14
B. Pengertian Spiritualitas 1.
Pengertian Spiritualitas secara Umum
Spiritualitas berasal dari akar kata spare Latin yang memiliki arti: menghembus, meniup, mengalir. Dari kata kerja spare terjadi pembentukan kata
benda spiritus atau spirit, yang memiliki arti: hembusan, tiupan, aliran angin. Kata itu kemudian mengalami perkembangan arti menjadi: udara, hawa yang dihisap,
nafas hidup, nyawa, roh, hati, sikap, perasaan, kesadaran diri, kebesaran hati, keberanian. Dari arti kata itu sendiri, spiritualitas dapat dipahami sebagai sumber
semangat untuk hidup, bertumbuh, dan berkembang dalam semua bidang kehidupan di dunia ini, baik secara pribadi maupun bersama orang lain, yang
diperoleh di dalam perjumpaan dengan Allah, diri sendiri dan sesama Artanto, 2012:7-8.
Spiritualitas adalah istilah agak baru yang menandakan “kerohanian” atau “hidup rohani”. Kata ini menekankan segi kebersamaan, bila dibandingkan
dengan kata yang lebih tua, yaitu “kesalehan”, yang menandakan hubungan orang
perorangan dengan Allah. Selain itu spiritualitas dapat diterapkan pada aneka
bentuk kehidupan rohani, misalnya “spiritualitas modern” atau spiritualitas kaum awam”. Spiritualitas mencakup dua segi, yakni
askese atau usaha melatih diri secar teratur supaya terbuka dan peka terhadap sapaan Allah. Segi lain adalah
mistik sebagai aneka bentuk dan tahap pertemuan pribadi dengan Allah. Askese menandakan jalan dan mistik tujuan hidup keagamaan manusia. Dasar hidup
rohani dan semua bentuk spiritualitas sejati adalah Roh Spiritus; Lat yaitu Roh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Kristus seperti tampaknya dalam Injil. Orang yang peka akan mengalami buah kehadiran Roh dalam hatinya Heuken, 2002:11.
Makna “rohani”
melebihi kesanggupan untuk berhubungan dengan Tuhan atau menyadari dari yang Ilahi dalam lingkup hidup. Manusia terpanggil untuk
benar-benar mengenal Dia yang hadir dalam batinnya. Memang, Tuhan di mana- mana dan tiada sesuatu di luar jangkauan-Nya. Tetapi
, kehadiran Tuhan “dalam”
batin manusia bermakna khusus: kehadiran yang bersifat pribadi itu bukan masalah jarak yang dapat diukur. Kehadiran dan hubungan antar pribadi
berlandaskan kodrat manusia sebagai makhluk yang berakal budi dan berkehendak bebas, sehingga dapat mengerti dan mencinta. Berkat kodrat rohani
inilah hubungan “erat” satu sama lain dapat dijalin antar manusia dan Tuhan Yang
adalah Roh semata. Hubungan pribadi dijalin oleh kasih, dan dengan mengasihi baru mengerti. Maka, spiritualitas menyangkut keberadaan orang beriman sejauh
dialami sebagai anugerah Roh Kudus yang meresapi seluruh dirinya Heuken, 2002: 11.
Ciri khas spiritualitas adalah sebagai sebuah kompas etis atau kecerdasan moral. Tingkat inteligensi dapat mengukur prestasi seseorang, apakah orang itu
akan berhasil dalam pendidikan dan kehidupannya atau tidak, namun ini lebih berorientasi kepada kesuksesan pribadi. Sedangkan sukses dalam spiritualitas
lebih menunjuk pada perhatian kepada sesama. Lihat Markus 12:30-31a,
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.” Kemudian
hukum yang kedua: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”