memiliki tujuan yang tidak berbeda, yakni agar siswa dalam aktivitas kehidupannya tidak lepas dari pengamalan agama, berakhlak mulia dan berkepribadian sesuai dengan ajaran agama Islam. Dengan demikian bahwa Pendidikan Agama Islam yang diselenggarakan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan menekankan bukan hanya pada pengetahuan tentang Islam, tetapi juga terutama pada pelaksanaan dan pengamalan agama siswa dalam seluruh kehidupannya.

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan bimbingan terhadap siswa agar berkembang fitrah keberagamaannya melalui pengajaran agama Islam sehingga siswa dapat memahami, menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dan ajaran agama tersebut dijadikannya sebagai pedoman hidupnya atau pandangan hidupnya.

Mengingat betapa pentingnya pendidikan agama Islam dalam mewujudkan harapan setiap orang tua, masyarakat, dan membantu terwujudnya tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan agama Islam harus diberikan dan dilaksanakan di sekolah dengan sebaik-baiknya.43

41

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 21.

42

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi,

(Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa, 2000), cet. Ke-I, h. 31. 43

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h. 140.


(38)

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Sebelum lebih jauh menjelaskan tujuan pendidikan Islam terlebih dahulu dijelaskan apa sebenarnya makna dari tujuan tersebut. Secara etimologi, tujuan adalah “arah, maksud atau haluan.” Dalam bahasa arab, “tujuan diartikan dengan kata “ahdaf”, sementara dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan kata „purpose’. Secara terminologi, tujuan berarti sesuatu yang

diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai.44

Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah umum adalah segala upaya penyampaian ilmu pengetahuan agama Islam tidak hanya untuk difahami dan dihayati, tetapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya kemampuan siswa dalam melaksanakan wudhu, shalat, puasa, dan ibadah-ibadah lain yang sifatnya hubungan dengan Allah dan juga kemampuan siswa dalam beribadah yang sifatnya hubungan antara sesama manusia, misalnya zakat, shadaqah, dan lain-lain termasuk ibadah dalam arti luas.45

Tujuan pendidikan di Indonesia di dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, yaitu: “Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.46

Tujuan pendidikan berfungsi memberikan arah terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga diharapkan terhindar dari segala bentuk penyimpangan, dan tindakan yang kurang efektif dalam pelaksanaan pendidikan. Tujuan pendidikan juga merupakan faktor yang sangat penting, karena merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidikan itu. Demikian

44

Armai Arief, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet. Ke-1 h. 15.

45

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama & Perkembangan Watak bangsa, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 38.

46


(39)

pula halnya dalam pendidikan agama, maka tujuan pendidikan agama itulah yang hendak dicapai dalam kegiatan atau pelaksanaan pendidikan agama.

Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.47

Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran PAI, yaitu (1) dimensi keimanan siswa terhadap ajaran agama Islam; (2) dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan siswa terhadap ajaran agama Islam; (3) dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan siswa dalam menjalankan ajaran Islam; dan (4) dimensi pengamalannya dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah diimani, difahami, dan dihayati atau diinternalisasi oleh siswa mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan, dan mentaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertakwa pada Allah SWT dan merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara.48

Ahmad Tafsir menyatakan bahwa, tujuan Pendidikan Agama Islam itu harus meliputi tiga kawasan (daerah binaan, domain), yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.49 Untuk kawasan kognitif, tujuannya adalah mengembangkan atau membina pemahaman agama Islam, selain itu kemampuan baca tulis huruf Alquran dan Tarikh Islam agar siswa faham akan ajaran Islam. Pembinaan afektif bertujuan agar siswa menerima ajaran

47

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h. 135.

48

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. III, h. 78.

49

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. IX, h. 86.


(40)

Islam. Pembinaan psikomotor bertujuan agar siswa terampil melakukan ajaran Islam dalam kehidupannya sehari-hari.50

Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.51

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah peningkatan keimanan, pemahaman, pengetahuan, pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara. Dengan kata lain dapat dikatakan juga bahwa tujuan akhir dari Pendidikan Agama Islam adalah membentuk manusia muslim yang bertakwa kepada Allah yang selalu mengerjakan perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya.

Oleh karena itu berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi siswa yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak.52

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup pelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi lima unsur pokok, yaitu: Al-qur’an, keimanan, akhlak, Fiqh dan bimbingan ibadah, serta tarikh/sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.53

50

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam..., h. 86. 51

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam..., h. 22. 52

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h. 136.

53

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah..., h. 79.


(41)

Pada tingkat Sekolah Dasar (SD) penekanan diberikan kepada empat unsur pokok, yaitu: keimanan, ibadah, Al-qur’an. Sedangkan pada Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di samping ke empat unsur pokok di atas maka unsur pokok syariah semakin dikembangkan. Unsur pokok tarikh diberikan secara seimbang pada setiap satuan pendidikan.54

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam secara garis besar, mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan, antara:

a. Hubungan manusia dengan Allah SWT b. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri c. Hubungan manusia dengan sesama manusia

d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.55

Di dalam KTSP ruang lingkup Pendidikan Agama Islam yaitu kelompok mata pelajaran agama dimaksudkan untuk membentuk siswa menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.56

Standar kompetensi kelompok mata pelajaran agama bertujuan membentuk siswa menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Tujuan tersebut dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olahraga, dan kesehatan.57

Adapun standar kompetensi kelompok mata pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk tingkat SMA adalah:

a. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja.

54

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam...., h. 22. 55

Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problema Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), cet. II, h. 53.

56

Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 47.

57


(42)

b. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, golongan sosial ekonomi, dan budaya dalam tatanan global.

c. Berpartisipasi dalam penegakkan aturan-aturan sosial

d. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat

e. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain

f. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui berbagai cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi yang mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan

g. Menjaga kebersihan, kesehatan, ketahanan dan kebugaran jasmani dalam kehidupan sesuai dengan tuntunan agama

h. Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara bertanggung jawab.58

4. Faktor-Faktor Penghambat dan Penunjang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang berlangsung di sekolah masih mengalami banyak kelemahan. Mengutip dari Maftuh Basyuni bahwa Pendidikan Agama Islam yang berlangsung saat ini cenderung lebih mengedepankan aspek kognisi (pemikiran) dari pada afeksi (rasa) dan psikomotorik (tingkah laku).

Menurut Towaf yang dikutif oleh Muhaimin bahwa adanya faktor penghambat dalam Pendidikan Agama Islam di sekolah, antara lain: (1) pendekatan masih cenderung normative, dalam arti pendidikan agama menyajikan norma-norma yang sering kali tanpa ilustrasi konteks sosial budaya, sehingga siswa kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian; (2) kurikulum Pendidikan Agama Islam dirancang di sekolah sebenarnya lebih menawarkan minimum kompetensi atau minimum informasi, tetapi pihak guru PAI sering kali terpaku padanya, sehingga semangat untuk memperkaya kurikulum dengan pengalaman

58


(43)

belajar yang bervariasi kurang tumbuh; (3) sebagai dampak yang menyertai situasi tersebut di atas, maka guru PAI kurang berupaya menggali berbagai metode yang mungkin bisa dipakai untuk pembelajaran agama, sehingga pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton; (4) keterbatasan sarana/prasarana, sehingga pengelolaan cenderung seadanya. Pembelajaran agama yang diklaim sebagai aspek yang penting sering kali kurang diberi prioritas dalam urusan fasilitas.59

Mengutip dari Abuddin Nata bahwa salah satu masalah yang sering dikemukakan para pengamat pendidikan Islam adalah adanya kekurangan jam pelajaran untuk pengajaran agama Islam yang disediakan di sekolah-sekolah umum seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Umum dan seterusnya.60

Mengingat pendidikan agama yang diberikan sekolah hanya dua jam pelajaran dalam satu minggu, yang sesungguhnya merupakan hambatan, tetapi ini dapat diatasi oleh semua penanggung jawab pendidikan, antara lain melalui keluasan, kedalaman atau penambahan jumlah jam pelajaran oleh sekolah atau juga dengan dasar integrasi tanggung jawab pendidikan agama, yaitu bukan hanya oleh guru agama, tetapi juga oleh kepala sekolah dan semua guru di sekolah yang bersangkutan. Demikian pula perlunya kerja sama antara keluarga, sekolah dan masyarakat dalam rangka melaksanakan prinsip keterpaduan.61

Telah dipaparkan beberapa faktor pelemah atau penghambat dalam pelajaran PAI di sekolah, selain faktor penghambat terdapat pula faktor penunjang. Artinya bahwa hal-hal yang berhubungan dengan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi pelaksanaan keberhasilan Pendidikan Agama Islam.62

59

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah Madrasah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 23.

60

Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, (Bogor: Kencana, 2003), h. 22.

61

Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa...., h. 41. 62

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi..., h. 25.


(44)

Faktor-faktor penunjang itu diantaranya adalah: a. Hasil yang diharapkan

Rumusan tujuan pendidikan agama adalah sebagai hasil yang diharapkan. Tujuan tersebut eksplisit terdapat dalam rumusan-rumusan tujuan pendidikan yang secara hirarkis tercantum dalam kurikulum persekolahan yaitu tujuan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler dan tujuan instruksional.

b. Materi dan alokasi waktu

Materi dan alokasi waktu yang disediakan untuk mencapai tujuan diperlukan materi. Makin jelas tujuan pendidikan agama itu makin jelas pula materi yang diperlukan.

c. Metode

Terumuskannya tujuan pendidikan agama secara jelas dan ditetapkannya materi yang jelas lagi terarah untuk mencapai tujuan itu, belumlah merupakan jaminan keberhasilan pendidikan agama. Salah satu faktor lain yang langsung berkaitan dengan materi adalah metode dan teknik pengajaran yang dipilih secara tepat dan strategis.

d. Siswa sebagai peserta didik

Pengalaman empirik menunjukkan bahwa kondisi awal siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah sangat beragam, terutama di tingkat sekolah lanjutan. Keragaman siswa tersebut dilatarbelakangi oleh asal sekolah dan pendidikan orang tua di lingkungan keluarga, serta dari pengalaman keagamaan yang dijalaninya. e. Orang tua siswa

Orang tua atau orang dewasa lainnya merupakan pendidik di dalam keluarga. Tidak semua masalah-masalah pendidikan di sekolah dapat diselesaikan sendiri oleh sekolah. Ia memerlukan bantuan keluarga siswa, apalagi pendidikan agama.

f. Lingkungan pendidikan

Pendidikan agama secara langsung menyentuh esensi yang sangat mendasar pada diri anak, terutama dari segi nilai, sikap, dan atau


(45)

pengalaman agamanya. Dapat dipastikan sekolah akan memberikan nilai, sikap, dan tuntutan perilaku serta contoh keagamaan yang positif. Demikian keberhasilan pendidikan agama atau juga bahkan sebaliknya, kegagalannya akan dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungannya, antara lain kontribusi dari teman sejawat, keluarga, media massa dan lain-lain. Namun sekarang bagaimana menciptakan agar lingkungan dapat diwujudkan sebagai lingkungan yang menunjang secara positif bagi pendidikan agama.

g. Guru agama

Keberhasilan atau kegagalan pendidikan agama sering dialamatkan kepada guru agama sebagai sumber utama. Seorang guru agama harus dapat menjalankan tugasnya secara professional dan menjadi panutan bagi siswanya.63

Jadi dapat disimpulkan bahwa kelemahan dari pelaksanaan Pendidikan Agama Islam lebih banyak bermuara pada aspek metodologi pembelajaran PAI dan orientasinya yang lebih bersifat normatif, teoritis, dan kognitif. Aspek lainnya yang banyak disoroti adalah menyangkut aspek muatan kurikulum atau materi pendidikan agama, sarana pendidikan agama, termasuk di dalamnya buku-buku dan bahan ajar pendidikan agama.

Adapun faktor penunjang Pendidikan Agama Islam diantanya: hasil yang diharapkan, materi dan alokasi waktu, metode, siswa sebagai peserta didik, orang tua siswa, lingkungan pendidikan, dan guru agama. Keberhasilan Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah lebih banyak ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan guru agama dalam mengelola dan melaksanakan proses pembelajaran.

63

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi..., h. 25-28.


(1)

LEMBAR UJI REFERENSI

Bab No Judul dan Halaman Buku Paraf

Pembimbing

I

1.

Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafik, 2009), Cet. II, h. 7.

2.

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: BumiAksara, 2009), Cet. IX, h. 3.

3. Oemar Hamalik, Proses Belajar..., h. 3. 4.

Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. I, h. 8.

5.

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 2.

6.

Tjutju Soendari, Penelitian Tindakan Kelas dalam Meningkatkan Prestasi Belajar ABK di Sekolah, http://file.upi.edu/Direktori Diakses pada hari Rabu, 10 November 2010 pukul 15.32.

7.

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Indeks, 2009), h. 9.

8. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas...., h. 41.

8.

Wawancara Pribadi dengan Mulyadi adalah sebagai KEPSEK di SDN Lebakwangi II, tgl. 28 Januari 2010 di Ruang Guru.

10.

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)..., h. 4.

11.

Tjutju Soendari, Penelitian Tindakan Kelas dalam Meningkatkan Prestasi Belajar ABK di Sekolah, http://file.upi.edu/Direktori Diakses pada hari Rabu, 10 November 2010 pukul 15.32.

II 1.

M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), Cet. Ke-1, h. 6.

2.

Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. ke-1. Jakarta: Balai Pustaka.1988) h. 920.

3.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi VI, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 91.


(2)

4.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet ke-4, h. 104.

5.

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Indeks, 2009), h. 9.

6.

Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 151-152.

7. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas…, h. 8.

8. M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 8.

9. M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 8.

10.

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal

Penelitian Tindakan Kelas…, h. 17.

11. Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas…, h. 6.

12.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas…, h. 6-8.

13. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas...., h. 38.

14. M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 70.

15.

M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 71.

16. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas...., h. 38-41.

17.

M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 29-30.

18.

M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 30-31.

19.

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14.

20. Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian tindakan Kelas..., h. 108.

21. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14.


(3)

22.

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14-15.

23. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 15-16.

24.

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 68.

25.

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru.., h. 68.

26.

Tim Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), (Jakarta: Depdikbud, 1999), h. 18.

27.

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 3. 28. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal

Penelitian Tindakan Kelas..., h. 17.

29. M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 2.

30. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14.

31.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), cet. Ke-2, h. 263.

32.

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), cet. Ke-13, h. 19.

33.

Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafik, 2009), Cet. Ke-2, h. 3.

34. Amir Daien Indrakusuma, Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), h. 27.

35.

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), Edisi Revisi, h. 2.

36.

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1989), cet. Ke-VIII, h. 19.

37.

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-III, h. 130.

38. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), cet. II, h. 11.


(4)

40. Abdul majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h. 130.

41.

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 21.

42.

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi, (Jakarta:

Gemawindu Pancaperkasa, 2000), cet. Ke-I, h. 31. 43.

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), cet. I, h. 140.

44.

Armai Arief, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet. Ke-1 h. 15.

45. Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama & Pembangunan Watak Bangsa..., h. 38.

46. Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003)..., h. 7.

47. Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h. 135.

48.

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet.Ke-3, h. 78. 49.

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-IX, h. 86.

50. Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam..., h. 86.

51. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam..., h. 22.

52.

Abdul Rahman Shaleh,Pendidikan Agama & Pembangunan Watak Bangsa..., h. 92.

53.

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h. 136.

54.

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah..., h. 79.

55. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam...., h. 22.

56.

Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problema Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), cet. II, h. 53.


(5)

Suatu Panduan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 47.

58.

Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan..., h. 97.

59.

Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan..., h. 94-95.

60.

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah Madrasah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 23. 61.

Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia,

(Bogor: Kencana, 2003), h. 22. 62.

Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa...., h. 41.

63.

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi..., h. 25.

64.

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi..., h. 25-28.

III 1.

P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 2.

2.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi VI, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 155.

3.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek..., h. 227.

4.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek..., h. 158.

5.

Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-14, h. 85.

6.

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 241.

IV 1.

Buku Panduan SMA Negeri 28 Jakarta tahun pelajaran 2010-2011, h. 4.

2. Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di SMA


(6)

Negeri 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru.

3.

Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta, tgl. 11 Januari 2011.

4.

Wawancara Pribadi dengan Suhartoyo adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta, tgl. 24 Februari 2011.

5.

Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai

Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning, oleh Dra. Siti Mas’amah. 6.

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 68. 7.

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 25.

8.

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi..., h. 28.

9.

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 73.

Jakarta, Juni 2011 Yang Mengesahkan Pembimbing