Perkembangan Iman Peran Pendidikan Agama Katolik (PAK) dalam meningkatkan perkembangan iman siswa kelas VIII SMP Katolik Santo Paulus Jakarta.

35 mulai mencari identitas diri dan menjalin hubungan pribadi dengan Tuhan. Namun identitas mereka belum benar-benar terbentuk, sehingga mereka juga masih melihat orang lain biasanya teman sebaya untuk panduan moral. Iman mereka tidak dapat dipertanyakan dan sesuai dengan standar masyarakat. Tahap ini pada umumnya terdapat pada pengikut agama yang terorganisasi, sekitar 50 persen orang dewasa mungkin tidak akan melewati tahap ini. d. Iman individual-reflektif 21-35, awal dewasa Mereka yang bisa mencapai tahap ini mulai memeriksa iman mereka dengan kritis dan memikirkan ulang kepercayaan mereka, terlepas dari otoritas eksternal dan norma kelompok. Pada tahap ini masalah orang muda umumnya terkait dengan pasangan hidup, sehingga perpindahan ke tahap ini bisa dipicu oleh perceraian, kematian seorang teman, atau peristiwa-peristiwa lainnya yang menimbulkan stres. e. Iman konjungtif 30 tahun ke atas Pada usia paruh baya, orang jadi semakin menyadari batas-batas akalnya. Mereka memahami adanya paradoks dan kontradiksi dalam hidup, dan sering menghadapi konflik antara memenuhi kebutuhan untuk diri sendiri dengan berkorban untuk orang lain. Ketika mulai mengantisipasi kematian, mereka dapat mencapai pemahaman dan penerimaan lebih dalam, yang diintegrasikan dengan iman yang mereka miliki sebelumnya. f. Iman universal usia 60-65 tahun ke atas Pada tahap ini terakhir yang jarang dapat dicapai ini, terdapat para pemimpin moral dan spiritual, seperti Mahatma Gandhi, Martin Luther King, dan 36 Bunda Teresa, yang visi dan komitmennya terhadap kemanusiaan menyentuh begitu banyak orang. Mereka digerakkan oleh keinginan untuk “berpartisipasi dalam sebuah kekuatan yang menyatukan dan mengubah dunia”, namun tetap rendah hati, sederhana, dan manusiawi. Karena sering mengancam kekuasaan, mereka kerap menjadi martir dan meski mencintai kehidupan, mereka tidak terikat padanya.

4. Ruang Lingkup Perkembangan Iman

a. Keluarga

Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dalam pengembangan iman anak. Dalam keluarga, anak mendapatkan pewartaan iman awal dan mengembangkan panggilan rohani mereka. Lumen Gentium art 11 menyatakan bahwa: Dalam Gereja-keluarga hendaknya orang tua dengan perkataan maupun teladan menjadi pewarta iman pertama bagi anak-anak mereka; orang tua wajib memelihara panggilan mereka masing-masing secara istimewa panggilan rohani GE art 11. Bahkan dalam Gereja-keluarga bukan hanya orangtua yang bertugas mewartakan Injil kepada anaknya, tetapi orangtua pun mendapat pewartaan dari anak mereka. Dengan demikian, ada pewartaan timbal balik dalam keluarga. Anak pun dilibatkan dalam pewartaan dalam keluarga. Dalam keluarga anak belajar untuk ikut ambil bagian dalam kehidupan doa bersama, dan bahkan mendapat kesempatan untuk memimpin doa keluarga, dalam keluarga anak dapat terlibat dalam upaya mendalami iman bersama, ketika anak mulai bertanya soal iman kepada orangtua mereka. Dalam keluarga, anak belajar terlibat dalam pelayanan 37 kasih bagi anggota-anggota keluarga yang lain, siap menolong bila ada anggota keluarga yang membutuhkan pertolongan. Dengan begitu, anak mulai terlibat dalam Gereja-Keluarga yang melambangkan kasih Allah kepada Gereja-Nya. Dalam keluarga pula, anak belajar ikut mendengar dan didengarkan pendapatnya, ikut menampilkan Gereja yang melibatkan dan mengembangkan. Keluarga merupakan lingkungan yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak. Keluarga disebut sebagai pendidikan yang pertama dan utama, serta merupakan peletak fondasi dari karakter dan pendidikan setelahnya. Proses pendidikan bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam pergaulan dalam lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan. Keluarga memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan iman anak.

b. Sekolah

Noor Freswinda 1993:36 menyatakan subyek yang terpenting dalam lingkup sekolah adalah guru dan murid. Hubungan guru dan murid, antara murid dan murid, antara guru dan guru, aturan dan tatatertib yang dibuat dijiwai semangat Kristiani akan membantu murid dan guru untuk mengembangkan imannya. Mengingat bahwa tugas orang tua dalam perkembangan iman anak amatlah berat maka, dibutuhkan lembaga lain agar dapat membantu mengembangkan iman anak secara maksimal, dalam hal ini adalah sekolah. Lembaga sekolah membantu orang tua dalam mengembangkan kemampuan intelektual, afeksi dan ketrampilan dengan sistem kerja yang terprogram. 38 Sekolah menyiapkan anak agar mempunyai bekal yang memadai dimasa mendatang. Sekolah adalah partner orang tua dalam mendidik anak. Secara khusus dalam sekolah Katolik pada hakekatnya membantu dan melengkapi tugas dan peran utama orang tua dalam mendampingi, membimbing anak-anak, baik dalam bidang intelektual, iman, maupun moral. Jadi sekolah mempunyai tanggungjawab besar bagi perkembangan iman anak. Dalam buku ajaran pedoman Gereja tentang pendidikan Katolik dikatakan: …sekolah harus mendorong murid melatih pikirannya melalui pemahaman yang dinamis guna mendapatkan kejelasan dan kekayaan akal. Sekolah harus mendorong murid mengupas arti pengalaman- pengalamannya dan kebenaran dari pengalaman itu. Tiap sekolah yang melalaikan kewajiban itu dan yang hanya menyampaikan kesimpulan- kesimpulan yang terjadi, sekolah tersebut menghambat perkembangan pribadi murid-muridnya Sewaka. 1992: art 27. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa PAK adalah pelajaran yang bertujuan agar peserta didik mampu menggumuli pengalaman hidupnya dan mampu menjadi manusia yang beriman. Pewartaan iman Kristiani menjadi pendorong pentingnya pelajaran agama di sekolah sebagai tempat pendidikan iman peserta didik agar memiliki dan hidup berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur.

c. Gereja

Adisusanto 2000: 1 menyatakan bahwa tugas Gereja sebagai pendidik iman terealisasi melalui katekese. Katekese menjadi sarana pendidikan iman. Katekese merupakan salah satu bentuk pewartaan Gereja, yang bertujuan membantu orang beriman agar iman mereka makin mendalam dan agar mereka 39 makin terlibat dalam hidup menggereja dan masyarakat, baik sebagai pribadi maupun sebagai kelompok. Anak perlu tumbuh dalam iman. Gereja bertugas mendampingi anak agar langkah demi langkah makin mendalami misteri keselamatan, merayakannya dalam liturgi serta menghayatinya dalam hidup sehari-hari, sampai menjadi anggota Tubuh Kristus yang dewasa. Hal ini ditegaskan dalam Gravissimum Educationis art 2 yaitu: …….. supaya mereka yang telah dibaptis langkah demi langkah makin mendalami misteri keselamatan, dan dari hari ke hari makin menyadari kurnia iman yang telah mereka terima; supaya mereka belajar bersujud kepada Allah Bapa dalam Roh dan kebenaran Yoh 4:23, terutama dalam perayaan Liturgi; supaya mereka dibina untuk menghayati hidup mereka sebagai manusia baru dalam kebenaran dan kekudusan yang sejati Ef 4:22-24 supaya dengan demikan mereka mencapai kedewasaan penuh, serta tingkat pertumbuhanyang sesuai dengan kepenuhan Kristus Ef 4:13 dan ikut serta mengusahakan pertumbuhan Tubuh Mistik GE art 2. Maka dapat dijelaskan bahwa melalui pendampingan, anak dituntun untuk berkembang dalam iman sehingga menjadi anggota Gereja yang terlibat bagi pengembangan Tubuh Kristus.

C. Sumbangan PAKDalam Meningkatkan Perkembangan Iman Siswa SMP

Pada Umumnya Salman Habeahan 2007: 44 menyatakan bahwa pendidikan agama merupakan sarana utama dimana nilai-nilai agama diperkenalkan, baik kepada peserta didik maupun kepada masyarakat. Pendidikan agama juga menciptakan iklim, suasana kongkrit dalam hidup, untuk mengalami atau menghayati nilai-nilai tertentu seperti cinta kasih, keadilan dan kejujuran. Lebih lanjut ia mengatakan pendidikan pertama dan utama dimulai dari keluarga di mana anak pertama kali 40 mengalami hal itu melalui kesaksian dari kedua orang tua, sanak saudara, baru kemudian di sekolah dan masyarakat. Dapat dikatakan bahwa melalui keteladanan dalam sikap, perilaku, dan kebiasaan yang terjadi sehari-hari maka iman anak semakin berkembang. Maka sumbangan PAK dalam meningkat perkembangan iman peserta didik dapat terwujud dalam berbagai hal misalnya bila peserta didik diperkenalkan untuk selalu mencintai sesama, berbelarasa dengan yang menderita dan membaca Kitab Suci karena dari teks Kitab Suci ditemukan cerita tentang karya-karya Yesus, cerita orang kudus. Keteladanan dari orang tua di rumah, guru di sekolah dan masyarakat tempat peserta didik berada juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan iman mereka. Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru Luk 6:27-36 Yesus mengajarkan para murid-Nya untuk mengasihi musuh, maka dengan sendirinya anak dapat belajar dari ajaran Yesus untuk mengasihi sesama tanpa membeda-beadakan. Kitab Suci Perjanjian Lama Kej 1:1-10 mengisahkan tentang kisah penciptaan. Allah menciptakan segala sesuatu baik adanya maka anak juga diharapkan dalam hidup sehari-hari selalu menjaga dan memelihara alam ciptaan ini dengan baik. Sebagai contoh, anak diajarkan untuk selalu memelihara dan merawat tanaman dan berbuat baik kepada orang lain. Dengan kata lain diharapkan agar apa yang didapat di kelas khususnya dalam pelajaran Agama dapat diterapkan dalam kehidupan peserta didik baik di lingkungan sekolah, masyarakat maupun dalam keluarga. Melalui PAK iman peserta didik makin berkembang dan mendorong peserta didik untuk semakin bersyukur atas karunia yang telah diberikan oleh 41 Tuhan. PAK juga dapat menyemangati peserta didik untuk terus belajar mengembangkan diri menjadi pribadi yang siap dan bertanggungjawab menghadapi segala macam tantangan. Demikian pula dalam pergaulan sehari-hari peserta didik dihadapkan pada situasi dunia yang serba memprihatinkan di mana banyak orang yang belum mendapat perhatian seperti mereka yang hidup dalam penderitaan, miskin, melarat dan dijauhkan dari masyarakat. Situasi seperti ini akan mengajak peserta didik untuk melakukan tindakan belarasa dengan mereka yang menderita. Bentuknya pun bermacam-macam melalui kunjungan, mendoakan mereka dan hadir di tengah mereka, serta terlibat dalam kegiatan mereka. Dengan hadir dan melihat maka dengan sendirinya hati mereka tergerak untuk melakukan tindakan demi membantu mereka yang menderita. Salman Habeahan 2007: 129 menyatakan pendidikan agama secara integral melibatkan segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Seorang guru berbicara kepada peserta didik bukan hanya kepada nalar transfer of knowledge tetapi juga dengan perasaan afektif dan kehendak voluntas seluruh totalitas pribadi manusia. Dengan itu, peserta didik bukan saja mengerti, memahami ajaran agama melainkan imannya semakin berkembang. Perkembangan iman yang dimaksud misalnya dengan menanamkan nilai cinta kasih, maka peserta didik dengan sendirinya mewujudkan nilai itu dengan mengasihi orang tua dan sesama. Heryatno, 2000: 21 menyatakan bahwa PAK di sekolah merupakan sebuah proses pendidikan dalam iman atau proses pendidikan untuk membantu peserta didik agar semakin beriman. PAK tidak sekedar menyampaikan pengetahuan iman Katolik, melainkan membantu dan membimbing peserta didik 42 agar mampu menghayati iman artinya peserta didik mampu memahami, merefleksikan dan menerapkan pengetahuan imannya dalam hidup nyata sehari- hari. PAK mendorong peserta didik untuk semakin menghayati imannya dalam hidup sehari-hari misalnya membantu teman yang dalam kesulitan, mengunjungi teman yang sakit serta memelihara alam ciptaan dengan melakukan penghijauan. Iman perlu dikembangkan dengan berbagai usaha, karena iman yang kuat akan membuat peserta didik tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Perjuangan untuk pengembangan iman sangat ditekankan oleh Santo Paulus dalam Flp1: 27-30 Ia menegaskan cita-cita yang harus diupayakan bagi orang beriman dalam memperjuangkan imannya. PAK mampu menyemangati keyakinan dalam diri peserta didik bahwa dirinya dianugerahi oleh Allah berbagai talenta. Talenta itu bagaikan sebuah benih, yangmasihdapat bertumbuh dan berkembang. Menyadari hal itu, orangtua hendaknya membantu anak-anak, agar memahami diri sebagai insan yang berpotensi, karena telah dianugerahi berbagai talenta oleh Sang Pencipta sendiri. Perkembangan iman mengantar setiap anak semakin dekat dengan Allah. Kedekatan anak dengan Sang Pencipta Tuhan dapat dipacu bila anak dibantu secara bertahap untuk lebih dahulu menghargai dan mencintai ciptaan-Nya, yaknialam semesta beserta isinya, terutama makhluk hidup, dengan manusia sebagai puncaknya. Sumbangan PAK dalam perkembangan iman peserta didik dapat dilakukan dengan berbagai macam cara di sekolah dengan mengikut sertakan peserta didik secara aktif dalam ibadat seperti latihan koor, membacakan 43 bacaan waktu doa bersama, membuat doa, menghargai kebebasan dan keyakinan masing-masing pribadi, jujur serta peka akan situasi yang sedang terjadi di sekitar mereka. Dengan demikian PAK membimbing peserta didik menuju dan menemukan kebijaksanaan dalam menghadapi kenyataan dan pergulatan hidup sehari-hari. Melalui PAK di sekolah diharapkan peserta didik dibantu untuk semakin berkembang dalam iman, semakin mengenal dan mencintai Yesus Kristus serta bersedia mewujudkan kepedulian dalam penghayatan hidup sehari- hari. Jika anak dibesarkan dengan perlakuan baik, ia belajar bertindak adil. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang, ia belajar menemukan cinta kasih dalam kehidupan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa PAK di sekolah harus bersifat kontekstual dan secara serius bertolak dari kenyataan hidup beriman peserta didik dan menanggapi kebutuhan mereka baik dimasa sekarang maupun masa yang akan datang. Dengan demikian, PAK di sekolah dapat memberikan sumbangan positif bagi pengembangan dan pendewasaan iman peserta didik baik menyangkut segi kognitif, sikap maupun tindakan mereka.

BAB III GAMBARAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

DALAM MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA KELAS VIII SMP KATOLIK SANTO PAULUS JAKARTA Berdasarkan kajian pustaka yang telah penulis uraikan pada bab II, maka pada bab III ini, penulis akan membahas tentang gambaran pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik dalam meningkatkan perkembangan iman siswa kelas VIII yang terjadi di SMPKatolik Santo Paulus Jakarta. Adapun bagian-bagian yang akan penulis jelaskan antara lain : pertama, sejarah berdirinya sekolah, visi- misi, situasi siswa-siswi kelas VIII. Pada bagian kedua penulis akan menguraikan gambaran pelaksanaan PAK di sekolah serta kegiatan-kegiatan yang mendukung perkembangan iman siswa. Sedangkan pada bagian ketiga akan diuraikan tentang penelitian pelaksananan PAK di sekolah. Dan pada bagian selanjutnya penulis akan memaparkan tentang persiapan, laporan, pembahasan dan kesimpulan dari hasil penelitian.

A. Gambaran Umum SMP Katolik Katolik Paulus Jakarta

1. Sejarah berdirinya Sekolah Santo Paulus Jakarta

Berdasarkan data yang penulis peroleh dari buku kenangan HUT 17 sekolah Santo Paulus dan profil Yayasan pendidikan Suaka Insan bahwa: Sekolah Katolik Santo Paulus lahir berkat kerjasama yang baik antara Keuskupan Agung Jakarta dengan Suster-suster Santo Paulus dari Chartres. Sekolah ini didirikan oleh