2.2.3.2 Tujuan Penyuluhan
Menurut Dewa 1998 : 53 tujuan penyuluhan diantaranya adalah : 1.
Dapat meningkatkan pengetahuan tentang dirinya sendiri. 2.
Dapat mengembangkan sikap dan nilai yang tepat sehubungan dengan peri kehidupan masyarakat.
3. Dapat meningkatkan ketrampilan berpikir agar mampu melaksanakan
keputusan yang sesuai dengan dirinya sendiri. 4.
Dapat menguasai berbagai ketrampilan dasar yang penting dalam berkomunikasi, bekerjasama, dan sebagainya.
2.2.3.3 Metode Penyuluhan
Menurut Setiana 2004 : 50 berdasarkan pendekatan massal, metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak, dipandang dari segi
penyampaian informasi, metode ini cukkup baik dimana dapat menimbulkan kesadaran dan keingintahuan.
Menurut Setiana 2004 : 50 berdasarkan indera penerima, metode ini dibagi menjadi 3 golongan :
1. Metode disampaikan dengan melalui indera penglihatan. Misalnya :
poster, brosur, presentasi melalui komputer, dan sebagainya. 2.
Metode disampaikan melalui indera pendengaran. Misalnya : ceramah, diskusi, dan sebagainya.
3. Dengan menggunakan keduanya. Misalnya : siaran melalui televisi.
2.2.4 Pengawasan 2.2.4.1 Pengertian Pengawasan
Menurut Fayol dalam Sofyan 2001 : 8, Pengawasan adalah mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan,
perintah yang dikeluarkan, dan prinsip yang dianut. Juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat dihindari kejadiannya
dikemudian hari. Menurut Duncan dalam Sofyan 2001 : 8 pengawasan merupakan
tindakan yang menentukan apakah rencana tercapai atau tidak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengawasan adalah tindakan atau
upaya untuk memeriksa apakah yang dikerjakan telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
2.2.4.2 Bentuk-bentuk Pengawasan
Menurut Sofyan 2001 : 156 bentuk-bentuk pengawasan terbagi dalam : 1.
Sistem Pengawasan Intern Organisasi Pengawasan intern adalah semua teknik dan cara yang dapat digunakan
dalam intern perusahaan atau organisasi untuk membantu tercapainya tujuan perusahaan atau organisasi.
2. Sistem Pengawasan Ekstern
Pengawasan ekstern adalah semua sistem dan cara pengawasan yang berada di luar perusahaan atau organisasi yang dapat digunakan dan dapat
membantu fungsi pengawasan untuk mencapai tujuan perusahaan atau organisasi.
2.2.5 Pajak Bumi dan Bangunan 2.2.5.1 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh setiap masyarakat, karena pajak didasarkan pada Undang-Undang sehingga
dalam pelaksanaan pemungutannya dapat dilakukan dengan menggunakan paksaan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Djajadiningrat
dalam Munawir 1998 : 5 yang menyatakan bahwa “Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaan kepada negara disebabkan
suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan
pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum”.
Menurut Boediono 1999 : 50 menyatakan bahwa “Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan dengan
imbalan yang diberikan secara tidak langsung umum oleh pemerintah, gunanya untuk membiayai kebutuhan pemerintahan negara dan dapat digunakan sebagai
sarana untuk mengatur di bidang sosial ekonomi”. Sedangkan Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo 2003 : 1 menyatakan
bahwa “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal balik kontra prestasi
yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran wajib yang harus dibayar oleh masyarakat yang jasa pembayarannya itu tidak
dapat dirasakan langsung oleh pembayarnya, yang pelaksanaannya dapat dipaksakan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pajak Bumi dan Bangunan mulai berlaku sejak 1 januari 1986. Pajak Bumi dan Bangunan merupakan penyederhanaan terhadap sistem perpajakan yang ada
sebelumnya yang dirasakan bersifat ganda dan membingungkan. Menurut Mardiasmo 2003 : 269 menyatakan bahwa Bumi adalah
permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman termasuk rawa-rawa, tambak, perairan
serta laut wilayah Republik Indonesia. Sedangkan Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tepat pada tanah dan atau perairan.
Sedangkan menurut Sumitro dan Muttaqin 2001 : 20 Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak yang objektif tidak mengenal pengecualian subyek,
yang ada hanya pengecualian objek. Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa Pajak Bumi dan
Bangunan PBB adalah pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan bangunan. PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak
terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumitanah dan atau bangunan. Keadaan subjek siapa yang membayar tidak ikut menentukan besarnya pajak.
2.2.5.2 Asas Pajak Bumi dan Bangunan
Menurut Mardiasmo 2003 : 269 bahwa asas Pajak Bumi dan Bangunan adalah sebagai berikut :
1. Memberikan kemudahan dan kesederhanaan
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan suatu reformasi dalam bidang perpajakan. Beberapa jenis pungutan atau pajak yang dikenakan
terhadap tanah telah dicabut. 2.
Adanya kepastian hukum Dengan diundangkannya adil dalam Pajak Bumi dan Bangunan
melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 dan didukung oleh Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan dan Keputusan
Dirjen Pajak terlihat bahwa Pajak Bumi dan Bangunan mempunyai kekuatan dan kepastian hukum yang merupakan pedoman bagi
masyarakat. 3.
Mudah dimengerti dan adil Adil dalam Pajak Bumi dan Bangunan dimaksudkan lebih pada
objeknya. Dari objek pajak terbesar hingga yang terkecil akan Pajak Bumi dan Bangunan sesuai dengan kemampuan wajib pajak.
4. Menghindari pajak berganda
Pajak Bumi dan Bangunan bermaksud untuk menyederhanakan berbagai peraturan pajak yang sampai sekarang masih berlaku dan
menimbulkan banyak kesalahpahaman, karena pajak-pajak itu oleh rakyat dirasa menimbulkan pajak berganda.
2.2.5.3 Subjek dan Objek Pajak Bumi dan Bangunan
Menurut Mardiasmo 2003 : 273 dinyatakan bahwa, Subjek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau
memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. Menurut Soemitro dan Muttaqin 2001 : 7, objek Pajak Bumi dan
Bangunan PBB adalah bumi dan atau bangunan. Secara rinci Mardiasmo menyatakan bahwa yang menjadi objek PBB adalah :
1. Bumi adalah permukaan bumi tanah dan perairan dan tubuh bumi yang
ada di bawahnya. Yang meliputi rawa-rawa, tambak dan perairan serta laut wilayah Republik Indonesia.
2. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara
tetap pada tanah dan atau perairan. Yang meliputi rumah tempat tinggal, bangunan tempat usaha, gedung bertingkat, pusat perbelanjaan, jalan tol,
kolam renang, anjungan minyak lepas pantai.
2.2.5.4 Pengecualian Objek Pajak Bumi dan Bangunan