19
Dengan demikian tujuan PAK sangat khas dan tidak dimiliki oleh bidang studi yang lain. Oleh karena itu, jika hal ini dilakukan secara konsisten maka
akhirnya baik guru PAK maupun pihak sekolah tidak akan menuntut nilai yang dilakukan secara formal dan menentukan kenaikan atau kelulusan seorang siswa.
PAK akan selalu merupakan proses seumur hidup. Dalam prosesnya PAK tidak akan pernah bisa diuji selama orang atau siswa yang bersangkutan masih hidup
sehingga sebenarnya PAK tidak perlu dinilai dengan angka.
3. Ruang Lingkup PAK
Dapiyanta 2008: 5 menyatakan bahwa ruang lingkup PAK di sekolah tidak terlepas dari bahan katekese. Sebagaimana hakikat katekese ialah pelayanan sabda
wahyu oleh Gereja yang ditanggapi manusia dengan iman yang keduanya nyata dan menyatu dalam diri Kristus, demi keselamatan seluruh ciptaan, maka bahan
katekese ialah wahyu dan iman dalam lingkup Gereja Katolik yang berpusat pada Kristus.
Dapiyanta 2008: 15 menegaskan kembali pandangan Jacobs, tentang proses Pendidikan Agama Katolik, di mana bahan menjadi salah satu faktor penting
dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Bahan dijadikan sarana bagi guru untuk mencapai tujuan dalam proses pembelajaran. Bahan pembelajaran
hendaknya sesuai dengan kebutuhan siswa untuk mencapai tujuan. Pendidikan Agama Katolik di sekolah memerlukan pola komunikasi tertentu yang sesuai
dengan situasi peserta dan harapan Pendidikan Agama Katolik. Agar peserta didik memahami diri sendiri, sesama dan lingkungan untuk mencari dan membangun
20
hidup yang berarti dan mendalam seperti yang diwartakan oleh Yesus Kristus dan diwujudkan serta diwartakan terus menerus oleh umat beriman Katolik.
Dengan demikian maka, Pendidikan Agama Katolik di sekolah lebih merupakan salah satu usaha untuk memampukan peserta didik menjalani proses
pemahaman, pergumulan, dan penghayatan iman dalam hidup sehari-hari dan berkembang terus dalam kehidupan nyata. Proses ini diharapkan semakin
memperteguh dan mendewasakan iman peserta didik.
4. Pelaku pendidikan
a. Guru
UU No. 14 Tahun 2005, pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi peserta didik. Sedangkan Mintoro Sufiyanta 2010:57 menyatakan bahwapendidik adalah jabatan atau profesi yang
membutuhkan keahlian khusus
.
Di dalam pendidikan, guru mempunyai tiga tugas pokok yang bisa dilaksanakan yaitu : pertama, tugas profesional yaitu tugas yang
berhubungan dengan profesinya yang meliputi tugas untuk mendidik, mengajar, dan tugas untuk melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-
nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan serta teknologi sedangkan melatih berarti mengembangkan ketrampilan
.
Kedua
,
tugas kemasyarakatan yaitu tugas sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang berfungsi sebagai pencipta masa depan dan penggerak kemampuan.
Keberadaan guru menjadi faktor penentu yang tidak dapat digantikan oleh komponen mana pun dalam kehidupan bangsa sejak dahulu. Ketiga,tugas