4.2.2 Kendala - kendala yang dapat mempengaruhi Implementasi Kebijakan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan
Dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di kelurahan Taman ternyata masih belum dapat dilaksanakan secara efektif. Hal ini karena
dalam pelaksanaannya masih banyak mengalami berbagai kendala. Adapun kendala-kendala yang dihadapi dalam pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan
adalah sebagai berikut :
a. Cara penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Terutang SPPT
Cara penyampaian SPPT oleh petugas pemungut ini sangat berpengaruh terhadap semangat kerja petugas pemunguta Pajak Bumi dan Bangunan. Sebab
berdasarkan pengamatan di lapangan, penyampaian SPPT di Kelurahan Taman terjadi dualisme penyampaian, yaitu untuk objek pajak diatas Rp. 500.000lima
ratus ribu rupiah harus disampaikan oleh petugas pemungut dari Dispenda. Sedangkan untuk objek pajak yang jumlahnya Rp. 500.000lima ratus ribu rupiah
kebawah, diserahkan kepada petugas pemungut dari Kelurahan Taman. Hal inilah yang mengakibatkan kecemburuan social antara petugas
pemungut Pajak Bumi dan Bangunan dari Dispenda dengan petugas pemungut dari Kelurahan. Karena hal itu akan mempengaruhi jumlah insentif atau upah
yang harus diterima oleh petugas pemungut. Dari sisi ini akan terjadi penurunan semangat kerja bagi petugas pemungut dari Kelurahan, sebab mereka bekerja
relatif banyak tetapi insentif atau upah yang diterima relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan petugas pemungut dari Dispenda. Hal ini sesuai dengan apa
yang disampaikan oleh Suprapto Lurah Taman, menyatakan bahwa :
“penyampaian SPPT yang nilai objeknya di atas 500.000 ribu langsung diberikan oleh petugas Dispenda sementara untuk 500.000 ke bawah
diberikan oleh petugas dari siniKelurahan”. Hasil wawancara, 19 Agustus
2010.
Sedangkan untuk penyampaian SPPT berdasarkan jumlah objek pajak, dilakukan wawancara dengan salah satu petugas pemungut bernama Puryatin,
menyatakan bahwa : “untuk penyampain SPPT dengan jumlah 500.000 ke atas langsung
dilakukan oleh petugas dari Dispenda, sedangkan untuk 500.000 kebawah dilakukan oleh petugas dari Kelurahan”. Hasil wawancara, 19 Agustus
2010.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Tri Sulaksono petugas pemungut dari Kelurahan, bahwa :
“Sistem penyampaian SPPT oleh petugas dilaksanakan dengan dua cara, yaitu ada yang dilaksanakan oleh petugas pemungut dari kelurahan juga ada yang
dilaksanakan oleh petugas dari Dispenda. Hal inilah yang membuat cemburu atau iri dari para petugas pemungut di kelurahan , sebab kami hanya mendapat
bagian objek pajak yang jumlahnya relatif kecil, sehingga penerimaan insentifnya pun akan kecil, karena didasarkan pada prosentase objek pajak
yang diserahkan. Dengan begitu kami selaku petugas dari kelurahan insentifnya selalu kalah besar dengan para petugas pemungut dari Dispenda,
padahal kami bekerja lebih banyak”. Hasil wawancara, 20 Agustus 2010.
Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penyampaian SPPT di kelurahan Taman terjadi dua sistem penyampaian yang
dilaksanakan oleh petugas pemungut dari Dispenda dan juga oleh petugas pemungut dari Kelurahan. Hal ini yang mengakibatkan adanya kecemburuan di
antara petugas dari Dispenda dengan petugas dari Kelurahan karena adanya perbedaan upah atau insentif dari masing-masing petugas.
b. Terbitnya SPPT yang kembar dobel