19
2 Cara berdoa kedua berupa renungan kata demi kata mengenai salah satu doa
biasa seperti Bapa Kami, Salam Maria, Aku percaya. 3
Cara doa ketiga ialah mengucapkan doa biasa kalimat demi kalimat menurut irama pernafasan.
Inilah skema paling dasar yang digunakan oleh Ignatius untuk
mengajarkan cara doa, menurut pikirannya sejak semula, cara yang akan mengubah seluruh manusia dalam praktek hidupnya. Ignatius sendiri
menggunakan cara itu, sebagai cara memberikan Latihan Rohani yang paling sederhana kepada orang yang tidak berpendidikan. Dari sejarah kita tahu bahwa
skema ini digunakan juga oleh St. Franciscus Xaverius dalam mengajar orang- orang Kristen, yang ditobatkan sepanjang pantai selatan India dan di kepulauan
Maluku. Dengan cara doa itu ia membangun jemaat Kristen di mana-mana. Latihan Rohani dalam kerangkanya yang lebih lengkap, dibangun oleh
Ignatius setelah pengalaman-pengalaman yang diperoleh di Manresa. Ignatius
sudah belajar “berefleksi” dan “mulai berpikir
-pikir tentang hal-hal yang
berhubungan dengan Tuhan”: Inilah praktek meditasi.
5. Praktek Meditasi
Praktek meditasi atau doa diatur dengan metode tertentu berlangsung lewat tiga daya: ingatan, pikiran, kehendak. Dengan pengalaman mistik tentang susunan
dunia di tepi sungai Cardoner tentang Tritunggal, tentang Penciptaan dengan kebiasaannya mengaku dan menyambut setiap minggu, membaca kisah sengsara
di waktu Misa, dengan pengalaman dosa begitu dahsyat dan malam gelap yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
ditandai skrupel. Ia membaca catatan-catatan yang kemudian disusun dalam serangkaian doa: Latihan Rohani Minggu I: dalam Kehidupan Rohani sejalan
dengan yang dinamakan:
“Via Purgativa”
jalan pembersihan atau pentobatan.
6. Metanoia
Metanoia, perubahan arah berpikir harus tercapai dengan latihan-latihan minggu ini. Metanoia adalah karakteristik, ciri khas retret Ignasian minggu I.
Meditasi-meditasi berat tentang Azas dan Dasar Hidup manusia tentang dosa, tentang neraka yang dapat ditambah dengan aturan-aturan tambahan yang cermat:
dalam hal doa Ignatius tidak mau menyerahkan segala pada usaha sendiri saja. Disini beda Ignatius dengan banyak pembimbing retret, yang rajin
mempersiapkan khotbah menarik, tetapi menyerahkan cara pengolahannya kepada para pendengarpeserta sendiri. Ignatius memberi dan menganjurkan tuntutan
meditasi singkat, tetapi mengenai pelaksanaannya doanya ia mendetail, dengan persiapan sebelum dan sesudah tidur, mengheningkan diri, sikap, pengolahan
bahan, wawancara dan refleksi tentang keseluruhan. Pertanggungjawaban kepadap pembimbing dipusatkan kepada garis pelaksanaan dan gerakan roh, yang
dirasakan, dialami selama meditasi.
7. Wawancara
Wawancara dengan Kristus dan mengalihkan pengolahan bahan dari pikiran menjadi perasaan hati pada taraf hubungan pribadi. Aspek hubungan
pribadi ini tidak pernah dilupakan Ignatius, tetapi ajaran ini justru tidak jarang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
ditelantarkan dalam bimbingan, dengan bahaya, bahwa orang hanya dibekali dengan cara meditasi kering, karena ditelanjangi unsur afektifnya yang amat
penting.
8. Kontemplasi
Minggu II Via Illuminativa jalan penerangan dalam intinya mengajarkan cara baru yang disebut kontemplasi, dalam latihan mengenai Penjelmaan dan
Kelahiran Kristus dan kemudian diteruskan selama latihan-latihan tentang kehidupan Kristus di medan masyarakat. Ignatius seperti dalam meditasi Minggu I
dalam doa kontemplasi menyiapkan pribadi yang berlatih dengan disuruh
mengfantasikan “tempat peristiwa” dan disitu me
nampilkan pribadi-pribadi yang bergerak, bertindak, berbicara dan yang berkontemplasi sendiri ikut ambil peranan
kecil, sedang Yesus selalu ada di tengah, menjadi pusat perhatian. Dengan berkontemplasi berulang-ulang tentang kehidupan Yesus, orang ingin belajar
mengenal, mencintai, dan meneladan Tuhan dan Penebus kita ini buah kontemplasi yang diharapkan. Mulai Minggu II seluruh Doa Latihan Rohani
berpusat pada Kristus.
9. Ulangan
Doa ulangan latihan III dan IV setiap hari dalam minggu II tanpa mengambil bahan baru, selama Retret Agung banyak sekali digunakan oleh
Ignatius. Hal ini harus orang artikan sebagai usaha peresapan kenyataan, yang telah diperoleh dari kontemplasi. Sekali lagi manusia menyaksikan praktek
22
Ignatius yang dirumuskan dalam patokan: Bukannya pengetahuan melimpah yang memberikan kepuasan kepada jiwa, melainkan dapat merasakan dan mencicipi
kenyataan sedalam-dalamnya. Ignatius tidak mementingkan banyaknya ilham yang diperoleh tetapi mengenakan pemikiran dan perasaan Kristus.
Unsur cita dan rasa lebih penting, berbagai hidup dengan Kristus. Pendoa di dalam ulangan-ulangan ini sengaja menjadi lebih pasif, menunggu Rahmat
Tuhan dan menerimanya dalam bentuk dan sesuai waktu yang direncanakan oleh- Nya.
10. Pengarahan panca indera Pengarahan panca indera sebagai latihan V setiap harinya merupakan
latihan, doa pasif, di mana panca indera angan-angan mau mencicipi apa yang sudah dikontemplasikan dan diulang-ulang sepanjang hari. Latihan ini lebih
menuju pada doa iman prayer of faith dan doa keheningan prayer of quiet.
11. Pemilihan Apa pemilihan juga merupakan doa? Bagi Ignatius keputusan yang
menyangkut kesempurnaan hidup, kesempurnaan bertindak perlu diketemukan dalam doa. Di samping mempertimbangkan alasan pro-kontra, berdasarkan data
dan fakta selengkap-lengkapnya, dengan hati lepas-bebas, sikap terbuka, hanya ingin mengikuti Kristus dan mencari kehendak Tuhan, orang melakukan
kontemplasi dan melihat apa yang dirasai sebagai gerakan Tuhan di dalam hatinya. Dorongan mana yang diberikan tenang, damai, kepuasan dan kesatuan
23
dengan Kristus, yang dirasa berkenan kepada Tuhan setiap kali orang merenung dan berdoa. Ignatius menggunakan cara ini untuk menentukan jalan
kesempurnaan hidup dalam kemiskinan total, sewaktu ia menyusun konstitusinya. Dari buku hariannya terbukti bahwa ia melewatkan waktu dari 2 februari- 12
maret 1544 untuk menemukan kehendak Tuhan dalam doa, kurban misa, pengamatan gerakan dan hiburan, sampai menemukan keputusannya yang
definitif. Baru setelah dianggap selesai dan sempurna, dengan rasa puas ia mengakhiri pilihan pada tanggal 12 Maret 1544 dengan kata-
kata: “Saya sudah menentukan hari ini mengambil keputusan” selesai
12. Penegasan dalam Roh
Cara ini yang dikenal dengan istilah “Pembedaan Roh” atau “penegasan dalam Roh”
ini sekarang banyak dipelajari dan dilatihkan sebagai sarana yang membantu untuk menentukan sikap, menjatuhkan pilihan di masa pos Vatikan, di
masa imam, religius, awam kerap dihadapkan dengan keputusan yang besar tanggung jawabnya.
13. Doa persatuan ikut sengsara, ikut mulia Minggu III dan IV merupakan puncak dalam Via Unitiva
“jalan persatuan”
lewat sengsara dan kebangkitan Kristus. Bahan kontemplasi bergerak sekitar karya penebusan sebagai akhir hidup Kristus. Di sini perubahan sikap dalam
kontemplasi
dijelaskan tidak hanya “memandang atau bahkan tidak cukup “ikut memainkan peranan” seperti dalam kontemplasi minggu II, tetapi pendoa harus
24
terlibat ikut ambil bagian secara langsung dalam sengsara Kristus: ia harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk ikut menderita, bersedih dan meratap,
menyadari keinginan Kristus untuk menderita, bagaimana ke-Allahan-Nya menyembunyikan diri. Sebaliknya dalam minggu IV pendoa harus menanggapi
keinginan Yesus, yang merasa terdorong untuk membagikan kegembiraan kebangkitan-Nya, orang membiarkan sukacita dan cinta dalam perjumpaan
dengan Kristus, bangkit meresapi seluruh diri pribadinya. Ke-Allahan yang tersembunyi dalam sengsara, di sini nampak bersinar cerah dan Kristus
memainkan peranan-Nya sebagai Penghibur. Dalam doa ini orang pasif membiarkan Tuhan bergerak dan ia sendiri menerima, meresapi, dan menikmati.
14. Kontemplasi Cinta Sebagai rangkuman seluruh Latihan Rohani dan doa Ignasian masih harus
kami tambahkan “kontemplasi untuk mendapatkan Cinta”. Di sini pendoa berdi
ri di tengah-tengah alam sebagai manusia yang diciptakan, ditebus, dan dirahmati,
bertanya-tanya, apa yang dapat dilakukan sebagai balasan cinta yang begitu besar, yang dari Tuhan tercurah kepadanya. Setiap makhluk, setiap peristiwa yang selalu
berarti rahmat setiap hari dalam hidupnya, mengundang doa, setiap kali mengulang-
ulang, “Terimalah ya Tuhan dan ambillah….semua itu pemberianMu, kepadaMu, ya Tuhan, kupersembahkan…..”
Dengan pengalaman ini sebetulnya terungkap seluruh dinamika doa Ignasius: atas- tengah- huruf. Cinta yang mendorongnya untuk memilih sesuatu
harus “dari atas”. Tetapi lewat “tengah”, yakni lewat Kristus. Kristus adalah
25
sungguh-sungguh Pengantara. Yesus, sungguh Allah dan sungguh manusia,
adalah Pengantara antara yang “di atas” dan “huruf”. Dan dengan “huruf” tidak
hanya dimaksudkan huruf buku misa, tetapi seluruh realita Gereja dan dunia. Melalui Kristus cinta Allah, hidup dan kekuatan Allah, mengalir ke dalam segala
makhluk di muka bumi. Sikap inilah yang merupakan ciri khas doa dan mistik Ignasius. St.
Ignasius mengalami Allah dalam gerakan cinta yang turun dari “atas” melalui Kristus di “tengah” sampai ke “huruf” di bawah. Dan gerakan ini tidak hanya
diterima saja. Ignasius mengharapkan “rahmat supaya diterima di bawah panji Kristus”
supaya dapat ikut dengan karya Allah dalam Kristus Jacobs, 1980: 40- 41. St. Ignatius melalui Latihan Rohani menuntun ke arah melalui Kontemplasi
untuk Mendapatkan Cinta. Di sini orang dilatih untuk merasakan dalam iman bahwa segala sesuatu merupakan pancaran kasih Tuhan. Dengan demikian, orang
diharapkan mampu menemukan Tuhan dalam segala hal yang artinya bahwa Tuhan yang tak lain adalah Sang Kasih itu sendiri. Dengan demikian, manusia
diharapkan mau menyerahkan diri untuk diuasai oleh cinta Allah.
3. Kekhasan Spiritualitas St. Ignatius Loyola
Baik melalui bapa-bapa pengakuan maupun dengan buku-buku yang dibacanya Ignatius berhubungan erat dengan ordo-ordo kontemplatif dan dengan
para pater Dominikan yang juga sangat mementingkan kontemplasi. Dan di
kalangan mereka timbullah suatu gerakan baru, yang disebut “Devosi Modern”. Mereka menyebut diri “modern” karena dua alasan:
pertama, oleh karena mereka mencari pembaharuan hidup rohani bukan dalam hal-hal yang luar biasa,
26
melainkan dalam menunaikan tugas-tugas yang biasa. Kedua, karena mereka menekankan untuk itu perhatian untuk hidup rohani pribadi, dan bukan acara
kebiaraan Jacobs, 1980:16. Dengan tepat St. Ignatius disebut g
uru doa batin. Bukunya “Latihan Rohani” membantu banyak orang dalam usaha mereka untuk bermeditasi dan
berkontemplasi. Dan dalam gerakan pembaharuan hidup rohani dewasa ini, dengan perhatian yang begitu besar pada aneka ragam bentuk doa, tentu timbullah
ju
ga pertanyaan mengenai bentuk doa yang “khas Ignasian”. Ada juga yang
menekankan hubungan antara hidup doa dan kerasulan. Ada lagi yang berkata bahwa St. Ignatius sama sekali tidak mempunyai bentuk doa yang khusus, hanya
mengintegrasikan bentuk-bentuk yang
tradisional dalam kerangka “Latihan Rohani”. Ada juga yang menarik perhatian pada hubungan antara meditasi dan
kontemplasi. Sebaiknya orang bertanya kepada St. Ignatius sendiri, khususnya
melihat buku “Latihan Rohani”.
Yang mengesan pertama-tama bahwa Ignatius sering tidak membedakan dengan jelas antara meditasi dan kontemplasi. Keduanya disebut bersama-sama
atau tanpa membedakannya dengan jelas. Tetapi dari lain pihak bahwa pada
umumnya disebut “kontemplasi” segala renungan mengenai “Misteri hidup
Kristus
Tuhan kita”, sedangkan kata “meditasi” dipakai terutama untuk renungan
mengenai dosa dan neraka. Daripada itu seolah-olah dapat disimpulkan bahwa meditasi biasanya mengenai diri orangnya sendiri, sedangkan kontemplasi dipakai
untuk renungan tentang misteri Kristus. Kedua latihan terakhir ini memang lebih menyangkut orangnya sendiri, khususnya sejauh mempersiapkan diri untuk
27
“menyelidiki dan mohon penjelasan guna mengetahui dengan hidup atau status manakah Yang Maha Agung mau dilayani oleh manusia”.
“Kontemplasi untuk memperoleh cinta” sebenarnya tidak hanya
merenungkan hidup dan misteri Kristus. Dan tidak begitu jelas pula mengapa
Ignatius berkata: “Ia menampakkan diri kepada Yusuf dari Arimatea, sebagaimana dengan layak dimeditasikan” atau “Ratu kita naik
keledai,
sebagaimana dapat dimeditasikan dengan layak”. Di sini kata “meditasi” lebih baik diterjemahkan dengan “renungan”, dan kiranya mencakup apa yang disebut
“kontemplasi” juga. Sebaliknya renungan “atas doa Bapa Kami” disebut “kontemplasi”. Dan cara b
erdoa yang kedua secara umum diterangkan sebagai
“mengkontemplasikan arti masing
-
masing kata dari sebuah doa”. Khususnya dari
contoh terakhir ini kiranya kelihatan bahwa perbedaan utama antara meditasi dan kontemplasi bukanlah perbedaan bahan renungan mengenai diri sendiri atau
mengenai Kristus. Memang betul bahwa kontemplasi diadakan mengenai misteri hidup Kristus, tetapi tekanan ada pada misteri. Perbedaan antara meditasi dan
kontemplasi terletak pada hubungan dengan misteri Jacobs, 1980:29-30. Kontemplasi sendiri merupakan suatu ungkapan yang sedemikian kaya.
Pada dasarnya kontemplasi merupakan anugerah hidup dari Allah, dan setiap anugerah Allah melampaui batas-batas konsep manusia. Usaha pemahaman
manusia selalu terbatas dan tidak pernah akan habis menggali anugerah ini. Kontemplasi berarti melekat pada pribadi-pribadi ilahi. Melekat artinya hidup dan
bergerak menuju dan melekat pada pribadi-pribadi ilahi. Itu berarti suatu hubungan langsung antara Allah dan manusia tanpa pengantara barang-benda dan
28
konsep-konsep. Hubungan dengan Allah seperti itu melibatkan seluruh pribadi manusia. Melekat dalam hati mencakup cinta tahan uji kepada Tuhan. Hubungan
seperti itu, suatu hubungan penyerahan total dan cinta tahan uji, mengandaikan adanya pemahaman dan pengenalan dengan Tuhan lewat pengalaman dan hidup
di bawah gerakan-gerakan Roh. Memiliki keutamaan cinta berarti ikut ambil bagian hidup Allah, dan
berarti pula ambil bagian dalam kegiatan cinta Allah. Allah ingin memberikan segala-galanya yang dimiliki sampai memberikan Putera-Nya yang terkasih dan
Roh-Nya. Cinta orang Kristen dengan demikian tertuju kepada Allah dan manusia. Dia mencintai Allah dan mencintai citra-Nya. Memberikan diri bersama
Tuhan, dalam Tuhan dan seperti Tuhan itulah keutamaan cinta. Maju dalam cinta berarti maju dalam pemberian diri. Melekat pada Tuhan dalam cinta kasih berarti
tiada henti-hentinya ingin memberikan diri kepada Allah dan sesama. Iman, harapan, dan cinta merupakan sumber hidup kontemplasi, yang
berarti semakin melekatkan hidup menuju kepada Tuhan. Ketiga keutamaan itu satu realitas, yaitu realitas satu pribadi anak Allah yang menerima kebijaksanaan
dan kekuatan Roh dan karenanya kemampuan baru untuk melihat dan kemampuan baru untuk mencinta. Sumbernya ialah Roh Kudus yang hidup dalam setiap orang.
Rahmat Roh Kudus ini mengubah manusia menjadi anak Allah, sampai dapat
menyebut Allah ‘Bapa’. Kehadiran Roh Kudus ini mengajar manusia untuk
mencintai dengan membuat manusia hamba Allah dan sesama Darminta, 1983:28-30.
29
a. Karya-karya Pelayanan St. Ignatius Loyola
Dalam pembahasan sebelumnya, telah penulis uraikan mengenai perjalanan panggilan Ignatius bepergian naik turun melangkah berbagai negara dan
mengatasi banyak kesulitan. Pada pembahasan ini penulis akan menguraikan karya-karya pelayanan Ignatius memenangkan pertempuran Tuhan melalui
sahabat-sahabatnya yang tersebar di penjuru dunia. Dia akan berjuang melalui pelayanan sederhana, dengan meneladan Yesus yang datang ke dunia untuk
melayani. 1.
Pengalaman Memberi Pakaian Kepada Orang Miskin di Montserrat Februari 1522
Ia berjalan ke Montserrat. Dalam hati ia berpikir, seperti biasa, mengenai hal-hal yang akan dilakukannya demi kasih kepada Allah. Ia mengambil
keputusan untuk jaga malam sebagai ksatria, tanpa duduk atau berbaring, tetapi kadang-kadang berdiri dan kadang-kadang berlutut, di muka altar Bunda Maria di
Montserrat. Di situ ia juga mau menanggalkan pakaiannya dan mengenakan persenjataan Kristus.
Sehari sebelum pesta Santa Maria bulan Maret tahun 1522, malam hari dengan diam-diam ia mencari seorang miskin. Ia menanggalkan pakainnya dan
memberikannya kepada orang miskin itu. Ia sendiri mengenakan pakaian yang dicita-citakan. Ia berlutut di depan altar Bunda Maria sepanjang malam, sekali
berlutut, lain kali berdiri dengan tongkat di tangannya. Pagi-pagi buta ia berangkat supaya tidak diketahui orang. Ia mengambil
jalan simpang lewat sebuah desa yang disebut Manresa. Pengalaman ini ia catat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
dalam sebuah buku yang memberikan banyak penghiburan baginya. Tiba-tiba ada seorang menyusulnya dan bertanya apakah dia memberikan pakaian kepada orang
miskin dan Ignatius menjawab benar demikian. Air mata mulai keluar karena kasihan kepada orang miskin itu. Kasihan karena Ignatius tahu bahwa mereka
pasti menghajarnya sebab mengira orang miskin itu telah mencuri pakaiannya. Ignatius berusaha keras menghindari penghormatan dari orang-orang Camara,
1996:23-25.
2. Meminta-minta dan Membagikan Makanannya Kepada Pengemis Manresa
Maret 1522-Februari 1523 Di Manresa ia berkeliling minta sedekah setiap hari. Ia berpantang daging
dan tidak minum anggur, juga tidak mau kalau diberi. Seringkali di siang bolong ia melihat dari dekat sesuatu di langit, yang memberinya banyak penghiburan
karena amat indah, luar biasa. Dia senang sekali dan amat terhibur melihat itu. Bila hal itu menghilang, ia merasa amat tidak senang Camara, 1996:26-31.
Di Manresa, Ignatius tinggal di beberapa tempat, di kamar yang disediakan oleh pater-pater Dominikan di dalam biara mereka, di sebuah rumah sakit, di
sebuah gua dan beberapa rumah pribadi. Beberapa wanita yang baik hati menyediakan makan dan memperhatikan kebutuhan Ignasius lainnya. Ignasius
juga pergi berkeliling setiap hari untuk meminta-minta dan membagikan makanannya kepada pengemis-pengemis lain. Sedikit demi sedikit orang-orang di
tempat itu mulai menunjukkan kasih sayang kepadanya. Selain meminta-minta, ia mereka lihat sering berdoa lama. Anak-
anak memanggilnya “orang suci” atau “orang yang berpakaian goni”.
31
Maksud kedatangannya di Manresa adalah untuk tinggal beberapa hari di sebuah rumah sakit dan menuliskannya dalam buku hariannya pengalaman-
pengalaman rohaninya di Montserrat Jou, 1991: 39-40.
3. Mengajar Agama kepada Anak-anak di Azpeitia 1537
Dengan mengendarai kuda dari Paris ke Spanyol sampailah ia di Azpeitia, kampung halamannya di daerah Bask. Tetapi ia tidak tinggal di tempat
keluarganya. Sekali lagi ia memilih tinggal di rumah sakit di antara para pengemis dan orang-orang sakit. Dengan ini ia ingin memperbaiki contoh jelek yang pernah
ia perbuat pada waktu mudanya. Hatinya penuh kedamaian dan kegembiraan, tetapi saudaranya tidak menyetujui, karena keadaan seperti itu mengkhawatirkan
dan lagi mencemarkan nama baik keluarganya. Ignatius melakukan segala sesuatu dengan tujuan meluaskan kerajaan Allah:
percakapan mengenai perkara-perkara rohani, pelajaran agama untuk anak-anak dan orang-orang sederhana, pekerjaan sosial. Ia memerangi kebobrokan moral dan
perjudian Betancor, 1991: 86-87.
4. Di Venetia, Ignatius Memberikan Latihan Rohani Kepada Banyak Orang
Selama di Venetia, Ignatius menggunakan sebagian besar waktunya untuk memberikan latihan rohani. Seorang sarjana muda ingin mengadakan retret, tetapi
ia takut dibohongi oleh Ignatius, karena telah mendengar kabar yang tidak baik tentang Ignatius. Akhirnya ia mengambil risiko meskipun hanya setengah hati. Ia
termasuk jenis orang yang menuntut jaminan sebelum mulai mengikuti Kristus. Ia PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
datang dengan bersenjatakan buku dan sejumlah argument, tetapi kendatipun membawa semua itu Tuhan telah menghancurkan pertahanannya. Ignatius
membuktikan dirinya sebagai alat Tuhan untuk menolong pemuda itu membuka dirinya kepada Cinta Ilahi. Akhirnya Hoces menjawab panggilan Tuhan dengan
kemurahan hati yang besar Betancor, 1991: 91-92.
5. Pelayanan di Roma 1541
Pada tanggal 28 Agustus 1541, empat bulan sesudah pemilihannya sebagai Superior Jenderal, Ignatius pergi ke sebuah gereja untuk berdoa bagi kesehatan
Codure yang jatuh sakit. Sementara dalam perjalanan dia berhenti berdoa dan
berkata kepada teman yang menemaninya “Codure telah meninggalkan dunia”.
Sebagai superior Jenderal Serikat Yesus, Ignatius memikul dua tugas utama: menulis konstitusi, sebagaimana telah diperintahkan oleh Sri Paus dan memimpin
sahabat-sahabatnya dalam karya mereka bagi Gereja. Di samping itu, dia meluangkan waktunya untuk memberikan pelayanan pribadi di kota Roma.
Pada waktu di Roma banyak remaja pria dan wanita yang terlantar di jalan- jalan kota karena mereka telah kehilangan orang tua mereka akibat terjadi banyak
perang dan wabah yang sedang menjalar. Ignatius dengan sepenuh hati bekerja sama dengan mereka yang telah membangun rumah untuk anak-anak yang
terlantar itu. Tugas lain dari Ignatius adalah mendamaikan kelompok-kelompok yang sedang berselisih. Sebuah kasus penting yang berhasil dia tangani adalah
mengatasi salah paham antara Sri Paus dengan raja Portugal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Ignatius membuktikan dirinya sebagai seorang Katekis yang ulung. Pada waktu terpilih sebagai superior Jenderal, tindakan pertama yang ia kerjakan adalah
mengajar katekismus kepada anak-anak di Roma. Dia biasa mengumpulkan mereka di sebuah sudut jalan, dan mengajarkan iman Katolik kepada mereka,
meskipun bahasa Italianya jelek. Karya penting lain yang dikerjakan oleh Ignatius adalah menulis surat
sebagaimana telah diceritakan sebelumnya. Kurang lebih tujuh ribu surat atas namanya telah dipublikasi. Banyak dari surat-surat ini tidak ditulis oleh Ignatius
sendiri, tetapi oleh sekretarisnya dengan bimbingan dan pertolongannya. Surat- surat yang dikirim adalah surat-surat untuk para Yesuit, para sahabat dan bahkan
para raja dan pangeran. Karena pengalamannya dalam menulis surat, ia merasa adanya kebutuhan untuk memberi petunjuk praktis tentang cara-cara menulis
surat. Suatu karya Ignatius yang disyukuri oleh kaum muda adalah didirikannya sekolah-sekolah Yesuit. Gagasan untuk mendirikan sekolah-sekolah itu pelan-
pelan berkembang dalam pikirannya sesuai dengan petunjuk Tuhan mengenai pengabdian mana yang dituntut dari padanya Jou, 1991:105-132.
C. Semangat Pelayanan sebagai Warisan St. Ignatius Loyola
Hidup dan karya Ignatius mempunyai satu tujuan, yaitu demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar. Untuk tujuan itu ia membimbing orang-orang lain dengan
“latihan
-latihan r
ohani”. Latihan rohani adalah retret yang bertujuan
mempersiapkan dan mengajak peserta untuk mencari dan menemukan kehendak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Tuhan mengenai hidupnya. Dengan kata lain menolongnya untuk mengikuti Kristus lebih dekat.
“Mencari dan menemukan kehendak Tuhan” ad
alah pengalaman hidup yang dasariah dan menentukan, diperoleh lewat doa dan lewat pertolongan
manusia. Ignatius sendiri telah memperoleh pengalaman itu di Manresa Spanyol. Pada tahun-tahun terakhir di Roma ia menyempurnakannya agar bermanfaat bagi
orang lain Betancor, 1991:100. Ignatius adalah seorang mistikus besar. Ia terus-menerus menyadari
kehadiran Tuhan dan bersatu dengan-Nya. Ia juga seorang pemimpin sejati. Cara pemerintahannya benar-benar rohani namun selalu menyentuh pengalaman hidup
yang nyata. Ia adalah seorang bapa tanpa cenderung menjadi paternalistis. Di samping itu, Tuhan telah memberikan kepadanya orang-orang besar di antara para
sahabatnya. Sebagai bapa serikat, Ignatius berpendapat bahwa hukum cinta seharusnya
sudah cukup. Tetapi ia merasakan kebutuhan ditulisnya konstitusi, sebagai sarana untuk mempertahankan kesetiaan dalam mengabdi Tuhan. Oleh karena itu,
konstitusi merupakan perwujudan visi asli yang dianugerahkan kepada Ignatius dan sahabat-sahabatnya. Visi asli itu untuk zaman sekarang yang dihayati sebagai
panggilan untuk melayani iman dan menegakkan keadilan bukan hanya bagi yang tertahbis tapi bagi semua orang yang mengarungi kehidupan Betancor, 1991:103-
104. Demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar dan demi keselamatan manusia,
Ignatius berkehendak, agar putera-puteranya pergi ke tempat dimana kepentingan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
yang lebih universal diharapkan dapat tercapai dan ke tempat dimana mereka yang ditinggalkan menderita yang lebih membutuhkan pertolongan Seri InterNos: 15-
18. Pemberian Tuhan itu bukan hanya karya penciptaan, tetapi juga penebusan
dan anugerah pribadi. Maka dengan sewajarnya bagaimana Ignatius
mengungkapkan rasa kagum bahwa Tuhan “selalu begitu lembut dan m
urah hati
terhadapku”, “bagaimana Dia, Sang Pencipta, sampai mau menjadi manusia, dan
bagaimana Ia dari hidup baka sampai kematian yang fana, mati demikian untuk dosa-
dosaku”. Rasa kagum ini tidak berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Santo Paulus: “aku h
idup dalam iman akan Putera Allah yang mengasihi aku dan
menyerahkan diri untuk aku” Galatia 2:20. Seperti Santo Paulus begitu juga Ignatius kena oleh kasih Allah dalam Kristus: “Allah menyatakan kasih
-Nya kepada kita, karena Kristus mati bagi kita, malahan pada waktu kita sendiri masih
berdosa” Roma 5:8. Paulus berkata bahwa Allah “mengutus Putera
-Nya sendiri
dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa” Roma 8:3,
artinya dalam Kristus Allah turun sampai kelemahan setiap manusia. Menurut Ignatius seluruh rencana keselamatan Allah diarahkan sedemikian rupa sehingga
“Tuhan lahir dalam kemiskinan yang paling berat, dan sesudah mengalami begitu
banyak penderitaan, lapar, haus, panas, dingin, keaiban dan penghinaan, akhirnya mati di kayu sali
b” Jacobs, 1980: 34
-35.
Pada sub bagian ini terdapat 3 inti tentang pembahasan Spiritualitas Ignasian. Pertama, latar belakang hidup serta panggilan Santo Ignatius Loyola.
36
Disini dibahas akan biografi singkat Santo Ignatius mulai dari keluarga, perjalanan pendidikan, dan juga pertobatan Santo Ignatius menjadi seorang rasul
sejati. Perjuangan dan pelayanan tanpa batas yang dilakukan oleh Santo Ignatius sehingga membentuk suatu cita-cita yang sungguh-sungguh diinginkannya yaitu
Latihan Rohani sebagai bentuk kontemplasi doa terhadap Yesus Kristus. Kedua, dibahas tentang pengertian dan inti dari spiritualitas itu sendiri
bahwa spiritualitas adalah sumber semangat untuk hidup, bertumbuh, dan berkembang dalam semua bidang kehidupan di dunia ini yang kita peroleh di
dalam perjumpaan dengan Allah, sesama dan diri sendiri. Selanjutnya, dilengkapi dengan pembahasan mengenai spiritualitas Ignasian itu sendiri bahwa spiritualitas
Ignasian itu tak lepas dari 14 macam doa yang ditekankan oleh St. Ignatius dalam spiritualitasnya. Lalu, dibahas juga kekhasan Spiritualitas St. Ignatius yaitu iman,
harapan, dan cinta merupakan sumber hidup kontemplasi. Terakhir, dibahas pula karya-karya pelayanan St. Ignatius selama hidupnya yang sungguh mengutamakan
Tuhan dan juga sesama. Ketiga, dibahas mengenai semangat pelayanan sebagai warisan dari St. Ignatius Loyola bahwa intinya adalah demi kemuliaan Tuhan
yang lebih besar melalui Latihan Rohani.
D. Semangat Pelayanan Para Mahasiswa Prodi Ilmu Pendidikan Agama Katolik PAK Universitas Sanata Dharma
1. Pengertian Pelayanan secara Umum
Pelayanan adalah sebagai “perbuatan yang baik”, pengabdian dan juga
bantuan kepada Tuhan dan sesama. Iman, pengharapan, dan kasih adalah inti dari pelayanan.
37
Pelayanan kasih adalah bagian tak terpisahkan dari jati diri kristiani, sesuatu yang sejak awal hingga kini senantiasa selalu terus dihidupkan. Pelayanan
kasih menyatakan dan mewartakan kasih Kristus, kasih dari hati-Nya yang tertikam, yang karenanya mengalirkan aliran-aliran air hidup Yoh 7: 38 jika dia
menimba kasih Allah dari Hati Yesus yang senantiasa terbuka. Maka, pelayanan kasih hanya akan utuh membawakan kasih Allah jika senantiasa diteguhkan dalam
perjumpaan dengan Tuhan, sebab di dalamnya dinyatakan kasih Allah, dan dengannya diterima perutusan untuk mengasihi sesama Krispurwana, 2010: 162-
164. Di samping pelayanan dengan pengertiannya yang luas tersebut di atas di
dalam Perjanjian Baru juga dikemukakan adanya pelayanan dengan pengertian yang sempit atau khusus. Pelayanan dalam pengertiannya yang disebut
belakangan diartikan sebagai pelayanan kepada orang-orang yang sangat membutuhkan bantuan, yakni pelayanan kepada orang-orang miskin, orang-orang
yang sakit, orang-orang yang tidak memiliki tempat tinggal, orang-orang yang terhukum, dan seterusnya.
Pelayanan menjadi Injil dalam aksi, yang tidak hanya dilihat sebagai bagian kehidupan sehari-hari, namun lebih sebagai sumbernya. Iman,
pengharapan, dan kasih adalah inti dari pelayanan. Pelayanan murah hati adalah bentuk pelayanan yang keluar dari hati yang
sungguh mau memberi. Semua dilakukan demi semakin dirasa-dilaksanakannya semangat Gereja yang melayani. Namun begitu, pelayanan yang murah hati tidak
dimaksudkan sebagai sebuah pelayanan yang
semau gue, yang tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
mengindahkan konsensus bersama, yang a-yuridis. Pelayanan yang murah hati adalah pelayanan demi kebaikan bersama, ut bonum commune. Jika demikian,
pelayanan yang murah hati haruslah berada dalam koridor tata penggembalaan yang ditumbuh-mekarkan. Pelayanan murah hati harus dilihat dan ditempatkan
dalam konteks yang luas, yakni dalam keseluruhan cita-cita Gereja semesta untuk mewartakan karya keselamatan Allah melalui Kristus dalam dunia. Dalam Injil
Lukas 6:36 tela
h dikemukakan bahwa “Bukankah kita mesti murah hati, sama seperti Bapa adalah murah hati” Suharyo. 2009: 69.
2. Arti dan Makna Semangat dalam Pelayanan
Semangat dalam melayani itu tidak akan habisnya karena sikap itu tumbuh hanya dalam diri orang yang ingin tergerak akan keutamaan Kerajaan Allah.
Semangat itu juga identik dengan sikap rendah hati yang mau berkorban demi sesama dan demi Allah itu sendiri.
Motivasi pelayanan hendaknya berangkat dari ketulusan dan bukan dari semangat mencari pengakuan. Dalam Injil Lukas, Yesus menyampaikan
kebenaran kepada kita bahwa para pelayan yang harus rela melayani tuannya merupakan hal yang sudah sewajarnya dilakukan. Tidak ada pelayan yang serba
minta ucapan terima kasih dari majikannya atau serba mau minta cuti dan istirahat. Tentu dari pihak majikan, perlu ada ungkapan terima kasih itu dan gaji
yang sesuai. Tetapi dari pihak si pelayan, ia harus melakukan segala sesuatu karena itu memang telah menjadi tugasnya. Melakukan dengan tulus sebagai rasa