Terdapat tunggakan pembayaran oleh wajib pajak

itu, sebelum instansi terkait dalam hal ini Dispenda harus selektif dalam menerbitkan SPPT sebelum dikirimkan ke tingkat Kelurahan. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan dapat diketahui bahwa dalam penerbitan SPPT oleh Dispenda khususnya objek pajak di wilayah Kelurahan Taman serinng terjadi SPPT yang kembar atau sama, sehingga akan membuat kebingungan bagi pegawai Kelurahan selaku petugas pemungut Pajak Bumi dan Bangunan PBB. Dengan begitu para petugas akan bekerja secara dua kali pula, sebab harus dikonfirmasikan terlebih dahulu dengan Dispenda untuk mendapatkan kejelasan tentang SPPT yang sama tersebut. Dengan demikian akan menghambat proses implementasi pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan PBB khususnya pada proses penyampaian SPPT, sebab waktu untuk menyampaikan SPPT kepada wajib pajak juga semakin lama karena mengkonfirmasikannya terlebih dahulu dengan Dispenda.

c. Terdapat tunggakan pembayaran oleh wajib pajak

Berdasarkan hasil temuan di lapangan dapat diketahui bahwa dalam implementasi pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan PBB di wilayah Kelurahan Taman masih dijumpai adanya beberapa wajib pajak yang memiliki tanggungan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan. Adapun jangka waktu pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan adalah sebagaimana dijelaskan dalam pasal 11 ayat 1, 2, 3 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994, yaitu : 1. Pajak yang terhutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat 1 harus dilunasi selambat- lambatnya enam bulan sejak tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang oleh wajib pajak. 2. Pajak yang terhutang berdasarkan Surat Ketetapan Pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat 3 dan 4 harus dilunasi selambat- lambatnya satu bulan sejak tanggal diterimanya Surat Ketetapan Pajak oleh wajib pajak. 3. Pajak yang terhutang pada saat ini jatuh tempo pembayarannya tidak dibayar atau kurang dibayar, dikenakan denda administrasi sebesar 2 sebulan, yang dihitung sejak saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran jangka waktu paling lambat 24 bulan. Dari penjelasan diatas dapat diketahui, ternyata jangka waktu yang berlainan yaitu 6 bulan itu diberikan karena wajib pajak diharapkan memenuhi segala kewajibannya sesuai dengan peraturan, sehingga diberi kelonggaran selama 6 bulan. Ini berarti bahwa jumlah pajak itu dapat diangsur selama 6 bulan, dengan catatan bahwa paling lambat 6 bulan setelah diterimanya Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang. Tetapi pajak yang terhutang berdasarkan Surat Ketetapan Pajak hanya diberikan jangka waktu 1 bulan, disini terlihat sebenarnya ada unsur sanksi bagi wajib pajak jika tidak memenuhi sebagian ketentuan dalam undang-undang. Pajak harus sudah lunas pada saat jatuh tempo, artinya jika pada saat hutang pajak jatuh tempo ternyata wajib pajak belum membayar pajaknya, maka wajib pajak dikenakan denda administrasi sebesar 2 sebulan. Denda dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran, untuk jangka waktu paling lama 24 bulan. Permasalahan ini akan menghambat pemenuhan target dan realisasi penerimaan pajak. Hal ini dikarenakan jangka waktu yang diperlukan oleh wajib pajak dalam melakukan pembayaran tanggungan Pajak Bumi dan Bangunannya.

d. Penyuluhan