Kurikulum Pendidikan Agama Katolik

34 Heryatno 2008: 80 mengutip pandangan James Fowler tentang tahap-tahap perkembangan iman di dalam dunia pendidikan. Iman adalah perjalanan seseorang mengenali jati dirinya di dalam realitas historis atau sejarah hidupnya, di dalam relasi dengan lingkungan, sesama, dan Tuhan. Fowler melihat iman sebagai proses kehidupan yang memuat visi dan nilai hidup yang menggerakkan seseorang untuk menanggapi realitas yang transenden. Iman merupakan relasi seseorang dengan hakikat yang terakhir. Fowler memahami iman sebagai kesatuan dari tiga elemen yaitu: kognitif knowingbealiving, emosi trustingfeeling, dan moraltindakan doing. Ada enam tahap perkembangan iman menurut Fowler, yang meliputi tahap: a. Iman intuitif-projektif usia 2-67 tahun Fowler menyebutkan bahwa pada tahap ini anak mulai berbicara, menyebutkan kata demi kata dan tingkat kognitifnya bersifat egosentris, cepat berubah-ubah, suka berfantasi, imaginatif, dan Allah digambarkan berada dimana- mana dan jumlahnya banyak. b. Imanmitis-literalusia 7-12 tahun Pada tahap ini anak mulai berpikir dan memasuki usia sekolah sehingga pemikirannya semakin berkembang. Ia dapat menghafal semua cerita dengan detail. Dengan bercerita ia menyatakan pengalaman sendiri. Ia bercerita dengan baik namun belum bisa menarik kesimpulan dari cerita tersebut. c. Iman Sintesis-konvensional usia 13-21 Setelah mampu berpikir abstrak, remaja mulai membentuk ideologi sistem kepercayaan dan komitmen terhadap ideal-ideal tertentu. Di masa ini mereka 35 mulai mencari identitas diri dan menjalin hubungan pribadi dengan Tuhan. Namun identitas mereka belum benar-benar terbentuk, sehingga mereka juga masih melihat orang lain biasanya teman sebaya untuk panduan moral. Iman mereka tidak dapat dipertanyakan dan sesuai dengan standar masyarakat. Tahap ini pada umumnya terdapat pada pengikut agama yang terorganisasi, sekitar 50 persen orang dewasa mungkin tidak akan melewati tahap ini. d. Iman individual-reflektif 21-35, awal dewasa Mereka yang bisa mencapai tahap ini mulai memeriksa iman mereka dengan kritis dan memikirkan ulang kepercayaan mereka, terlepas dari otoritas eksternal dan norma kelompok. Pada tahap ini masalah orang muda umumnya terkait dengan pasangan hidup, sehingga perpindahan ke tahap ini bisa dipicu oleh perceraian, kematian seorang teman, atau peristiwa-peristiwa lainnya yang menimbulkan stres. e. Iman konjungtif 30 tahun ke atas Pada usia paruh baya, orang jadi semakin menyadari batas-batas akalnya. Mereka memahami adanya paradoks dan kontradiksi dalam hidup, dan sering menghadapi konflik antara memenuhi kebutuhan untuk diri sendiri dengan berkorban untuk orang lain. Ketika mulai mengantisipasi kematian, mereka dapat mencapai pemahaman dan penerimaan lebih dalam, yang diintegrasikan dengan iman yang mereka miliki sebelumnya. f. Iman universal usia 60-65 tahun ke atas Pada tahap ini terakhir yang jarang dapat dicapai ini, terdapat para pemimpin moral dan spiritual, seperti Mahatma Gandhi, Martin Luther King, dan