2.2.2.2 Model-Model Implementasi Kebijakan
Dalam implementasi kebijakan ada beberapa bentuk model implementasi yang dikenal., model ini berguna untuk menyederhanakan sesuatu bentuk dan
memudahkan dalam pelaksanaan kebijakan. Hogwood dan Gunn dalam Wahab 2004 : 71 mengemukakan model
“Top Down Approach”. Menurut Hogwood dan Gunn, untuk dapat mengimplementasikan kebijakan secaara sempurna perfect implementation ada
10 sepuluh persyaratan, yaitu : 1.
Kondisi ekternal yang dihadapi oleh badaninstansi pelaksana tidak akan menimbulkan gangguan kenkdala yang serius.
2. Untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber-sumber yang
cukup memadai. 3.
Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar tersedia. 4.
Kebijaksanaan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu hubungan kualitas yang andal.
5. Hubungan kualitas bersifat langsung dan hanya sedikit rantai
penghubungnya. 6.
Hubungan saling ketergantungan harus kecil. 7.
Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan. 8.
Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat. 9.
Komunikasi dan kordinasi yang sempurna. 10.
Pihak-pihak yang memiliki kekuasaan dapat menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna.
Variabel-variabel kebijaksanaan bersangkut paut dengan tujuan-tujuan yang telah digariskan dan sumber-sumber yang tersedia. Pusat perhatian pada
badan-badan pelaksana meliputi organisasi formal maupun informal sedangkan komunikasi antar organisasi terkait beserta kegiatam-kegiatan pelaksananya
mencakup antar hubungan didalam lingkungan sistem politik dan dengan kelompok-kelompok sasaran. Akhirnya pusat perhatian pada sikap para pelaksana
mengatarkan kita pada telaah mengenai orientasi dari mereka yang mengoperasionalkan program di lapangan.
2.2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan
Menurut Islamy 2004 : 107, menjelaskan bahwa kebijaksanaan akan menjadi efektif bila dilaksanakan dan mempunyai dampak positif bagi anggota-
anggota masyarakat. Dengan kata lain, tindakan atau perbuatan manusia yang menjadi anggota masyarakat itu bersesuaian dengan apa yang diinginkan oleh
pemerintah dan Negara. Dengan demikian kalau mereka tidak bertindakberbuat sesuai dengan keinginan pemerintah Negara itu, maka kebijaksanaan Negara
menjadi tidak efektif. Kebijaksanaan apapun sebenarnya mengadung resiko untuk gagal,
Hogwood dan Gunn dalam Wahab 2004 : 61 telah membagi pengertian kegagalan kebijaksanaan policy failure dalam 2 dua kategori, yaitu : non
implementation tidak terimplementasi dan unsuccessful implementation implementasi tidak berhasil.
Tidak terimplementasi mengandung arti bahwa suatu kebijaksanaan tidak dilaksanakan sesuai dengan rencana, mungkin karena pihak-pihak yang terlibat
didalam pelaksanaanya tidak mau berkerjasama, atau mereka telah sepenuhnya menguasai permasalahan, sehingga implementasi yang efektif sulit tercapai.
Implementasi yang tidak berhasil biasanya terjadi manakala suatu kebijaksanaan tertentu telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, namun
mengingat kondisi ekternal teryata tidak mengutungkan semisal tiba-tiba terjadi peristiwa pergantian kekuasaan, bencana alam dan sebagainya. Kebijaksanaan
tersebut tidak berhasil dalam mewujudkan dampak atau hasil akhir yang dikehendaki.
Menurut Hood dalam Wahab 2004 : 77, bahwa guna mencapai implementasi yang sempurna barangkali diperlakukan suatu sistem satuan
administrasi tunggal unitary administrative sistem seperti halnya satuan tentara yang besar yang hanya memiliki satuan tanpa kompartementalisasi atau konflik di
dalamnya.
2.2.2.4 Pendekatan-Pendekatan Implementasi Kebijakan