90
mengadakan going and seeing, tentu banyak pengalaman baik itu menyenangkan, memprihatinkan, menakutkan dan menyedihkan tentu semua pengalaman itu
menggugah hati kita masing-masing. Nah… hari ini kita bersama-sama akan berbagi pengalaman itu sehingga satu sama lain saling memperkaya. Tema
rekoleksi kita kali ini adalah “Belarasa”. Semoga melalui tiap proses dalam rekoleksi ini dapat membantu kita semua untuk memahami betapa pentingnya
sikap peduli terhadap sesama yang menderita sehingga kita dapat menemukan cara-cara yang baik untuk meringankan beban penderitaan mereka.
c. Gerak dan Lagu “Chiken Dance”
Pendamping dan peserta bersama-sama melakukan gerakan yang disertai musik “Chiken Dance” dengan enerjik dan bersemangat. Setelah itu bersama
bernyanyi “Di sini senang di sana senang” Sambil bernyanyi badan digerakkan, sambil terus bernyanyi dan menari, ditambahkan permainan, yakni setiap lagu
berakhir pemandu akan menyebutkan angka dan para peserta membuat kelompok sesuai dengan angka yang disebutkan tadi, bagi yang tidak berhasil diberi
hukuman misalnya ketika pemandu menyebutkan kata empat maka mereka harus berkelompok empat-empat atau lima: 2 putra dan 3 putri, dst. Yang diperintahkan
terakhir oleh pemandu dapat ditetapkan sebagai kelompok kerja selama rekoleksi.
d. Sesi I : Sharing Pengalaman Going and Seeing
1 Langkah I dan II :
Pendamping mengajak peserta untuk duduk berkelompok sesuai dengan kelompok yang telah dibagi. Kemudian masing-masing diberi kesempatan sharing
91
pengalaman berdasarkan pengalaman mereka berada bersama dengan mereka yang menderita, dengan panduan pertanyaan:
¾ Bagaimana perasaan anda ketika berada bersama mereka yang
menderita dan terpinggirkan? Mengapa? ¾
Cara apa saja yang mereka lakukan untuk tetap bertahan dalam hidup mereka?
¾ Bagaimana kesan anda tentang kehidupan mereka?
¾ Apa yang dapat anda pelajari dari pengalaman tersebut?
Setelah selesai sharing dalam kelompok kecil kemudian hasil sharing bersama ditulis di kerta flap kemudian hasil sharing kelompok tersebut disharingkan dalam
kelompok besar.
2 Langkah III :
Pendamping menegaskan kembali hasil sharing peserta kemudian pendamping membagi teks cerita tentang “Santa Elisabeth”.
Elisabeth Hungaria adalah putri raja Hungaria. Suaminya bernama Pengeran Ludwig IV dari Turingia. Ia hidup dalam benteng yang penuh dengan kemewahan
namun Elisabeth tetap hidup sederhana ia tidak melupakan kaum miskin yang serba kekurangan sehingga diam-diam Elisabeth menyisihkan makanan, uang dan
pakaian diberikan kepada mereka. Ia menolak menikmati makanan yang serba enak dan pakaian mahal, sebab ia yakin bahwa semuanya itu adalah hasil
pemerasan para bangsawan terhadap rakyat kecil. Sikap ini tidak disukai oleh keluarganya. Keluarganya menuduh Elisabeth memboros-boroskan harta
kekayaan suaminya dengan membagikannya kepada gelandangan dan para
92
pengemis. Suatu ketika ia dipergoki oleh suaminya ketika secara sembunyi- sembunyi menenteng bungkusan penuh roti dan pakaian. Suaminya bertanya apa
yang dibawa dalam keadaan bingung Elisabeth menjawab “mawar” yang ia bawa. Suaminya tidak percaya kemudian membuka bungkusan tersebut dan tanpa diduga
ternyata jawaban Elisabeth benar roti dan pakaian itu telah berubah menjadi bunga-bunga mawar yang segar. Ternyata Tuhan maha baik telah melindungi
Elisabeth, dari peristiwa itu ia semakin disayangi oleh suaminya. Setelah suaminya meninggal ia diusir dari istana dengan membawa ketiga
anaknya, tak lama kemudian ia diminta untuk kembali ke istana atas protes orang banyak. Beberapa lama kemudia Elisabeth meninggalkan istana dan anak-
anaknya. Ia masuk ordo ke tiga Santo Fransiskus. Putri raja itu menjadi miskin dan mengabdikan hari-hari akhirnya demi kaum papa miskin dan penderita sakit.
3 Langkah IV:
a. Pendalaman Cerita:
¾ Bagaimana perasaan anda setelah mendengar kisah tentang Elisabeth
tersebut? ¾
Tindakan apa yang dilakukan oleh Elisabeth ketika ia melihat kaum papa dan miskin yang menderita?
¾ Bagaimana anda bersikap ketika melihat mereka yang miskin dan
menderita di sekitar anda? ¾
Upaya apa saja yang akan anda lakukan demi meringankan beban mereka yang menderita?
93
b. Rangkuman Singkat
Teman-teman yang terkasih setelah kita sharing bersama, saling bertukar pengalaman bersama tentu kita semua saling diperkaya dengan pengalaman-
pengalaman tersebut. Tidak kita sadari bahwa banyak orang yang hidup dalam penderitaan dan berkekurangan. Dari sharing bersama kita sadar bahwa kita perlu
melakukan tindakan yang berguna bukan bagi diri kita atau kelompok kita saja melainkan kita bangkit dan bergerak mencari jalan keluar serta merumuskan suatu
kesepakatan bersama demi membantu mereka yang menderita. Seperti halnya Santa Elisabeth meskipun ia seorang putri bangsawan hidup
dalam kelimpahan namun ia tidak pernah menggunakan kekayaannya dengan berfoya-foya melainkan ia peka dan peduli pada mereka yang menderita. Begitu
juga kita sebagai warga negara yang baik secara khusus sebagai murid-murid Tuhan Yesus kita diajarkan untuk mengasihi sesama, hidup saling berbagi dengan
mereka yang menderita. Banyak cara yang dapat kita lakukan. Bisa saja seperti Santa Elisabeth atau juga cara lain yang sungguh-sungguh dapat dirasakan oleh
mereka yang membutuhkan kita. Teman-teman yang terkasih, visi sekolah kita mengarahkan kita untuk menjadi
generasi muda yang beriman, berkarakter Paulinian, cerdas dalam bidang intelektual, sosial, emosional dan spiritual. Artinya bahwa kita diharapkan
menjadi pribadi yang utuh, bertanggung jawab serta memiliki kepedulian pada sesama. Hal ini serupa juga dengan seruan Gereja yang mengajak semua orang
beriman untuk bangkit dan peduli pada sesama yang hidupnya selama ini jauh dari perhatian kita semua. Gereja yaitu kita hadir untuk orang miskin dan sederhana