Tenaga kependidikan Pelaku pendidikan

29 menjadi para pembuat sejarah. Artinya kita dibentuk oleh sejarah, tetapi kita jugadapat membuat sejarah. Dalam konteks iman Kristen, peserta didik harus terlibat dalam dunia untuk menghadirkan Kerajaan Allah yang penuh dengan kedamaian, sukacita, dan cinta kasih.

5. Kurikulum Pendidikan Agama Katolik

Papo 1990:66 menyatakan kurikulum PAK adalah keseluruhan bidang studi agama Katolik, kegiatan-kegiatan dan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pribadi beriman kaum muda pelajar Katolik sesuai dengan tujuan PAK. Lebih lanjut Papo menyatakan bahwa pertama setiap kurikulum PAK harus mengarah pada tujuan PAK, yakni pembentukan kepribadian iman Katolik yang sanggup menghayati iman, memberikan kesaksian Kristiani dan sanggup menggumuli hidup berdasarkan visi Kristiani, keduakurikulum PAK tidak hanya terdiri dari materi pelajaran agama tetapi juga kegiatan-kegiatan lain yang bersifat agama maupun sosial tetapi mengarah pada tercapainya tujuan pelajaran agama dan segala kegiatan yang turut berpengaruh pada perkembangan iman peserta didik, dan ketiga dalam kurikulum PAK kekhasan dan kekhususan PAK harus dipelihara. Kekhususan yang dimaksud adalah: a. Kurikulum PAK memperkembangkan iman Katolik yang semakin mempribadi dan berbuah dalam tingkah laku dan kesaksian hidup. b. Kurikulum PAK membantu peserta didik atau kaum muda pelajar untuk peka terhadap komunikasi diri Allah dan mampu menggumuli kenyataan hidup berdasarkan terang firman Tuhan. 30 c. Kurikulum PAK mengarah pada usaha mendapatkan pandangan hidup baru yang bersifat Kristiani, tentang dunia, manusia dan tugas-tugas sosial. Dengan demikian kurikulum PAK selalu mengarah pada usaha untuk semakin mengembangkan iman peserta didik yang mampu menggumuli peristiwa hidup yang dialami setiap hari dalam terang kasih Allah sehingga terwujudlah Kerajaan Allah di dunia yang penuh dengan cinta kasih, keadilan dan damai.

B. Perkembangan Iman

1. Pengertian Perkembangan Iman

Heryatno 2008: 80 menegaskan kembali pandangan Fowler yang menyatakan bahwa iman sebagai poros kehidupan yang memuat visi dan nilai hidup yang menggerakkan seseorang untuk menanggapi realitas yang transenden. Artinya dengan beriman, seseorang menyerahkan diri secara utuh kepada-Nya melalui pertobatan hati yang jujur dan berusaha semakin mengenal Dia yang menjadi tumpuan kepercayaannya. Groome 2010: 80 menyatakan bahwa iman adalah pemberian diri Allah dan Roh Kudus yang memberi pertumbuhan. Dalam lingkungan sekolah pendidikan iman tidak terlepas dari pendidikan agama itu sendiri dimana warga sekolah harus membagikan iman yang hidup dan membuat tradisi iman yang ada di lingkungan sekolah mudah didapat. Para peserta didik yang baru harus jugadiperkenalkan pada tradisi iman yang ada di lingkungan sekolah dan para anggota yang lama mendukung perjalanan iman mereka ke arah iman yang dewasa dan terus menerus lebih beriman. Dengan demikian dapat dikatakan 31 bahwa iman adalah pemberian dari Allah dan sebagai orang beriman manusia menanggapinya dengan percaya dan mengamalkan imannya dalam hidup sehari- hari. Groome 2010: 81 menegaskan bahwa ada tiga unsur iman antara lain keyakinan believing, Kepercayaan trusting, dan tindakan doing God’s will. Pertama, keyakinan believing, di mana diyakini bahwa iman adalah tindakan Allah yang rahmat-Nya menyentuh kedalaman hati sanubari manusia dan menjadikan hidup manusia semakin terarah pada Allah dan sesamanya. Pendidikan iman membantu peserta didik untuk semakin peka pada rahmat dan kehadiran Allah serta aktif menanggapi kebutuhan hidup sesamanya. Kedua, kepercayaan trusting, iman Kristiani dipahami sebagai undangan untuk menjalin relasi dari hati ke hati, manusia dengan Allah-Nya dan antara manusia itu sendiri. Iman berarti membuka hati mempercayakan diri pada Tuhan yang dipercayai. Ketiga, tindakan doing God’s will. Iman menuntut perwujudan konkret dari umat beriman di dalam hidupnya sehari-hari di tengah-tengah masyarakat sebagai saksi-saksi cinta kasih-Nya. Perwujudan iman ini dipahami sebagai tanggapan terhadap rahmat dan kehendak-Nya. Dengan demikian penyerahan diri secara total dipahami sebagai tanggapan manusia untuk ambil bagian dalam memperjuangkan terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Tindakan konkret menjadi salah satu unsur penting di dalamproses pendewasaan iman yang menjadi tujuan formal perkembangan iman seumur hidup. 32 Heryatno 2008: 37 menyatakan iman yang matang dan dewasa yang dihayati dalam kebebasan menjadi salah satu tujuan dasar dari perkembangan iman. Iman yang dewasa dapat diwujudnyatakan melalui pertobatan integral yang terus menerus, sehingga orientasi PAK yaitu demi Kerajaan Allah, demi kedewasaan iman, dan demi kebebasan iman dapat disatukan dan dijalani secara bersama-sama.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Iman

Heryatno 2008: 80 menegaskan kembali pandangan Fowler yang melihat iman sebagai pusat kehidupan. Iman sebagi pusat kehidupan manusia memuat visi dan nilai hidup yang menggerakkan seseorang untuk menanggapi realitas yang transenden tentang perkembangan iman individu yang dipengaruhi oleh faktor- faktor, antara lain: a. Perkembangan kognitif Aspek logika merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan iman peserta didik. Aspek logika dapat diartikan sebagai pola khas gaya penalaran dan pertimbangan yang dimiliki setiap peserta didik pada setiap tahap kognitifnya. Semakin berkembang segi kognitifnya, pemahaman religius peserta didik juga semakin berkembang misalnya pemahamannya tentang Allah yang penuh belas kasih. b. Pengalaman hidup Pengalaman hidup merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan iman di mana manusia pada hakikatnya memusatkan perhatian pada dinamika, proses, pembentukan, perubahan dan kemajuan dalam hidup. Melalui pengalaman dan 33 relasinya dengan lingkungan terdekat peserta didik memperoleh pengetahuan tentang Tuhan dan iman. c. Relasi Relasi dapat mencakup, relasi dengan orang tua di dalam keluarga, melibatkan diri dalam lingkungan sosial, relasi antar teman di sekolah, maupun relasi dengan Tuhan. Dengan memiliki keterbukaan dalam menjalin relasi dengan Tuhan dan sesama maka peserta didik makin banyak pengalaman yang dimiliki, untuk dimengerti, dan dialami. d. Budaya Clifford Geertz 1992: 55menyatakan bahwa kebudayaan bukan hanya sebagai kompleks-kompleks pola-pola tingkah laku konkret, misalnya adat istiadat, kebiasaan, tradisi tetapi juga sebagai seperangkat mekanisme-mekanisme kontrol, yaitu rencana-rencana, resep, aturan, intruksi untuk mengatur tingkah laku manusia. Manusia dan budaya memiliki kaitan yang sangat erat karena tanpa manusia, tentu saja tidak ada kebudayaan dan sebaliknya tidak ada budaya berarti tidak ada manusia. Oleh karena itu budaya memiliki dampak terhadap perkembangan pribadi manusia karena budaya juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan iman peserta didik. Identitas budaya dapat berinteraksi dengan identitas spiritual peserta didik untuk menciptakan pengalaman-pengalamannya, sehingga dapat membantupeserta didik dalam proses pencarian makna hidup menuju pada tahap perkembangan iman yang matang.

3. Tahap-tahap Perkembangan Iman