semakin tinggi Garg, Aggarwal, Garg dan Singla, 2002. Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viskometer. Sediaan krim yang dibuat dimasukkan
dalam cup dan spindel yang berfungsi sebagai pengaduk juga dimasukkan ke dalam cup. Alat dinyalakan sehingga spindel akan berputar. Jarum penunjuk akan
menunjukkan suatu angka yang menunjukkan sebagai nilai viskositas sediaan yang diuji Voigt, 1995.
2. Daya sebar
Daya sebar merupakan kemampuan sediaan menyebar pada saat pengaplikasian di permukaan kulit. Daya sebar adalah karakteristik penting dalam formulasi sediaan
topikal dan bertanggungjawab dalam pelepasan bahan atau obat Garg dkk., 2002. Untuk melakukan uji daya sebar, sejumlah krim diletakkan di atas kaca bundar.
Bagian atasnya diberi kaca yang sama, diletakkan beban, dan diberi rentang waktu sekitar 1 menit. Diameter penyebaran krim dapat diukur saat sediaan berhenti
menyebar Voigt, 1995.
G. HET-CAM
Hen’s Egg Test-Chorioallantoic Membran HET-CAM merupakan suatu metode pengujian untuk mengetahui ada tidaknya daya iritasi yang disebabkan oleh
bahan kimia. Dalam HET-CAM, bahan kimia dioleskan pada membran chorioallantoic
telur ayam. Efek yang muncul dapat berupa hemoragi, koagulasi,
lisis NIH, 2010. Jika terdapat potensi iritasi akut, maka dampaknya akan dapat terlihat pada chorioallantoic membrane telur ayam fertil yang berumur 9-10 hari EC
VAM DB-ALM, 2007. Chorioallantoic membrane CAM merupakan membran ekstra embrionik yang mengandung banyak kapiler darah Ribatti, 2012.
Hemoragi merupakan percabangan yang terjadi pada pembuluh darah, lisis adalah pecahnya pembuluh darah, serta koagulasi merupakan denaturasi protein intra
dan ekstra vaskular. Hemoragi, lisis dan koagulasi dihitung dalam satuan detik. Dalam uji HET-CAM menggunakan NaCl 0,9 sebagai kontrol negatif dan
menggunakan 0,1 N NaOH sebagai kontrol positif. Hasil yang diperoleh, dikonversikan ke dalam persamaan irritating score IS yang ditunjukkan pada rumus
1NIH, 2006.
……….....1
Tabel I. Indeks iritasi primer uji HET-CAM
Irritation Score Kategori
0-0,9 Tidak mengiritasi
1-4,9
Sedikit mengiritasi
5-8,9
Cukup mengiritasi
9-21 Sangat mengiritasi
Cazedey, Carvalho, Fiorentino, Gremiao, dan Salgado 2009.
H. Desain faktorial
Desain faktorial adalah aplikasi persamaan regresi yang digunakan untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel
bebas. Penelitian desain faktorial dilakukan dengan proses penentuan faktor dan level
yang akan diteliti serta juga respon yang hendak diteliti. Respon yang diukur harus dapat diekspresikan dalam bentuk numerik. Desain faktorial yang paling sederhana
adalah menggunakan dua faktor faktor A dan B dan dua level level rendah dan level tinggi. Metode desain faktorial digunakan untuk mengetahui efek-efek yang
ditimbulkan oleh sejumlah faktor yang simultan Bolton,1997.
Tabel II. Rancangan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level
Formula Faktor A
Faktor B Interaksi
1 -
- +
a +
- -
b -
+ -
ab +
+ +
Keterangan : -
= level rendah + = level tinggi
Keterangan : Formula 1 : Formula dengan faktor A pada level rendah, dan faktor B
pada level rendah Formula a : Formula dengan faktor A pada level tinggi, dan faktor B
pada level rendah Formula b : Formula dengan faktor A pada level rendah, dan faktor B
pada level tinggi Formula ab : Formula dengan faktor A pada level tinggi, dan faktor B
pada level tinggi Bolton, 1997.
Rumus yang berlaku dalam desain faktorial :
Y = b + b
1
X
A
+ b
2
X
B
+ b
12
X
A
X
B
....................................................................2 Keterangan :
Y = respon hasil atau sifat yang diamati yaitu viskositas dan daya sebar
X
A
, X
B
= level faktor A dan level faktor B b
,b
1
,b
2
,b
12
= koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan Bolton, 1997.
I. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses penarikan kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman dengan menggunakan suatu pelarut. Salah satu cara ekstraksi adalah
maserasi. Maserasi sering digunakan dalam proses ekstraksi dikarenakan mudah dilakukan. Bahan simplisia dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope berupa
serbuk kasar atau telah dipotong potong kemudian direndam dengan pelarut yang digunakan. Semakin besar perbandingan antara simplisia terhadap cairan
pengekstraksi, maka hasil yang didapatkan akan semakin banyak Voigt, 1995.
J. Landasan teori