Peserta Didik Pelaku pendidikan

33 relasinya dengan lingkungan terdekat peserta didik memperoleh pengetahuan tentang Tuhan dan iman. c. Relasi Relasi dapat mencakup, relasi dengan orang tua di dalam keluarga, melibatkan diri dalam lingkungan sosial, relasi antar teman di sekolah, maupun relasi dengan Tuhan. Dengan memiliki keterbukaan dalam menjalin relasi dengan Tuhan dan sesama maka peserta didik makin banyak pengalaman yang dimiliki, untuk dimengerti, dan dialami. d. Budaya Clifford Geertz 1992: 55menyatakan bahwa kebudayaan bukan hanya sebagai kompleks-kompleks pola-pola tingkah laku konkret, misalnya adat istiadat, kebiasaan, tradisi tetapi juga sebagai seperangkat mekanisme-mekanisme kontrol, yaitu rencana-rencana, resep, aturan, intruksi untuk mengatur tingkah laku manusia. Manusia dan budaya memiliki kaitan yang sangat erat karena tanpa manusia, tentu saja tidak ada kebudayaan dan sebaliknya tidak ada budaya berarti tidak ada manusia. Oleh karena itu budaya memiliki dampak terhadap perkembangan pribadi manusia karena budaya juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan iman peserta didik. Identitas budaya dapat berinteraksi dengan identitas spiritual peserta didik untuk menciptakan pengalaman-pengalamannya, sehingga dapat membantupeserta didik dalam proses pencarian makna hidup menuju pada tahap perkembangan iman yang matang.

3. Tahap-tahap Perkembangan Iman

34 Heryatno 2008: 80 mengutip pandangan James Fowler tentang tahap-tahap perkembangan iman di dalam dunia pendidikan. Iman adalah perjalanan seseorang mengenali jati dirinya di dalam realitas historis atau sejarah hidupnya, di dalam relasi dengan lingkungan, sesama, dan Tuhan. Fowler melihat iman sebagai proses kehidupan yang memuat visi dan nilai hidup yang menggerakkan seseorang untuk menanggapi realitas yang transenden. Iman merupakan relasi seseorang dengan hakikat yang terakhir. Fowler memahami iman sebagai kesatuan dari tiga elemen yaitu: kognitif knowingbealiving, emosi trustingfeeling, dan moraltindakan doing. Ada enam tahap perkembangan iman menurut Fowler, yang meliputi tahap: a. Iman intuitif-projektif usia 2-67 tahun Fowler menyebutkan bahwa pada tahap ini anak mulai berbicara, menyebutkan kata demi kata dan tingkat kognitifnya bersifat egosentris, cepat berubah-ubah, suka berfantasi, imaginatif, dan Allah digambarkan berada dimana- mana dan jumlahnya banyak. b. Imanmitis-literalusia 7-12 tahun Pada tahap ini anak mulai berpikir dan memasuki usia sekolah sehingga pemikirannya semakin berkembang. Ia dapat menghafal semua cerita dengan detail. Dengan bercerita ia menyatakan pengalaman sendiri. Ia bercerita dengan baik namun belum bisa menarik kesimpulan dari cerita tersebut. c. Iman Sintesis-konvensional usia 13-21 Setelah mampu berpikir abstrak, remaja mulai membentuk ideologi sistem kepercayaan dan komitmen terhadap ideal-ideal tertentu. Di masa ini mereka