10
A. Latar Belakang Hidup Serta Panggilan Santo Ignatius Loyola
Dalam bukunya yang berjudul “
Ensiklopedi Gereja
” He
uken, 2004:68, mengatakan bahwa Ignatius dari Loyola lahir dari keluarga bangsawan Basque
Spanyol Utara dan dididik di istana kerajaan, tempat ia mengejar karir sebagai orang istana dan perwira. Ignatius adalah anak bungsu. Jumlah kakaknya tidak
diketahui dengan tepat, tetapi dalam proses beatifikasi disebut dua belas menurut Ribadeneira 7 laki-laki dan 5 perempuan. Ayahnya bernama Beltran Yanez de
Onaz, ibunya Marina Sankhez de Licona. Waktu mempertahankan benteng Pamplona melawan tentara Perancis, Inigo nama baptisnya menjadi jiwa
pertahanan. Ia baru menyerah, ketika kakinya kena peluru 1521. Untuk menghabiskan waktu berjam-jam dalam kesendirian dan kebosanan
di kamarnya, Ignatius minta beberapa buku untuk dibaca. Hanya dua buku yang dapat ditemukan dalam seluruh rumah yaitu buku tentang kehidupan Kristus dan
buku lain tentang kehidupan para kudus. Meskipun buku-buku ini tidak sesuai dengan seleranya, Ignatius toh mulai membacanya juga. Lama-kelamaan ia mulai
tertarik Jou, 1991: 33. Selama pemulihan kesehatannya di Puri Loyola, ia tidak dapat
memperoleh bacaan lain kecuali suatu riwayat orang-orang kudus serta buku Hidup Kristus karya Ludolf dari Saksen. Lama-kelamaan cita-cita hidupnya
berubah: Inigo ingin menjadi “tentara Kristus” yang menonjo
l di pengabdiannya Heuken, 2004: 69.
Pada akhir bulan Februari 1522 dengan alasan untuk membicarakan beberapa masalah dengan mantan atasannya, Ignatius meninggalkan rumah.
11
Saudaranya yang menjadi imam dan dua orang pelayannya menemaninya. Di tengah perjalanan, ia mengajak saudaranya untuk melewatkan malam dengan
berdoa di dalam gereja Aranzazu di muka patung Maria, pelindung daerah itu. Di sini Ignatius mengucapkan kaul kemurnian dan memohon pertolongan Maria agar
dapat melaksanakannya Jou, 1991: 37. Ada tiga tahap dalam perjuangan rohaninya. Dalam tahap pertama,
peziarah ini menjalani denda dosa dengan berpuasa dan berdoa lama. Ia berdoa tujuh jam setiap harinya. Ia mengalami kedamaian dan kegembiraan dalam
hatinya. Dalam tahap kedua, perjuangan lebih sulit. Ignatius mulai merasa was- was tentang kehidupannya di masa lalu, dosa-dosanya dan pengakuan dosanya. Ia
takut jangan-jangan ia telah memilih jalan yang salah, kadang-kadang ia digoda oleh pikiran untuk bunuh diri. Semakin lebih banyak ia berdoa dan berpuasa,
semakin ia merasa sedih dan hampa. Tidak ada seorang pun dapat memberinya pertolongan. Sekali waktu ia mendapatkan penglihatan: seekor ular dengan
banyak mata berputar-putar dan bergulung di udara. Meskipun penglihatan ini memberinya rasa bahagia, ia kemudian tahu penampakan itu adalah olah roh jahat.
Penderitaan batinnya pada tahap ini berlangsung selama empat bulan. Tiba-tiba semua kegelisahan dan keragu-raguannya hilang dan mulailah tahap ketiga. Suatu
hari sewaktu duduk di pinggir sungai, ia merasa seakan-akan suatu cahaya semakin bersinar dalam jiwanya. Kesedihan dan ketakutan lenyap dan yang ada di
sekitarnya hanyalah terang, kegembiraan dan kedamaian. Pada saat itu ia lalu mengerti segala sesuatu tentang ajaran-ajaran iman Kristen, dan memahami
dengan cara khusus misteri Tri Tunggal Maha Kudus. Meskipun ia belum belajar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI