Peranan spiritualitas Ignasian terhadap semangat pelayanan para mahasiswa prodi PAK Universitas Sanata Dharma sebagai calon katekis.

(1)

viii ABSTRAK

Judul skripsi PERANAN SPIRITUALITAS IGNASIAN TERHADAP SEMANGAT PELAYANAN PARA MAHASISWA PRODI PAK UNIVERSITAS SANATA DHARMA SEBAGAI CALON KATEKIS dipilih berdasarkan kenyataan bahwa pemahaman para mahasiswa Prodi PAK terhadap semangat St. Ignatius Loyola masih terbilang kurang terutama wawasan dan pengetahuan akan spiritualitas St. Ignatius Loyola. Padahal, Universitas Sanata Dharma sebagai lembaga yang berpedoman akan pedagogi Ignasian. Selain itu, motivasi panggilan untuk menjalani proses studi di Prodi PAK juga menjadi perhatian bersama karena tidak sedikit para mahasiswa yang memilih prodi PAK dengan keterpaksaan dan bukan dari pilihan hati nurani sendiri. Keterlibatan para mahasiswa Prodi PAK dalam kegiatan lingkungan maupun paroki pun juga menjadi sorotan. Dalam prosesnya, para mahasiswa akan mengalami dinamika bersama umat dalam pelayanannya melalui mata kuliah yang dijalani. Para mahasiswa Prodi PAK belum sungguh-sungguh menghayati perannya sebagai calon pewarta yang akhirnya nanti menjadi pemimpin untuk membawa umat untuk tumbuh dan berkembang bersama demi iman mereka kepada Kristus.

Persoalan pokok pada skripsi ini adalah bagaimana para mahasiswa Prodi PAK bisa kembali menemukan jati diri dalam panggilannya sebagai calon katekis dan mantap akan panggilannya sehingga mampu meningkatkan semangat pelayanannya untuk melayani umat dengan sepenuh hati dan tanpa batas. Selain itu, sebagai lembaga yang berpedoman pada pedagogi Ignasian, perlu untuk para mahasiswa meningkatkan wawasan akan sosok St. Ignatius Loyola terutama dalam spiritualitasnya. Oleh karena itu, untuk mengkaji lebih lanjut persoalan yang dihadapi para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma, penulis melakukan pengamatan, penyebaran kuesioner dan studi pustaka yang bersumber dari Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja, dan juga pandangan-pandangan para ahli. Hal ini diperlukan untuk memperoleh gagasan pemikiran untuk membuat usulan program pendampingan yang sesuai dengan corak kehidupan umat sehingga mereka semakin mampu meningkatkan keterlibatan mereka dalam hidup menggereja dan bermasyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa para mahasiswa Prodi PAK perlu menambah pengetahuan dan wawasan serta memberi perhatian lebih akan Spiritualitas Ignasian karena pemahaman mereka masih terbilang kurang bahkan kurang menghayati. Selain itu, pengolahan hati untuk mantap sebagai katekis juga dialami oleh sebagian besar para mahasiswa karena tidak sedikit yang merasa putus asa menjalani proses sehingga berdampak pula pada keterlibatan mereka untuk aktif dalam hidup menggereja. Namun para mahasiswa Prodi PAK memiliki harapan melalui kegiatan rekoleksi demi peningkatan hidup menggereja mereka. Maka dari itu, penulis dalam skripsi ini mengusulkan suatu program pendampingan iman melalui rekoleksi Latihan Rohani sebagai upaya untuk meningkatkan semangat pelayanan dalam hidup menggereja. Dengan demikian cita-cita para mahasiswa Prodi PAK untuk melayani tanpa batas dan lebih dekat dengan Kristus dapat terwujud.


(2)

ix ABSTRACT

The title of this undergraduate thesis is THE ROLE OF THE IGNATIAN SPIRITUALITY TOWARDS THE SPIRIT OF SERVICE THE STUDENTS OF CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION DEPARTMENT OF SANATA DHARMA UNIVERSITY AS CATECHIST CANDIDATES. This title was chosen based on the fact that the students of PAK' understanding of the spirit St. Ignatius Loyola is relatively less, especially the insight and knowledge of the spirituality of St. Ignatius Loyola. In fact, Sanata Dharma University as an institution applies the Ignatian pedagogy. In addition, the motivation to study in PAK also becomes a common concern because there are many students who chose Prodi PAK involuntary and not of choice of their own conscience. PAK students involvement in environmental activities as well as in the parish was also in the spotlight. In the process, the students will experience the dynamics with the people in his ministry through the courses undertaken. The students of PAK did not truly live up to its role as a potential cathechist who eventually became a leader to bring people to grow and develop together for the sake of their faith in Christ.

A key issue in this thesis is how the students of PAK can re-discover the identity of their vocation as catechists and happy with their vocation to enhance the spirit of service to serve the people wholeheartedly and without limits. Additionally, as an institution based on the Ignatian pedagogy, the students need to improve insight from the figure of St. Ignatius Loyola, especially from Ignatian spirituality. Therefore, to further assess the problems faced by the students of PAK Sanata Dharma University, the author made observations, questionnaires and literature that comes from Scripture, Church documents, and also the views of experts. It is necessary to have a mentoring program to increase their involvement in the church and society.

Based on the results of the research, the students of PAK need to increase their knowledge and insight and to give more attention to Ignatian Spirituality for their understanding is still somewhat less even less to live. In addition, the heart processing as catechists was also experienced by most students because there are many who feel desperate to undergo the process so that it will have impact on their active involvement in life of the church and society. But the students of PAK have hope through recollection in order to improve their lives. Therefore, the author in this paper proposes a mentoring program through recollection of the Spiritual Exercises in an effort to boost the spirit of service in life of the church. Thus the ideals of the students of PAK to serve indefinitely and closer to Christ can be realized.


(3)

i

PERANAN SPIRITUALITAS IGNASIAN TERHADAP SEMANGAT PELAYANAN PARA MAHASISWA

PRODI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA

SEBAGAI CALON KATEKIS

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Robertus Sarmahalam Saragih NIM: 111124040

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur skripsi ini saya persembahkan Kepada Allah Bapa, Putera, dan Roh Kudus

Kepada Bunda Maria

Untuk Ayah dan Ibu yang selalu mendoakan saya

Untuk Sahabat-sahabat terbaik Prodi PAK 2011, dan pihak-pihak yang selalu mendukung dalam cinta dan kasih serta perhatian


(7)

v MOTTO

“Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Flp 1:21)


(8)

(9)

(10)

viii ABSTRAK

Judul skripsi PERANAN SPIRITUALITAS IGNASIAN TERHADAP SEMANGAT PELAYANAN PARA MAHASISWA PRODI PAK UNIVERSITAS SANATA DHARMA SEBAGAI CALON KATEKIS dipilih berdasarkan kenyataan bahwa pemahaman para mahasiswa Prodi PAK terhadap semangat St. Ignatius Loyola masih terbilang kurang terutama wawasan dan pengetahuan akan spiritualitas St. Ignatius Loyola. Padahal, Universitas Sanata Dharma sebagai lembaga yang berpedoman akan pedagogi Ignasian. Selain itu, motivasi panggilan untuk menjalani proses studi di Prodi PAK juga menjadi perhatian bersama karena tidak sedikit para mahasiswa yang memilih prodi PAK dengan keterpaksaan dan bukan dari pilihan hati nurani sendiri. Keterlibatan para mahasiswa Prodi PAK dalam kegiatan lingkungan maupun paroki pun juga menjadi sorotan. Dalam prosesnya, para mahasiswa akan mengalami dinamika bersama umat dalam pelayanannya melalui mata kuliah yang dijalani. Para mahasiswa Prodi PAK belum sungguh-sungguh menghayati perannya sebagai calon pewarta yang akhirnya nanti menjadi pemimpin untuk membawa umat untuk tumbuh dan berkembang bersama demi iman mereka kepada Kristus.

Persoalan pokok pada skripsi ini adalah bagaimana para mahasiswa Prodi PAK bisa kembali menemukan jati diri dalam panggilannya sebagai calon katekis dan mantap akan panggilannya sehingga mampu meningkatkan semangat pelayanannya untuk melayani umat dengan sepenuh hati dan tanpa batas. Selain itu, sebagai lembaga yang berpedoman pada pedagogi Ignasian, perlu untuk para mahasiswa meningkatkan wawasan akan sosok St. Ignatius Loyola terutama dalam spiritualitasnya. Oleh karena itu, untuk mengkaji lebih lanjut persoalan yang dihadapi para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma, penulis melakukan pengamatan, penyebaran kuesioner dan studi pustaka yang bersumber dari Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja, dan juga pandangan-pandangan para ahli. Hal ini diperlukan untuk memperoleh gagasan pemikiran untuk membuat usulan program pendampingan yang sesuai dengan corak kehidupan umat sehingga mereka semakin mampu meningkatkan keterlibatan mereka dalam hidup menggereja dan bermasyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa para mahasiswa Prodi PAK perlu menambah pengetahuan dan wawasan serta memberi perhatian lebih akan Spiritualitas Ignasian karena pemahaman mereka masih terbilang kurang bahkan kurang menghayati. Selain itu, pengolahan hati untuk mantap sebagai katekis juga dialami oleh sebagian besar para mahasiswa karena tidak sedikit yang merasa putus asa menjalani proses sehingga berdampak pula pada keterlibatan mereka untuk aktif dalam hidup menggereja. Namun para mahasiswa Prodi PAK memiliki harapan melalui kegiatan rekoleksi demi peningkatan hidup menggereja mereka. Maka dari itu, penulis dalam skripsi ini mengusulkan suatu program pendampingan iman melalui rekoleksi Latihan Rohani sebagai upaya untuk meningkatkan semangat pelayanan dalam hidup menggereja. Dengan demikian cita-cita para mahasiswa Prodi PAK untuk melayani tanpa batas dan lebih dekat dengan Kristus dapat terwujud.


(11)

ix ABSTRACT

The title of this undergraduate thesis is THE ROLE OF THE IGNATIAN SPIRITUALITY TOWARDS THE SPIRIT OF SERVICE THE STUDENTS OF CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION DEPARTMENT OF SANATA DHARMA UNIVERSITY AS CATECHIST CANDIDATES. This title was chosen based on the fact that the students of PAK' understanding of the spirit St. Ignatius Loyola is relatively less, especially the insight and knowledge of the spirituality of St. Ignatius Loyola. In fact, Sanata Dharma University as an institution applies the Ignatian pedagogy. In addition, the motivation to study in PAK also becomes a common concern because there are many students who chose Prodi PAK involuntary and not of choice of their own conscience. PAK students involvement in environmental activities as well as in the parish was also in the spotlight. In the process, the students will experience the dynamics with the people in his ministry through the courses undertaken. The students of PAK did not truly live up to its role as a potential cathechist who eventually became a leader to bring people to grow and develop together for the sake of their faith in Christ.

A key issue in this thesis is how the students of PAK can re-discover the identity of their vocation as catechists and happy with their vocation to enhance the spirit of service to serve the people wholeheartedly and without limits. Additionally, as an institution based on the Ignatian pedagogy, the students need to improve insight from the figure of St. Ignatius Loyola, especially from Ignatian spirituality. Therefore, to further assess the problems faced by the students of PAK Sanata Dharma University, the author made observations, questionnaires and literature that comes from Scripture, Church documents, and also the views of experts. It is necessary to have a mentoring program to increase their involvement in the church and society.

Based on the results of the research, the students of PAK need to increase their knowledge and insight and to give more attention to Ignatian Spirituality for their understanding is still somewhat less even less to live. In addition, the heart processing as catechists was also experienced by most students because there are many who feel desperate to undergo the process so that it will have impact on their active involvement in life of the church and society. But the students of PAK have hope through recollection in order to improve their lives. Therefore, the author in this paper proposes a mentoring program through recollection of the Spiritual Exercises in an effort to boost the spirit of service in life of the church. Thus the ideals of the students of PAK to serve indefinitely and closer to Christ can be realized.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah atas rahmat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERANAN SPIRITUALITAS IGNASIAN TERHADAP SEMANGAT PELAYANAN PARA MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA SEBAGAI CALON KATEKIS. Skripsi ini diajukan guna memberikan sumbangan pemikiran, gagasan, dan inspirasi bagi siapapun yang memilki kerinduan dalam meningkatkan semangat melayanai tanpa batas dan lebih dekat dengan Kristus.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis mengalami pendampingan, dukungan, motivasi, serta perhatian. Di mana semuanya ini, penulis yakini sebagai karya Tuhan dalam membimbing serta memampukan penulis hingga pada tahap akhir dengan penuh kesetiaan. Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J, selaku dosen pembimbing utama, dosen pembimbing akademik, dan dosen penelitian yang telah setia membimbing, mengarahkan, dan selalu memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi dari awal hingga akhir.

2. P. Banyu Dewa H.S.,S.Ag.,M.Si., selaku dosen penguji II yang telah meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberi masukan sehubungan dengan skripsi ini.


(13)

xi

3. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku dosen penguji III dan sekretaris panitia penguji yang telah meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberikan masukan demi semakin baiknya skripsi ini.

4. Para dosen Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang setia mendukung dan membagikan cinta kasih, pengetahuan serta pengorbanan selama penulis menjalani masa studi.

5. Staf dan karyawan Prodi PAK yang turut memberi perhatian dan dukungan bagi penulis.

6. Para mahasiswa Prodi PAK yang telah meluangkan waktu memberikan jawaban dan mencurahkan isi hati saat penulis melaksanakan penelitian. 7. Bapak, mamak, kakak, abang, dan adikku yang selalu memotivasi,

mendoakan dan berkorban bagi penulis selama menjalani masa studi.

8. Sahabat-sahabat terbaik Malvin Roy, Didimus Matheus Nurak, Ignatius Dwi Cahyo Jiwandono, Br. Begright Gultom, Stefani Bui Moron, Laurentius Anang Widhi Prakosa yang telah memberikan ide, gagasan maupun motivasi selama penulis studi dan menyelesaikan skripsi.

9. Sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2011 yang telah menjadi cinta untuk berjuang bersama-sama dan selalu turut serta dalam membentuk pribadi serta menjadi bagian hidup penulis.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang selama ini dengan ketulusan hati memberikan motivasi, doa maupun kerjasama sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(14)

(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang……... 1

B. Rumusan Masalah……... 5

C. Tujuan Penulisan……... 5

D. Manfaat Penulisan……... 6

E. Metode Penulisan……... 7

F. Sistematika Penulisan……... 7

BAB II. SPIRITUALITAS IGNASIAN DAN SEMANGAT PELAYANAN PARA MAHASISWA PRODIPAK…... 9

A. Latar Belakang Hidup Serta Panggilan Santo Ignatius Loyola….. 10

B. Pengertian Spiritualitas………. ... 14

1. Pengertian Spiritualitas secara Umum………... 14

2. Spiritualitas Ignasian ………... 17

3. Kekhasan Spiritualitas St. Ignatius Loyola ……….... 25


(16)

xiv

D. Semangat Pelayanan Para Mahasiswa Prodi PAK

Universitas Sanata Dharma ………... 36

1. Pengertian Pelayanan secara Umum ………... 36

2. Arti dan MaknaSemangat dalam Pelayanan …………... 38

3. Semangat Pelayanan Para Mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma ………. 42

E. Para Mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma ……... 46

1. Sejarah ProdiPAK ………... 46

2. Visi dan Misi ProdiPAK ………... 49

a. Visi ProdiPAK ………... 49

b. Misi ProdiPAK ………... 50

BAB III PENELITIAN ATAS PERANAN SPIRITUALITAS IGNASIAN TERHADAP SEMANGAT PELAYANAN PARA MAHASISWA PRODI PAK UNIVERSITAS SANATA DHARMA………... 51

A. Situasi Umum Para Mahasiswa Prodi PAK UniversitasSanata Dharma Yogyakarta ………... 52

B. Penelitian Mengenai Peranan Spiritualitas Ignasian terhadap Semangat Pelayanan Para Mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta …... 54

1. Metodologi Penelitian ………... 55

a. Tujuan Penelitian…... 55

b. Jenis Penelitian…... 55

c.Tempat dan Waktu Penelitian ……… 56

d.Responden Penelitian ………... 56

e.Instrumen Penelitian …………... 57

f. Teknik Analisis Data ………... 57

2. Variabel Penelitian ………... 58

a. Definisi Konseptual…... 58

b. Definisi Operasional…... 58

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan tentang Penghayatan Spiritualitas Ignasian bagi Para Mahasiswa Prodi PAK dalam Memaknai Semangat Pelayanan sebagai Calon Katekis ………... 62


(17)

xv

a. Pemahaman Spiritualitas Ignasian... 62

b. Makna Spiritualitas Ignasian ……… 64

c. Arti Panggilan Katekis ………. 65

d. Pengertian Semangat Pelayanan ………... 66

e. Makna Semangat Pelayanan ………. 67

f. Latar Belakang Kuliah diProdi PAK ……….. 69

g. Kesulitan dan Tantangan yang dihadapi Selama Menempuh Proses Studi di ProdiPAK ………... 71

h. Cara Mengatasi Kesulitan Selama Studi di Prodi PAK….. 72

i. Hubungan Antara Makna Spiritualitas Ignasian dan Semangat Pelayanan Para Mahasiswa Prodi PAK sebagai Calon Katekis ………... 74

j. Harapan Mahasiswa ProdiPAK ……….. 76

2) Pembahasan Hasil Penelitian ……… 78

a. Pemahaman Spiritualitas Ignasian ... 78

b. Makna Spiritualitas Ignasian ……… 79

c. Arti Panggilan Katekis ………. 81

d. Pengertian Semangat Pelayanan ………... 82

e. Makna Semangat Pelayanan ………. 83

f. Latar Belakang Kuliah di ProdiPAK ………... 83

g. Kesulitan dan Tantangan yang dihadapi Selama Menempuh Proses Studi di ProdiPAK ……… 85

h. Cara Mengatasi Kesulitan Selama Studi di Prodi PAK…… 86

i. Hubungan Antara Makna Spiritualitas Ignasian dan Semangat Pelayanan Para Mahasiswa Prodi PAK sebagai Calon Katekis ………... 87

j. Harapan Mahasiswa ProdiPAK ………... 89


(18)

xvi

BAB IV USULAN PROGRAM REKOLEKSI LATIHAN ROHANI DALAM KEGIATAN PEMBINAAN SPIRITUALITAS SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN SEMANGAT PELAYANAN PARA MAHASISWA PRODI PAK UNIVERSITAS SANATA DHARMA SEBAGAI

CALON KATEKIS ………... . 95

A. Latar Belakang Kegiatan Rekoleksi Latihan Rohani dalam Pembinaan Spiritualitas Para Mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma ... 96

B. Program Rekoleksi Latihan Rohani Untuk Meningkatkan Semangat Pelayanan Para Mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma sebagai Calon Katekis ... 98

1. Latar Belakang Program... 98

2. Tujuan Pemilihan Program ... 100

3. Usulan Program Kegiatan Rekoleksi Latihan Rohani ... 100

a. Tema Umum ... 101

b. Peserta ………. 101

c. Tempat dan Waktu ……….. 102

d. Metode Rekoleksi ……… 102

e. Sarana ……….. 102

f. Pendamping ………. 103

g. Matriks Program Rekoleksi ………. 104

h. Susunan Acara ………. 106

i. Contoh Salah Satu Persiapan Tema I ……….. 108

1) Pemikiran Dasar ……….... 108

2) Tujuan Pertemuan Sesi I ……… 110

3) Materi ……….... 111

4) Sumber Bahan ………... 111

5) Metode ……….. 111

6) Sarana ……… 112

7) Langkah-langkah dalam sesi I ……….. 112

(a) Sharing pengalaman perjalanan menuju Pentingsari ………... 112


(19)

xvii

(b) Pengantar ………. 112

(c) Pengolahan sesi I :“Menghayati Spiritualitas Ignasian” ………. 113

(d) Penjelasan Mengenai Materi ………... 114

(e) Mendalami Kitab Suci ………. 114

(f) Pengolahan dari Pendalaman Kitab Suci ……….... 115

(g) Mengusahakan Suatu Aksi yang Konkret ………... 116

(h) Gerak dan lagu ……….... 117

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 119

A. Kesimpulan…... 119

B. Saran…... 121

DAFTAR PUSTAKA... 123

LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian ... (1)

Lampiran 2: Contoh Kuesioner Tertutup………... (2)

Lampiran 3:Teks Lagu ………... (9)


(20)

xviii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Teks Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia.

Yoh : Yohanes Kor : Korintus Mat : Matius

Luk : Lukas

B. Singkatan Dokumen Gereja LR : Latihan Rohani

Buku pegangan bagi mereka yang tertarik pada kesucian. Ditulis oleh Ignatius Loyola pada tahun 1523.

C. Singkatan Lain

PAK : Pendidikan Agama Katolik

St : Santo

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

Koptari : Konferensi Pemimpin Tarekat Religius Indonesia INSADHA : Inisiasi Sanata Dharma

KBP : Karya Bakti Paroki

MAWI : Majelis Agung Wali Gereja Indonesia


(21)

xix

AKKI : Akademi Kateketik Katolik Indonesia

STFK : Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik Pradnyawidya FKIP : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

USD : Universitas Sanata Dharma


(22)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia diciptakan oleh Tuhan ke dunia adalah untuk saling melengkapi, saling menghargai, saling menghormati satu sama lain. Tuhan menghendaki adanya cinta sesama manusia.

Saling berbagi, saling tolong menolong, melayani satu sama lain merupakan semangat kita sebagai umat kristiani. Pelayanan terhadap sesama dan perbuatan baik terhadap sesama akan menghadirkan buah-buah rohani yang sangat luar biasa yakni kedamaian, persaudaraan erat, tenteram, suasana cinta kasih antar umat manusia, dan lain sebagainya.

Akan tetapi, dalam kehidupan masa kini yang terjadi malah justru sebaliknya. Perpecahan di mana-mana, perang, kriminalitas tinggi, iri hati, dengki, nafsu, keegoisan, berusaha untuk mendapatkan sesuatu dengan cara yang tidak baik, kesombongan akan jabatan, korupsi, dll. Semua itu adalah semangat yang justru hidup pada masa kini.

Yesus dalam perutusan-Nya mewartakan kabar gembira juga menghadapi masalah yang sama seperti di atas. Namun, Yesus menghadapinya dengan semangat yang baru yaitu semangat cinta kasih, kesederhanaan, pengorbanan dan kerendahan hati yang bertentangan dengan semangat dunia pada masa itu.

Sebagai pengikut Kristus, sudah menjadi tanggung jawab kita bersama untuk intropeksi diri dan memulai dengan memaknai apa yang menjadi semangat


(23)

Tuhan Yesus selama hidup-Nya. Pewartaan kabar gembira harus dilanjutkan sehingga semua orang dipertemukan dengan Yesus yang Maha Pengasih.

Dalam Kitab Suci banyak kisah yang menunjukkan semangat Yesus dalam pewartaan-Nya, dalam dunia dengan semangat yang bertentangan. Menurut kesaksian Kitab Suci dunia ini: “dunia yang jatuh dan yang berada di dalam kebinasaan”- dikasihi oleh Tuhan Allah. Begitu besar kasih-Nya kepada dunia, sehingga Anak-Nya sendiri Ia korbankan untuk menyelamatkannya (Yoh 3:16). Dalam Kristus, Anak-Nya, Ia mendamaikan dunia dengan diri-Nya (2 Kor 5:19) dan memenangkannya (Yoh 16:33). Dalam dunia, Kerajaan yang Ia datangkan, sedangkan merealisasikan diri-Nya. Dunia ialah ladang, dimana anak-anak Kerajaan Allah ditaburkan (Mat 13:38). Dunia ialah ruang untuk pewartaan Injil Kerajaan Allah (Mat 24:14). Semangat Yesus di atas, kita kenal saat ini sebagai spiritualitas.

Spiritualitas adalah cara bagaimana pengalaman kita akan Allah membentuk cara kita dalam memandang dunia, juga cara kita berinteraksi dengan dunia. Misalnya, seseorang memiliki pengalaman kasih bersama Tuhan dalam kehidupannya maka ia akan memandang dunia sebagai anugerah kasih dari Tuhan.

Gereja yang telah ada dalam kurun waktu yang sangat lama telah melahirkan banyak orang dan kelompok yang sungguh menghayati spiritualitas Tuhan Yesus atau Bunda Maria dengan cara yang berbeda. Misalnya, kelompok Xaverian, Fransiskan, Dehonian, Ignasian, dan lain sebagainya. Kelompok ini pada intinya memiliki cara-cara yang berbeda dalam mengimani semangat dari


(24)

Tuhan Yesus Kristus atau Bunda Maria. Seperti kesederhanaan-Nya, hidup doa-Nya, karya-doa-Nya, dan lain sebagainya.

Spiritualitas yang mengimani semangat dari Tuhan Yesus itu sendiri di antaranya adalah spiritualitas Ignasian yang terinspirasi dari semangat St. Ignatius Loyola. Dasar dari spiritualitas Ignasian ini secara khusus berpijak pada sosok, pribadi dan hidup Yesus sendiri serta relasiNya dengan dunia. Singkatnya, bagaimana Yesus yang kita kenal dalam Kitab Suci bertindak, berkarya, mengajar dan berelasi dengan orang-orang di sekitarnya, dan menjadi sumber inspirasi dalam hidup kita.

Pola hidup rohani yang demikian inilah yang membuat Santo Ignatius Loyola akhirnya sungguh merasa dekat dan sungguh menjadi sahabat Yesus sendiri. Persahabatan dengan Yesus inilah yang memberi makna dan tujuan dalam hidupnya. Dalam Spiritualitas Ignasian persahabatan dengan Yesus yang demikian ini merupakan hal yang fundamental. Hal inilah yang juga menjadi landasan Universitas Sanata Dharma yang berpedoman pada semangat St. Ignatius Loyola dan juga sebagai pusat studi Ignasian.

Universitas Sanata Dharma yang terdiri dari macam-macam program studi terutama program studi Pendidikan Agama Katolik (PAK) mendidik para mahasiswa menjadi seorang calon pewarta atau katekis atau guru agama serta terjun dalam kalangan umat. Prodi PAK memiliki mahasiswa yang beraneka ragam dari sabang sampai merauke sehingga bisa disebut sebagai Indonesia Mini karena semua suku sebagian besar ada di prodi ini. Di PAK banyak sekali diberi


(25)

bekal untuk menggapai suatu cita-cita mulia itu karena pendidikan yang diberikan sangat mendukung seseorang untuk menjadi seorang pewarta.

Tapi, kenyataannya pun tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Banyak mahasiswa PAK yang memilih prodi ini dikarenakan terpaksa dan dorongan dari orang tua. Jarang sekali ditemukan memilih prodi ini memang sebagai apa yang dicita-citakan. Keadaan awal mahasiswa yang terpaksa dan tidak berminat kuliah di prodi PAK serta proses perjalanan kuliah dalam menanggapi panggilan Allah sebagai katekis merupakan permasalahan utama yang harus dihadapi. Permasalahan itu sangat berkaitan dengan semangat pelayanan mahasiswa PAK itu sendiri. Permasalahan itu ibarat salib yang harus dipikul oleh masing-masing mahasiswa.

Selain itu, di dalam prosesnya seringkali juga kita menemukan kenyataan-kenyataan yang menjadi masalah yang harus dihadapi. Misalnya, keikutsertaan para mahasiswa dalam kegiatan menggereja mulai dari lingkungan, organisasi, komunitas, sosial, dan lain sebagainya. Dalam kegiatan di kampus misalnya, partisipasi mahasiswa dalam bakti kampus, kegiatan dalam organisasi HIMKA serta antusias dalam mengikutinya, dan lain sebagainya. Semua ini juga merupakan kurang adanya semangat dalam diri para mahasiswa dalam pelayanan serta pilihannya di prodi PAK.

Maka dari itu, belajar dari sosok Tuhan Yesus itu sendiri melalui kepribadian dan juga spiritualitas St. Ignatius Loyola, sebagai calon pewarta hendaknya spiritualitas Ignasian membawa semangat pelayanan yang tinggi kepada para mahasiswa PAK di tengah-tengah umat nantinya.


(26)

Berdasarkan uraian di atas penulis ingin mengetahui seberapa besar peranan spiritualitas Ignasian terhadap semangat pelayanan para mahasiswa PAK sebagai calon katekis/ guru/ pewarta. Dalam rangka ini penulis memberi judul skripsi: “PERANAN SPIRITUALITAS IGNASIAN TERHADAP SEMANGAT PELAYANAN PARA MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA SEBAGAI CALONKATEKIS”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan beberapa permasalahan antara lain:

1. Apa yang dimaksud dengan spiritualitas Ignasian?

2. Apa itu semangat pelayanan bagi para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma sebagai calon katekis?

3. Seberapa besar peranan spiritualitas Ignasian dalam membantu para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma untuk meningkatkan serta menghayati semangat pelayanan sebagai calon katekis di zaman sekarang? 4. Usaha apa yang dapat dilakukan agar spiritualitas Ignasian ini dapat lebih

meningkatkan semangat pelayanan para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma sebagai calon katekis?


(27)

1. Menggali lebih mendalam semangat spiritualitas Ignasian yang menjadi semangat para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma sebagai calon katekis dalam mewartakan Sabda Allah.

2. Mengetahui lebih mendalam akan semangat pelayanan bagi para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma sebagai calon katekis.

3. Mengetahui bagaimana para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma meningkatkan serta menghayati spiritualitas St. Ignatius Loyola dalam karya pelayanan.

4. Memberi sumbangan bagaimana agar para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma bisa lebih memiliki semangat pelayanan sebagai calon katekis lewat spiritualitas St. Ignatius Loyola.

D. Manfaat Penulisan

Penulisan ini dapat memberi manfaat:

1. Bagi penulis semakin memahami spiritualitas Ignasian itu sendiri dan mampu menjadi semangat dalam meningkatkan karya pelayanan sebagai calon pewarta nantinya.

2. Membantu para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma untuk semakin menghayati panggilannya sebagai calon katekis.

3. Bagi Program Studi PAK Universitas Sanata Dharma sebagai wadah atau lembaga menimba ilmu bagi para calon katekis dapat memberi sumbangan dan meningkatkan kualitas serta mutu pendidikan terutama dari para pendidik maupun seluruh pihak yang berperan sehingga terus menghasilkan benih-benih dari para mahasiswa yang menimba ilmu di prodi PAK ini.


(28)

4. Memberi sumbangan bagi para pelayan atau umat yang memiliki hati dan siapa saja yang terlibat dalam karya pelayanan agar senantiasa memiliki semangat melayani dan setia dalam pelayanan yang dilakukan.

E. Metode Penulisan

Metode yang dipakai penulis adalah deskriptif analitis yaitu menggambarkan secara faktual keadaan yang terjadi dalam upaya meningkatkan semangat para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma melalui penghayatan spiritualitas Ignasian. Kemudian penulis ingin mengetahui secara mendalam penghayatan spiritualitas Ignasian melalui para mahasiswa dengan menggunakan penelitian kualitatif yang dilengkapi dengan instrumen berupa kuesioner. Setelah itu, penulis membuat program latihan rohani sebagai usulan program untuk mendalami spiritualitas Ignasian supaya dapat meningkatkan semangat pelayanan para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma. Penulisan ini juga didukung oleh berbagai sumber dan referensi dalam bentuk buku-buku yang membantu penulis dalam mengembangkan proses karya ilmiah tersebut.

F. Sistematika Penulisan

Tulisan ini mengambil judul “Peranan Spiritualitas Ignasian Terhadap Semangat Pelayanan Para Mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma Sebagai Calon Katekis. Kemudian dikembangkan menjadi 5 bab, yaitu:

Bab I merupakan pendahuluan. Bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan permasalahan,tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.


(29)

Bab II Kajian Pustaka Pada bagian pertama, penulis mendeskripsikan tentang latar belakang hidup St. Ignatius Loyola. Pada bagian kedua, akan dideskripsikan tentang pengertian spiritualitas yang terdiri dari pengertian spiritualitas secara umum, spiritualitas Ignasian dalam terang kitab suci, spiritualitas St. Ignatius Loyola, dan kekhasan spiritualitas St. Ignatius Loyola. Pada bagian ketiga dalam kajian pustaka ini dideskripsikan mengenai semangat pelayanan sebagai warisan St. Ignatius Loyola. Pada bagian keempat akan dideskripsikan tentang spiritualitas Ignasian dalam semangat pelayanan para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma. Pada bagian kelima akan dideskripsikan mengenai para mahasiswa Prodi PAK yang terdiri dari sejarah Prodi PAK dan visi misi Prodi PAK Universitas Sanata Dharma. Pada bagian terakhir akan dideskripsikan tentang mengenai katekis yang terdiri dari pengertian katekis, spiritualitas katekis, dan tugas katekis.

Bab III: Penelitian atas penghayatan spiritualitas Ignasian bagi para mahasiswa Prodi PAK dalam memaknai semangat pelayanan sebagai katekis: Bab ini penulis akan mendeskripsikan mengenai: metodologi penelitian, variabel penelitian, hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan hasil penelitian serta refleksi atau keterbatasan penelitian.

Bab IV: Bab ini mendeskripsikan tentang Usulan Program Latihan Rohani dalam usaha mempertahankan spiritualitas Ignasian dalam semangat pelayanan para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma.


(30)

BAB II

SPIRITUALITAS IGNASIAN DAN SEMANGAT PELAYANAN PARA MAHASISWA PRODI PAK

Pada bab II ini, penulis akan menguraikan mengenai spiritualitas Ignasian sebagai peranan untuk meningkatkan semangat pelayanan bagi para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma. Pokok permasalahan yang akan diangkat dalam bab II ini adalah apa yang dimaksud dengan spiritualitas Ignasian.

Bab II merupakan kajian pustaka. Penulis pada bab ini membagi menjadi lima pokok bahasan, yakni pada pokok bahasan pertama penulis menguraikan tentang latar belakang hidup St. Ignasius Loyola. Kemudian pada pokok bahasan kedua berisikan tentang pengertian spiritualitas. Dalam pokok bahasan ini akan dijelaskan mengenai pengertian spiritualitas secara umum, spiritualitas St. Ignasius Loyola, dan kekhasan spiritualitas St. Ignasius Loyola itu sendiri. Pokok bahasan ketiga akan dijelaskan mengenai semangat pelayanan sebagai warisan dari St. Ignasius Loyola. Bahasan keempat penulis akan menguraikan tentang semangat pelayanan para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma. Pokok bahasan ini berisikan pengertian pelayanan secara umum, arti dan makna semangat dalam pelayanan, serta semangat pelayanan para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma itu sendiri. Dan pada pokok bahasan kelima, akan dijelaskan mengenai para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma, mencakup sejarah Prodi PAK, visi dan misi Prodi PAK.


(31)

A. Latar Belakang Hidup Serta Panggilan Santo Ignatius Loyola

Dalam bukunya yang berjudul “Ensiklopedi Gereja” (Heuken, 2004:68), mengatakan bahwa Ignatius dari Loyola lahir dari keluarga bangsawan Basque (Spanyol Utara) dan dididik di istana kerajaan, tempat ia mengejar karir sebagai orang istana dan perwira. Ignatius adalah anak bungsu. Jumlah kakaknya tidak diketahui dengan tepat, tetapi dalam proses beatifikasi disebut dua belas (menurut

Ribadeneira 7 laki-laki dan 5 perempuan). Ayahnya bernama Beltran Yanez de

Onaz, ibunya Marina Sankhez de Licona. Waktu mempertahankan benteng Pamplona melawan tentara Perancis, Inigo (nama baptisnya) menjadi jiwa pertahanan. Ia baru menyerah, ketika kakinya kena peluru (1521).

Untuk menghabiskan waktu berjam-jam dalam kesendirian dan kebosanan di kamarnya, Ignatius minta beberapa buku untuk dibaca. Hanya dua buku yang dapat ditemukan dalam seluruh rumah yaitu buku tentang kehidupan Kristus dan buku lain tentang kehidupan para kudus. Meskipun buku-buku ini tidak sesuai dengan seleranya, Ignatius toh mulai membacanya juga. Lama-kelamaan ia mulai tertarik ( Jou, 1991: 33).

Selama pemulihan kesehatannya di Puri Loyola, ia tidak dapat memperoleh bacaan lain kecuali suatu riwayat orang-orang kudus serta buku

Hidup Kristus karya Ludolf dari Saksen. Lama-kelamaan cita-cita hidupnya

berubah: Inigo ingin menjadi “tentara Kristus” yang menonjol di pengabdiannya (Heuken, 2004: 69).

Pada akhir bulan Februari 1522 dengan alasan untuk membicarakan beberapa masalah dengan mantan atasannya, Ignatius meninggalkan rumah.


(32)

Saudaranya yang menjadi imam dan dua orang pelayannya menemaninya. Di tengah perjalanan, ia mengajak saudaranya untuk melewatkan malam dengan berdoa di dalam gereja Aranzazu di muka patung Maria, pelindung daerah itu. Di sini Ignatius mengucapkan kaul kemurnian dan memohon pertolongan Maria agar dapat melaksanakannya ( Jou, 1991: 37).

Ada tiga tahap dalam perjuangan rohaninya. Dalam tahap pertama, peziarah ini menjalani denda dosa dengan berpuasa dan berdoa lama. Ia berdoa tujuh jam setiap harinya. Ia mengalami kedamaian dan kegembiraan dalam hatinya. Dalam tahap kedua, perjuangan lebih sulit. Ignatius mulai merasa was-was tentang kehidupannya di masa lalu, dosa-dosanya dan pengakuan dosanya. Ia takut jangan-jangan ia telah memilih jalan yang salah, kadang-kadang ia digoda oleh pikiran untuk bunuh diri. Semakin lebih banyak ia berdoa dan berpuasa, semakin ia merasa sedih dan hampa. Tidak ada seorang pun dapat memberinya pertolongan. Sekali waktu ia mendapatkan penglihatan: seekor ular dengan banyak mata berputar-putar dan bergulung di udara. Meskipun penglihatan ini memberinya rasa bahagia, ia kemudian tahu penampakan itu adalah olah roh jahat. Penderitaan batinnya pada tahap ini berlangsung selama empat bulan. Tiba-tiba semua kegelisahan dan keragu-raguannya hilang dan mulailah tahap ketiga. Suatu hari sewaktu duduk di pinggir sungai, ia merasa seakan-akan suatu cahaya semakin bersinar dalam jiwanya. Kesedihan dan ketakutan lenyap dan yang ada di sekitarnya hanyalah terang, kegembiraan dan kedamaian. Pada saat itu ia lalu mengerti segala sesuatu tentang ajaran-ajaran iman Kristen, dan memahami dengan cara khusus misteri Tri Tunggal Maha Kudus. Meskipun ia belum belajar


(33)

apa pun, ia mulai menulis sebuah buku tentang misteri yang mahaluhur itu. Akibat dari pengalamannya yang luar biasa ini, Ignatius lalu mengurangi laku denda atas segala dosanya, merasa lebih percaya diri, dan mulai menolong orang lain agar semakin dekat pada Tuhan. Ia menulis semua pengalamannya dalam sebuah buku lain, yang ia selesaikan bertahun-tahun lamanya. Bukunya ini merupakan pegangan bagi mereka yang tertarik pada kesucian. Buku ini kemudian menjadi bestseller. Judul buku ini “Latihan Rohani” ( Jou, 1991: 40-41).

Ia melepaskan segala miliknya dan mencari suatu tempat yang sepi, menjalankan matiraga keras dan mengalami penampakan-penampakan mistik dekat kota Manresa. Ia mulai mencatat pengalamannya, yang menjadi inti karyanya yang termasyhur, yaitu Exercitia spiritualia: Latihan Rohani. Setelah berziarah ke Yerusalem (1523), ia mulai belajar dari sekolah rendah sampai memperoleh gelar Magister artes (MA) di Universitas Paris (1535).

Waktu belajar, Ignasius (sejak 1526) mulai mengumpulkan teman-teman mahasiswanya dan menyemangati mereka dengan bantuan Latihan Rohani. Akhirnya, bersama enam teman ia mengikat diri dengan kaul kemurnian, kemiskinan dan pengabdian di Tanah Suci di Gereja Montmorte (1534) di Paris.

Sahabat pertama adalah Petrus Faber dari pegunungan Alpen bagian Prancis. Sahabat kedua adalah Fransiskus Xaverius dari bagian utara Spanyol. Sahabat ketiga dan keempat adalah dua mahasiswa Spanyol yang sangat mengagumi Ignatius. Namanya adalah Jakobus Lainez dan Alphonso Salmeron. Sahabat kelima adalah seorang Spanyol yang bernama Nicolas Alphonso de Babadilla. Sedangkan sahabat Ignatius yang terakhir adalah seorang Portugis yang


(34)

bernama Simon Rodrigues. Pada bulan Juli 1534 di masa libur, ketujuh sahabat itu mengadakan pertemuan untuk memutuskan bentuk hidup mana yang akan mereka ikuti. Mereka semua sampai pada suatu keputusan untuk mengucapkan kaul kemiskinan dan kemurnian serta pergi berziarah ke Tanah Suci. Seiring berjalannya waktu dalam pewartaannya Ignatius pun menemukan banyak sahabat di berbagai pelosok negara ( Jou, 1991:69-71).

Karena perang, maka pelayaran ke Palestina ditunda-tunda terus, sehingga mereka melaksanakan keputusan alternatif untuk menawarkan jasa mereka kepada Sri Paus. Sebelum tersebar ke tempat yang jauh satu sama lain, mereka mengadakan pertimbangan bersama dengan keputusan untuk membentuk suatu serikat dan memilih Ignatius sebagai pembesar mereka yang pertama (1539). Dasar Serikat Jesus ini disahkan Paulus III di bulla kepausan “Regimini militantis ecclesiae: kepada pemerintahan Gereja yang berjuang” (1540).

Pada tahun-tahun berikutnya, Ignatius menyusun Konstitusi Serikat Jesus dengan menuangkan cita-cita Latihan Rohaninya ke dalam aturan hidup Serikat Jesus. Anggota-anggotanya dididik baik dan bersemangat tinggi untuk bersama-sama memajukan “kemuliaan Allah yang semakin besar – Ad maiorem Dei

gloriam” – di antara manusia di seluruh bumi. Selain itu, Ignatius memimpin

Serikat Jesus yang berkembang cepat dan mencapai ± 1.000 anggota sebelum Ignatius meninggal (1556). Ia mendirikan Collegium Romanum dan terlibat di beberapa karya amal antara lain untuk membebaskan wanita-wanita dari pelacuran. Ignatius dinyatakan kudus pada 1622. Makamnya di Gereja Il Gesu di Roma (Heuken, 2004:68-69).


(35)

B. Pengertian Spiritualitas

1. Pengertian Spiritualitas secara Umum

Spiritualitas berasal dari akar kata spare (Latin) yang memiliki arti: menghembus, meniup, mengalir. Dari kata kerja spare terjadi pembentukan kata benda spiritus atau spirit, yang memiliki arti: hembusan, tiupan, aliran angin. Kata itu kemudian mengalami perkembangan arti menjadi: udara, hawa yang dihisap, nafas hidup, nyawa, roh, hati, sikap, perasaan, kesadaran diri, kebesaran hati, keberanian. Dari arti kata itu sendiri, spiritualitas dapat dipahami sebagai sumber semangat untuk hidup, bertumbuh, dan berkembang dalam semua bidang kehidupan di dunia ini, baik secara pribadi maupun bersama orang lain, yang diperoleh di dalam perjumpaan dengan Allah, diri sendiri dan sesama (Artanto, 2012:7-8).

Spiritualitas adalah istilah agak baru yang menandakan “kerohanian” atau “hidup rohani”. Kata ini menekankan segi kebersamaan, bila dibandingkan dengan kata yang lebih tua, yaitu “kesalehan”, yang menandakan hubungan orang perorangan dengan Allah. Selain itu spiritualitas dapat diterapkan pada aneka bentuk kehidupan rohani, misalnya “spiritualitas modern” atau spiritualitas kaum awam”. Spiritualitas mencakup dua segi, yakni askese atau usaha melatih diri

secar teratur supaya terbuka dan peka terhadap sapaan Allah. Segi lain adalah mistik sebagai aneka bentuk dan tahap pertemuan pribadi dengan Allah. Askese menandakan jalan dan mistik tujuan hidup keagamaan manusia. Dasar hidup rohani dan semua bentuk spiritualitas sejati adalah Roh (Spiritus; Lat) yaitu Roh


(36)

Kristus seperti tampaknya dalam Injil. Orang yang peka akan mengalami buah kehadiran Roh dalam hatinya (Heuken, 2002:11).

Makna “rohani”melebihi kesanggupan untuk berhubungan dengan Tuhan atau menyadari dari yang Ilahi dalam lingkup hidup. Manusia terpanggil untuk benar-benar mengenal Dia yang hadir dalam batinnya. Memang, Tuhan di mana-mana dan tiada sesuatu di luar jangkauan-Nya. Tetapi, kehadiran Tuhan “dalam” batin manusia bermakna khusus: kehadiran yang bersifat pribadi itu bukan masalah jarak yang dapat diukur. Kehadiran dan hubungan antar pribadi berlandaskan kodrat manusia sebagai makhluk yang berakal budi dan berkehendak bebas, sehingga dapat mengerti dan mencinta. Berkat kodrat rohani inilah hubungan “erat” satu sama lain dapat dijalin antar manusia dan Tuhan Yang adalah Roh semata. Hubungan pribadi dijalin oleh kasih, dan dengan mengasihi baru mengerti. Maka, spiritualitas menyangkut keberadaan orang beriman sejauh dialami sebagai anugerah Roh Kudus yang meresapi seluruh dirinya (Heuken, 2002: 11).

Ciri khas spiritualitas adalah sebagai sebuah kompas etis atau kecerdasan moral. Tingkat inteligensi dapat mengukur prestasi seseorang, apakah orang itu akan berhasil dalam pendidikan dan kehidupannya atau tidak, namun ini lebih berorientasi kepada kesuksesan pribadi. Sedangkan sukses dalam spiritualitas lebih menunjuk pada perhatian kepada sesama. Lihat Markus 12:30-31a, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.” Kemudian hukum yang kedua: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”


(37)

Dengan demikian, spiritualitas berhubungan dengan pencarian makna hidup seseorang, alasan keberadaannya, dan alasan untuk bertindak.

Spiritualitas adalah seluruh kenyataan hidup yang mencerminkan nilai-nilai hidup berdasarkan iman yang dihayati, sikap-sikap atau keutamaan-keutamaan hidup yang mendukung untuk mewujudkan nilai-nilai hidup tersebut, dan tingkah laku, pilihan-pilihan konkret beserta tindakan-tindakan untuk mewujudkan nilai-nilai hidup tersebut (Konferensi Pemimpin Tarekat Religius Indonesia, 1987: 4).

Spiritualitas sama saja dengan kerohanian. Untuk memahami kerohanian dalam konteks, kiranya perlu juga memahami maksud ungkapan situasi dan zaman dalam perspektif pengalaman manusia, terutama sebagai kemungkinan untuk melahirkan gerakan hidup serta kerohanian. Dengan kata lain, waktu atau zaman lebih disadari dan dimengerti secara kualitatif bukan kuantitatif. Dari segi kualitatif, maka zaman dan waktu mengandung situasi, kecenderungan, tantangan serta peluang serta gerak perjalanan hidup yang diakibatkan oleh peristiwa sejarah. Dari kenyataan itulah orang banyak mengerti maksud dari tanda-tanda zaman, sebagaimana dipakai oleh Kitab Suci dan Gereja. Kalau demikian zaman sebagai kenyataan historis mengandung realitas-realitas yang ikut mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan serta perubahan kehidupan.

Kerohanian yang benar, sebagai buah dari tindakan Allah, selalu bergerak pada pertumbuhan, perkembangan dan perubahan menuju ke yang lebih benar dan baik dan lebih indah, meski melalui peristiwa-peristiwa yang menyakitkan. Dengan kekuatan life-force, yang datang dari dunia Ilahi kerohanian mendapatkan


(38)

bentuk inkarnatorinya sesuai dengan keadaan dan kebutuhan zaman. Sebagaimana zaman sendiri berkembang dan berubah, kerohanian juga mengalami perkembangan dan perubahan sesuai dengan konteksnya.Bahkan menurut kebutuhan konteks, daya hidup rohani dibangkitkan (Darminta, 2007: 67).

2. Spiritualitas Ignasian

Spiritualitas Ignasian tidak akan lepas dari tradisi Gereja yang hidup pada permulaan abad ke- 16, sewaktu Ignatius belajar berdoa dari Pater Benediktin Jean Chanson di Montserrat dan mengenal buku Garcia de Cisneros

“Ejercitatorio de la vida spiritual” yang dipinjam dan dibacanya selama tinggal

disana, sejak ia datang naik keledai berziarah pada tanggal 21 Maret 1522.

Kalau Ignatius kemudian membangun bangunan baru dalam hidup doa, ia menimba unsur-unsur Kristiani dari tradisi Gereja, seperti dihayati dalam hidup para kudus, dan berupa macam ragam pengungkapan ajaran Injil dalam kehidupan membiara. Tetapi Ignatius sebagai seorang pribadi dengan riwayat hidup dan panggilan sendiri mengolah pengalamannya dalam bentuk baru, yang kemudian mendapatkan tempat di dalam Gereja (Soenarja, 1980:2).

Berikut adalah doa yang ditekankan oleh St. Ignatius dalam spiritualitasnya (A. Soenarja, 1979: 2-8):

1. Pembedaan Roh

Discretio Spirituum, pembedaan Roh dalam Latihan Rohani kemudian


(39)

hingga orang yang sungguh telah mendalami latihan rohani, juga menjadi mahir dalam membedakan bermacam-macam roh.

2. Dambaan Suci

Doa dengan dambaan suci dilanjutkan oleh Ignasius kepada para skolastik: cita-cita mereka mau berkarya bagi Tuhan selama studi dapat secara efisien dan nyata disalurkan lewat dambaan dan keinginan suci.

3. Pemeriksaan batin

Sejak semula Ignatius yang merasa dirinya pendosa besar, memusatkan usahanya dalam doa pemeriksaan batin. Ia membuat teori tentang dosa kecil, dosa besar, khusus dosa yang melawan kemurnian dalam pikiran: sesuatu soal amat pelik, yang menimbulkan kesangsian para teolog di zaman itu karena Ignatius sendiri orang yang tidak terdidik di bidang ini. Tetapi mereka membiarkan, dan tidak merubah apa-apa. Ignatius menyusun cara melakukan pemeriksaan batin umum dan khusus, yang menjadi dasar bimbingan hidup rohani bersama dengan tiga cara berdoa.

4. Tiga cara berdoa

Tiga cara berdoa itu diajarkan kepada orang-orang sederhana yang dijumpainya.

1) Berenung dan berpikir tentang sepuluh perintah Allah, tujuh dosa pokok, lima perintah gereja dan meneliti dirinya merupakan cara doa pertama.


(40)

2) Cara berdoa kedua berupa renungan kata demi kata mengenai salah satu doa biasa seperti Bapa Kami, Salam Maria, Aku percaya.

3) Cara doa ketiga ialah mengucapkan doa biasa kalimat demi kalimat menurut irama pernafasan.

Inilah skema paling dasar yang digunakan oleh Ignatius untuk mengajarkan cara doa, menurut pikirannya sejak semula, cara yang akan mengubah seluruh manusia dalam praktek hidupnya. Ignatius sendiri menggunakan cara itu, sebagai cara memberikan Latihan Rohani yang paling sederhana kepada orang yang tidak berpendidikan. Dari sejarah kita tahu bahwa skema ini digunakan juga oleh St. Franciscus Xaverius dalam mengajar orang-orang Kristen, yang ditobatkan sepanjang pantai selatan India dan di kepulauan Maluku. Dengan cara doa itu ia membangun jemaat Kristen di mana-mana.

Latihan Rohani dalam kerangkanya yang lebih lengkap, dibangun oleh Ignatius setelah pengalaman-pengalaman yang diperoleh di Manresa. Ignatius sudah belajar “berefleksi” dan “mulai berpikir-pikir tentang hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan”: Inilah praktek meditasi.

5. Praktek Meditasi

Praktek meditasi atau doa diatur dengan metode tertentu berlangsung lewat tiga daya: ingatan, pikiran, kehendak. Dengan pengalaman mistik tentang susunan dunia di tepi sungai Cardoner tentang Tritunggal, tentang Penciptaan dengan kebiasaannya mengaku dan menyambut setiap minggu, membaca kisah sengsara di waktu Misa, dengan pengalaman dosa begitu dahsyat dan malam gelap yang


(41)

ditandai skrupel. Ia membaca catatan-catatan yang kemudian disusun dalam serangkaian doa: Latihan Rohani Minggu I: dalam Kehidupan Rohani sejalan dengan yang dinamakan:“Via Purgativa”(jalan pembersihan atau pentobatan).

6. Metanoia

Metanoia, perubahan arah berpikir harus tercapai dengan latihan-latihan minggu ini. Metanoia adalah karakteristik, ciri khas retret Ignasian minggu I. Meditasi-meditasi berat tentang Azas dan Dasar Hidup manusia tentang dosa, tentang neraka yang dapat ditambah dengan aturan-aturan tambahan yang cermat: dalam hal doa Ignatius tidak mau menyerahkan segala pada usaha sendiri saja. Disini beda Ignatius dengan banyak pembimbing retret, yang rajin mempersiapkan khotbah menarik, tetapi menyerahkan cara pengolahannya kepada para pendengar/peserta sendiri. Ignatius memberi dan menganjurkan tuntutan meditasi singkat, tetapi mengenai pelaksanaannya doanya ia mendetail, dengan persiapan sebelum dan sesudah tidur, mengheningkan diri, sikap, pengolahan bahan, wawancara dan refleksi tentang keseluruhan. Pertanggungjawaban kepadap pembimbing dipusatkan kepada garis pelaksanaan dan gerakan roh, yang dirasakan, dialami selama meditasi.

7. Wawancara

Wawancara dengan Kristus dan mengalihkan pengolahan bahan dari pikiran menjadi perasaan hati pada taraf hubungan pribadi. Aspek hubungan pribadi ini tidak pernah dilupakan Ignatius, tetapi ajaran ini justru tidak jarang


(42)

ditelantarkan dalam bimbingan, dengan bahaya, bahwa orang hanya dibekali dengan cara meditasi kering, karena ditelanjangi unsur afektifnya yang amat penting.

8. Kontemplasi

Minggu II Via Illuminativa (jalan penerangan) dalam intinya mengajarkan cara baru yang disebut kontemplasi, dalam latihan mengenai Penjelmaan dan Kelahiran Kristus dan kemudian diteruskan selama latihan-latihan tentang kehidupan Kristus di medan masyarakat. Ignatius seperti dalam meditasi Minggu I dalam doa kontemplasi menyiapkan pribadi yang berlatih dengan disuruh mengfantasikan “tempat peristiwa” dan disitu menampilkan pribadi-pribadi yang bergerak, bertindak, berbicara dan yang berkontemplasi sendiri ikut ambil peranan kecil, sedang Yesus selalu ada di tengah, menjadi pusat perhatian. Dengan berkontemplasi berulang-ulang tentang kehidupan Yesus, orang ingin belajar mengenal, mencintai, dan meneladan Tuhan dan Penebus kita ini buah kontemplasi yang diharapkan. Mulai Minggu II seluruh Doa Latihan Rohani berpusat pada Kristus.

9. Ulangan

Doa ulangan (latihan III dan IV setiap hari dalam minggu II) tanpa mengambil bahan baru, selama Retret Agung banyak sekali digunakan oleh Ignatius. Hal ini harus orang artikan sebagai usaha peresapan kenyataan, yang telah diperoleh dari kontemplasi. Sekali lagi manusia menyaksikan praktek


(43)

Ignatius yang dirumuskan dalam patokan: Bukannya pengetahuan melimpah yang memberikan kepuasan kepada jiwa, melainkan dapat merasakan dan mencicipi kenyataan sedalam-dalamnya. Ignatius tidak mementingkan banyaknya ilham yang diperoleh tetapi mengenakan pemikiran dan perasaan Kristus.

Unsur cita dan rasa lebih penting, berbagai hidup dengan Kristus. Pendoa di dalam ulangan-ulangan ini sengaja menjadi lebih pasif, menunggu Rahmat Tuhan dan menerimanya dalam bentuk dan sesuai waktu yang direncanakan oleh-Nya.

10. Pengarahan panca indera

Pengarahan panca indera sebagai latihan V setiap harinya merupakan latihan, doa pasif, di mana panca indera angan-angan mau mencicipi apa yang sudah dikontemplasikan dan diulang-ulang sepanjang hari. Latihan ini lebih menuju pada doa iman (prayer of faith) dan doa keheningan (prayer of quiet).

11. Pemilihan

Apa pemilihan juga merupakan doa? Bagi Ignatius keputusan yang menyangkut kesempurnaan hidup, kesempurnaan bertindak perlu diketemukan dalam doa. Di samping mempertimbangkan alasan pro-kontra, berdasarkan data dan fakta selengkap-lengkapnya, dengan hati lepas-bebas, sikap terbuka, hanya ingin mengikuti Kristus dan mencari kehendak Tuhan, orang melakukan kontemplasi dan melihat apa yang dirasai sebagai gerakan Tuhan di dalam hatinya. Dorongan mana yang diberikan tenang, damai, kepuasan dan kesatuan


(44)

dengan Kristus, yang dirasa berkenan kepada Tuhan setiap kali orang merenung dan berdoa. Ignatius menggunakan cara ini untuk menentukan jalan kesempurnaan hidup dalam kemiskinan total, sewaktu ia menyusun konstitusinya. Dari buku hariannya terbukti bahwa ia melewatkan waktu dari 2 februari- 12 maret 1544 untuk menemukan kehendak Tuhan dalam doa, kurban misa, pengamatan gerakan dan hiburan, sampai menemukan keputusannya yang definitif. Baru setelah dianggap selesai dan sempurna, dengan rasa puas ia mengakhiri pilihan pada tanggal 12 Maret 1544 dengan kata-kata: “Saya sudah menentukan hari ini mengambil keputusan” selesai!

12. Penegasan dalam Roh

Cara ini yang dikenal dengan istilah “Pembedaan Roh” atau “penegasan dalam Roh” ini sekarang banyak dipelajari dan dilatihkan sebagai sarana yang membantu untuk menentukan sikap, menjatuhkan pilihan di masa pos Vatikan, di masa imam, religius, awam kerap dihadapkan dengan keputusan yang besar tanggung jawabnya.

13. Doa persatuan ikut sengsara, ikut mulia

Minggu III dan IV merupakan puncak dalam Via Unitiva“jalan persatuan” lewat sengsara dan kebangkitan Kristus. Bahan kontemplasi bergerak sekitar karya penebusan sebagai akhir hidup Kristus. Di sini perubahan sikap dalam kontemplasi dijelaskan tidak hanya “memandang atau bahkan tidak cukup “ikut memainkan peranan” seperti dalam kontemplasi minggu II, tetapi pendoa harus


(45)

terlibat ikut ambil bagian secara langsung dalam sengsara Kristus: ia harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk ikut menderita, bersedih dan meratap, menyadari keinginan Kristus untuk menderita, bagaimana ke-Allahan-Nya menyembunyikan diri. Sebaliknya dalam minggu IV pendoa harus menanggapi keinginan Yesus, yang merasa terdorong untuk membagikan kegembiraan kebangkitan-Nya, orang membiarkan sukacita dan cinta dalam perjumpaan dengan Kristus, bangkit meresapi seluruh diri pribadinya. Ke-Allahan yang tersembunyi dalam sengsara, di sini nampak bersinar cerah dan Kristus memainkan peranan-Nya sebagai Penghibur. Dalam doa ini orang pasif membiarkan Tuhan bergerak dan ia sendiri menerima, meresapi, dan menikmati.

14. Kontemplasi Cinta

Sebagai rangkuman seluruh Latihan Rohani dan doa Ignasian masih harus kami tambahkan “kontemplasi untuk mendapatkan Cinta”. Di sini pendoa berdiri di tengah-tengah alam sebagai manusia yang diciptakan, ditebus, dan dirahmati, bertanya-tanya, apa yang dapat dilakukan sebagai balasan cinta yang begitu besar, yang dari Tuhan tercurah kepadanya. Setiap makhluk, setiap peristiwa yang selalu berarti rahmat setiap hari dalam hidupnya, mengundang doa, setiap kali mengulang-ulang, “Terimalah ya Tuhan dan ambillah….semua itu pemberianMu, kepadaMu, ya Tuhan, kupersembahkan…..”

Dengan pengalaman ini sebetulnya terungkap seluruh dinamika doa Ignasius: atas- tengah- huruf. Cinta yang mendorongnya untuk memilih sesuatu harus “dari atas”. Tetapi lewat “tengah”, yakni lewat Kristus. Kristus adalah


(46)

sungguh-sungguh Pengantara. Yesus, sungguh Allah dan sungguh manusia, adalah Pengantara antara yang “di atas” dan “huruf”. Dan dengan “huruf” tidak hanya dimaksudkan huruf buku misa, tetapi seluruh realita Gereja dan dunia. Melalui Kristus cinta Allah, hidup dan kekuatan Allah, mengalir ke dalam segala makhluk di muka bumi.

Sikap inilah yang merupakan ciri khas doa dan mistik Ignasius. St. Ignasius mengalami Allah dalam gerakan cinta yang turun dari “atas” melalui Kristus di “tengah” sampai ke “huruf” di bawah. Dan gerakan ini tidak hanya diterima saja. Ignasius mengharapkan “rahmat supaya diterima di bawah panji Kristus” supaya dapat ikut dengan karya Allah dalam Kristus (Jacobs, 1980: 40-41). St. Ignatius melalui Latihan Rohani menuntun ke arah melalui Kontemplasi

untuk Mendapatkan Cinta. Di sini orang dilatih untuk merasakan dalam iman

bahwa segala sesuatu merupakan pancaran kasih Tuhan. Dengan demikian, orang diharapkan mampu menemukan Tuhan dalam segala hal yang artinya bahwa Tuhan yang tak lain adalah Sang Kasih itu sendiri. Dengan demikian, manusia diharapkan mau menyerahkan diri untuk diuasai oleh cinta Allah.

3. Kekhasan Spiritualitas St. Ignatius Loyola

Baik melalui bapa-bapa pengakuan maupun dengan buku-buku yang dibacanya Ignatius berhubungan erat dengan ordo-ordo kontemplatif dan dengan para pater Dominikan (yang juga sangat mementingkan kontemplasi). Dan di kalangan mereka timbullah suatu gerakan baru, yang disebut “Devosi Modern”. Mereka menyebut diri “modern” karena dua alasan: pertama, oleh karena mereka mencari pembaharuan hidup rohani bukan dalam hal-hal yang luar biasa,


(47)

melainkan dalam menunaikan tugas-tugas yang biasa. Kedua, karena mereka menekankan untuk itu perhatian untuk hidup rohani pribadi, dan bukan acara kebiaraan ( Jacobs, 1980:16).

Dengan tepat St. Ignatius disebut guru doa batin. Bukunya “Latihan Rohani” membantu banyak orang dalam usaha mereka untuk bermeditasi dan berkontemplasi. Dan dalam gerakan pembaharuan hidup rohani dewasa ini, dengan perhatian yang begitu besar pada aneka ragam bentuk doa, tentu timbullah juga pertanyaan mengenai bentuk doa yang “khas Ignasian”. Ada juga yang menekankan hubungan antara hidup doa dan kerasulan. Ada lagi yang berkata bahwa St. Ignatius sama sekali tidak mempunyai bentuk doa yang khusus, hanya mengintegrasikan bentuk-bentuk yang tradisional dalam kerangka “Latihan Rohani”. Ada juga yang menarik perhatian pada hubungan antara meditasi dan kontemplasi. Sebaiknya orang bertanya kepada St. Ignatius sendiri, khususnya melihat buku “Latihan Rohani”.

Yang mengesan pertama-tama bahwa Ignatius sering tidak membedakan dengan jelas antara meditasi dan kontemplasi. Keduanya disebut bersama-sama atau tanpa membedakannya dengan jelas. Tetapi dari lain pihak bahwa pada umumnya disebut “kontemplasi” segala renungan mengenai “Misteri hidup Kristus Tuhan kita”, sedangkan kata “meditasi” dipakai terutama untuk renungan mengenai dosa dan neraka. Daripada itu seolah-olah dapat disimpulkan bahwa meditasi biasanya mengenai diri orangnya sendiri, sedangkan kontemplasi dipakai untuk renungan tentang misteri Kristus. Kedua latihan terakhir ini memang lebih menyangkut orangnya sendiri, khususnya sejauh mempersiapkan diri untuk


(48)

“menyelidiki dan mohon penjelasan guna mengetahui dengan hidup atau status manakah Yang Maha Agung mau dilayani oleh manusia”.

“Kontemplasi untuk memperoleh cinta” sebenarnya tidak hanya merenungkan hidup dan misteri Kristus. Dan tidak begitu jelas pula mengapa Ignatius berkata: “Ia menampakkan diri kepada Yusuf dari Arimatea, sebagaimana dengan layak dimeditasikan” atau “Ratu kita naik keledai, sebagaimana dapat dimeditasikan dengan layak”. Di sini kata “meditasi” lebih baik diterjemahkan dengan “renungan”, dan kiranya mencakup apa yang disebut “kontemplasi” juga. Sebaliknya renungan “atas doa Bapa Kami” disebut “kontemplasi”. Dan cara berdoa yang kedua secara umum diterangkan sebagai “mengkontemplasikan arti masing-masing kata dari sebuah doa”. Khususnya dari contoh terakhir ini kiranya kelihatan bahwa perbedaan utama antara meditasi dan kontemplasi bukanlah perbedaan bahan renungan (mengenai diri sendiri atau mengenai Kristus). Memang betul bahwa kontemplasi diadakan mengenai misteri hidup Kristus, tetapi tekanan ada pada misteri. Perbedaan antara meditasi dan kontemplasi terletak pada hubungan dengan misteri (Jacobs, 1980:29-30).

Kontemplasi sendiri merupakan suatu ungkapan yang sedemikian kaya. Pada dasarnya kontemplasi merupakan anugerah hidup dari Allah, dan setiap anugerah Allah melampaui batas-batas konsep manusia. Usaha pemahaman manusia selalu terbatas dan tidak pernah akan habis menggali anugerah ini. Kontemplasi berarti melekat pada pribadi-pribadi ilahi. Melekat artinya hidup dan bergerak menuju dan melekat pada pribadi-pribadi ilahi. Itu berarti suatu hubungan langsung antara Allah dan manusia tanpa pengantara barang-benda dan


(49)

konsep-konsep. Hubungan dengan Allah seperti itu melibatkan seluruh pribadi manusia. Melekat dalam hati mencakup cinta tahan uji kepada Tuhan. Hubungan seperti itu, suatu hubungan penyerahan total dan cinta tahan uji, mengandaikan adanya pemahaman dan pengenalan dengan Tuhan lewat pengalaman dan hidup di bawah gerakan-gerakan Roh.

Memiliki keutamaan cinta berarti ikut ambil bagian hidup Allah, dan berarti pula ambil bagian dalam kegiatan cinta Allah. Allah ingin memberikan segala-galanya yang dimiliki sampai memberikan Putera-Nya yang terkasih dan Roh-Nya. Cinta orang Kristen dengan demikian tertuju kepada Allah dan manusia. Dia mencintai Allah dan mencintai citra-Nya. Memberikan diri bersama Tuhan, dalam Tuhan dan seperti Tuhan itulah keutamaan cinta. Maju dalam cinta berarti maju dalam pemberian diri. Melekat pada Tuhan dalam cinta kasih berarti tiada henti-hentinya ingin memberikan diri kepada Allah dan sesama.

Iman, harapan, dan cinta merupakan sumber hidup kontemplasi, yang berarti semakin melekatkan hidup menuju kepada Tuhan. Ketiga keutamaan itu satu realitas, yaitu realitas satu pribadi anak Allah yang menerima kebijaksanaan dan kekuatan Roh dan karenanya kemampuan baru untuk melihat dan kemampuan baru untuk mencinta. Sumbernya ialah Roh Kudus yang hidup dalam setiap orang. Rahmat Roh Kudus ini mengubah manusia menjadi anak Allah, sampai dapat menyebut Allah ‘Bapa’. Kehadiran Roh Kudus ini mengajar manusia untuk mencintai dengan membuat manusia hamba Allah dan sesama (Darminta, 1983:28-30).


(50)

a. Karya-karya Pelayanan St. Ignatius Loyola

Dalam pembahasan sebelumnya, telah penulis uraikan mengenai perjalanan panggilan Ignatius bepergian naik turun melangkah berbagai negara dan mengatasi banyak kesulitan. Pada pembahasan ini penulis akan menguraikan karya-karya pelayanan Ignatius memenangkan pertempuran Tuhan melalui sahabat-sahabatnya yang tersebar di penjuru dunia. Dia akan berjuang melalui pelayanan sederhana, dengan meneladan Yesus yang datang ke dunia untuk melayani.

1. Pengalaman Memberi Pakaian Kepada Orang Miskin di Montserrat (Februari 1522)

Ia berjalan ke Montserrat. Dalam hati ia berpikir, seperti biasa, mengenai hal-hal yang akan dilakukannya demi kasih kepada Allah. Ia mengambil keputusan untuk jaga malam sebagai ksatria, tanpa duduk atau berbaring, tetapi kadang-kadang berdiri dan kadang-kadang berlutut, di muka altar Bunda Maria di Montserrat. Di situ ia juga mau menanggalkan pakaiannya dan mengenakan persenjataan Kristus.

Sehari sebelum pesta Santa Maria bulan Maret tahun 1522, malam hari dengan diam-diam ia mencari seorang miskin. Ia menanggalkan pakainnya dan memberikannya kepada orang miskin itu. Ia sendiri mengenakan pakaian yang dicita-citakan. Ia berlutut di depan altar Bunda Maria sepanjang malam, sekali berlutut, lain kali berdiri dengan tongkat di tangannya.

Pagi-pagi buta ia berangkat supaya tidak diketahui orang. Ia mengambil jalan simpang lewat sebuah desa yang disebut Manresa. Pengalaman ini ia catat


(51)

dalam sebuah buku yang memberikan banyak penghiburan baginya. Tiba-tiba ada seorang menyusulnya dan bertanya apakah dia memberikan pakaian kepada orang miskin dan Ignatius menjawab benar demikian. Air mata mulai keluar karena kasihan kepada orang miskin itu. Kasihan karena Ignatius tahu bahwa mereka pasti menghajarnya sebab mengira orang miskin itu telah mencuri pakaiannya. Ignatius berusaha keras menghindari penghormatan dari orang-orang ( Camara, 1996:23-25).

2. Meminta-minta dan Membagikan Makanannya Kepada Pengemis Manresa (Maret 1522-Februari 1523)

Di Manresa ia berkeliling minta sedekah setiap hari. Ia berpantang daging dan tidak minum anggur, juga tidak mau kalau diberi. Seringkali di siang bolong ia melihat dari dekat sesuatu di langit, yang memberinya banyak penghiburan karena amat indah, luar biasa. Dia senang sekali dan amat terhibur melihat itu. Bila hal itu menghilang, ia merasa amat tidak senang ( Camara, 1996:26-31).

Di Manresa, Ignatius tinggal di beberapa tempat, di kamar yang disediakan oleh pater-pater Dominikan di dalam biara mereka, di sebuah rumah sakit, di sebuah gua dan beberapa rumah pribadi. Beberapa wanita yang baik hati menyediakan makan dan memperhatikan kebutuhan Ignasius lainnya. Ignasius juga pergi berkeliling setiap hari untuk meminta-minta dan membagikan makanannya kepada pengemis-pengemis lain. Sedikit demi sedikit orang-orang di tempat itu mulai menunjukkan kasih sayang kepadanya. Selain meminta-minta, ia mereka lihat sering berdoa lama. Anak-anak memanggilnya “orang suci” atau “orang yang berpakaian goni”.


(52)

Maksud kedatangannya di Manresa adalah untuk tinggal beberapa hari di sebuah rumah sakit dan menuliskannya dalam buku hariannya pengalaman-pengalaman rohaninya di Montserrat ( Jou, 1991: 39-40).

3. Mengajar Agama kepada Anak-anak di Azpeitia (1537)

Dengan mengendarai kuda dari Paris ke Spanyol sampailah ia di Azpeitia, kampung halamannya di daerah Bask. Tetapi ia tidak tinggal di tempat keluarganya. Sekali lagi ia memilih tinggal di rumah sakit di antara para pengemis dan orang-orang sakit. Dengan ini ia ingin memperbaiki contoh jelek yang pernah ia perbuat pada waktu mudanya. Hatinya penuh kedamaian dan kegembiraan, tetapi saudaranya tidak menyetujui, karena keadaan seperti itu mengkhawatirkan dan lagi mencemarkan nama baik keluarganya.

Ignatius melakukan segala sesuatu dengan tujuan meluaskan kerajaan Allah: percakapan mengenai perkara-perkara rohani, pelajaran agama untuk anak-anak dan orang-orang sederhana, pekerjaan sosial. Ia memerangi kebobrokan moral dan perjudian (Betancor, 1991: 86-87).

4. Di Venetia, Ignatius Memberikan Latihan Rohani Kepada Banyak Orang Selama di Venetia, Ignatius menggunakan sebagian besar waktunya untuk memberikan latihan rohani. Seorang sarjana muda ingin mengadakan retret, tetapi ia takut dibohongi oleh Ignatius, karena telah mendengar kabar yang tidak baik tentang Ignatius. Akhirnya ia mengambil risiko meskipun hanya setengah hati. Ia termasuk jenis orang yang menuntut jaminan sebelum mulai mengikuti Kristus. Ia


(53)

datang dengan bersenjatakan buku dan sejumlah argument, tetapi kendatipun membawa semua itu Tuhan telah menghancurkan pertahanannya. Ignatius membuktikan dirinya sebagai alat Tuhan untuk menolong pemuda itu membuka dirinya kepada Cinta Ilahi. Akhirnya Hoces menjawab panggilan Tuhan dengan kemurahan hati yang besar (Betancor, 1991: 91-92).

5. Pelayanan di Roma (1541)

Pada tanggal 28 Agustus 1541, empat bulan sesudah pemilihannya sebagai Superior Jenderal, Ignatius pergi ke sebuah gereja untuk berdoa bagi kesehatan Codure yang jatuh sakit. Sementara dalam perjalanan dia berhenti berdoa dan berkata kepada teman yang menemaninya “Codure telah meninggalkan dunia”. Sebagai superior Jenderal Serikat Yesus, Ignatius memikul dua tugas utama: menulis konstitusi, sebagaimana telah diperintahkan oleh Sri Paus dan memimpin sahabat-sahabatnya dalam karya mereka bagi Gereja. Di samping itu, dia meluangkan waktunya untuk memberikan pelayanan pribadi di kota Roma.

Pada waktu di Roma banyak remaja pria dan wanita yang terlantar di jalan-jalan kota karena mereka telah kehilangan orang tua mereka akibat terjadi banyak perang dan wabah yang sedang menjalar. Ignatius dengan sepenuh hati bekerja sama dengan mereka yang telah membangun rumah untuk anak-anak yang terlantar itu. Tugas lain dari Ignatius adalah mendamaikan kelompok-kelompok yang sedang berselisih. Sebuah kasus penting yang berhasil dia tangani adalah mengatasi salah paham antara Sri Paus dengan raja Portugal.


(54)

Ignatius membuktikan dirinya sebagai seorang Katekis yang ulung. Pada waktu terpilih sebagai superior Jenderal, tindakan pertama yang ia kerjakan adalah mengajar katekismus kepada anak-anak di Roma. Dia biasa mengumpulkan mereka di sebuah sudut jalan, dan mengajarkan iman Katolik kepada mereka, meskipun bahasa Italianya jelek.

Karya penting lain yang dikerjakan oleh Ignatius adalah menulis surat sebagaimana telah diceritakan sebelumnya. Kurang lebih tujuh ribu surat atas namanya telah dipublikasi. Banyak dari surat-surat ini tidak ditulis oleh Ignatius sendiri, tetapi oleh sekretarisnya dengan bimbingan dan pertolongannya. Surat-surat yang dikirim adalah Surat-surat-Surat-surat untuk para Yesuit, para sahabat dan bahkan para raja dan pangeran. Karena pengalamannya dalam menulis surat, ia merasa adanya kebutuhan untuk memberi petunjuk praktis tentang cara-cara menulis surat. Suatu karya Ignatius yang disyukuri oleh kaum muda adalah didirikannya sekolah-sekolah Yesuit. Gagasan untuk mendirikan sekolah-sekolah itu pelan-pelan berkembang dalam pikirannya sesuai dengan petunjuk Tuhan mengenai pengabdian mana yang dituntut dari padanya ( Jou, 1991:105-132).

C. Semangat Pelayanan sebagai Warisan St. Ignatius Loyola

Hidup dan karya Ignatius mempunyai satu tujuan, yaitu demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar. Untuk tujuan itu ia membimbing orang-orang lain dengan “latihan-latihan rohani”. Latihan rohani adalah retret yang bertujuan mempersiapkan dan mengajak peserta untuk mencari dan menemukan kehendak


(55)

Tuhan mengenai hidupnya. Dengan kata lain menolongnya untuk mengikuti Kristus lebih dekat.

“Mencari dan menemukan kehendak Tuhan” adalah pengalaman hidup yang dasariah dan menentukan, diperoleh lewat doa dan lewat pertolongan manusia. Ignatius sendiri telah memperoleh pengalaman itu di Manresa Spanyol. Pada tahun-tahun terakhir di Roma ia menyempurnakannya agar bermanfaat bagi orang lain (Betancor, 1991:100).

Ignatius adalah seorang mistikus besar. Ia terus-menerus menyadari kehadiran Tuhan dan bersatu dengan-Nya. Ia juga seorang pemimpin sejati. Cara pemerintahannya benar-benar rohani namun selalu menyentuh pengalaman hidup yang nyata. Ia adalah seorang bapa tanpa cenderung menjadi paternalistis. Di samping itu, Tuhan telah memberikan kepadanya orang-orang besar di antara para sahabatnya.

Sebagai bapa serikat, Ignatius berpendapat bahwa hukum cinta seharusnya sudah cukup. Tetapi ia merasakan kebutuhan ditulisnya konstitusi, sebagai sarana untuk mempertahankan kesetiaan dalam mengabdi Tuhan. Oleh karena itu, konstitusi merupakan perwujudan visi asli yang dianugerahkan kepada Ignatius dan sahabat-sahabatnya. Visi asli itu untuk zaman sekarang yang dihayati sebagai panggilan untuk melayani iman dan menegakkan keadilan bukan hanya bagi yang tertahbis tapi bagi semua orang yang mengarungi kehidupan (Betancor, 1991:103-104).

Demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar dan demi keselamatan manusia, Ignatius berkehendak, agar putera-puteranya pergi ke tempat dimana kepentingan


(56)

yang lebih universal diharapkan dapat tercapai dan ke tempat dimana mereka yang ditinggalkan menderita yang lebih membutuhkan pertolongan (Seri Inter/Nos: 15-18).

Pemberian Tuhan itu bukan hanya karya penciptaan, tetapi juga penebusan dan anugerah pribadi. Maka dengan sewajarnya bagaimana Ignatius mengungkapkan rasa kagum bahwa Tuhan “selalu begitu lembut dan murah hati terhadapku”, “bagaimana Dia, Sang Pencipta, sampai mau menjadi manusia, dan bagaimana Ia dari hidup baka sampai kematian yang fana, mati demikian untuk dosa-dosaku”. Rasa kagum ini tidak berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Santo Paulus: “aku hidup dalam iman akan Putera Allah yang mengasihi aku dan menyerahkan diri untuk aku” (Galatia 2:20). Seperti Santo Paulus begitu juga Ignatius kena oleh kasih Allah dalam Kristus: “Allah menyatakan kasih-Nya kepada kita, karena Kristus mati bagi kita, malahan pada waktu kita sendiri masih berdosa” (Roma 5:8). Paulus berkata bahwa Allah “mengutus Putera-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa” (Roma 8:3), artinya dalam Kristus Allah turun sampai kelemahan setiap manusia. Menurut Ignatius seluruh rencana keselamatan Allah diarahkan sedemikian rupa sehingga “Tuhan lahir dalam kemiskinan yang paling berat, dan sesudah mengalami begitu banyak penderitaan, lapar, haus, panas, dingin, keaiban dan penghinaan, akhirnya mati di kayu salib” (Jacobs, 1980: 34-35).

Pada sub bagian ini terdapat 3 inti tentang pembahasan Spiritualitas Ignasian. Pertama, latar belakang hidup serta panggilan Santo Ignatius Loyola.


(57)

Disini dibahas akan biografi singkat Santo Ignatius mulai dari keluarga, perjalanan pendidikan, dan juga pertobatan Santo Ignatius menjadi seorang rasul sejati. Perjuangan dan pelayanan tanpa batas yang dilakukan oleh Santo Ignatius sehingga membentuk suatu cita-cita yang sungguh-sungguh diinginkannya yaitu Latihan Rohani sebagai bentuk kontemplasi doa terhadap Yesus Kristus.

Kedua, dibahas tentang pengertian dan inti dari spiritualitas itu sendiri bahwa spiritualitas adalah sumber semangat untuk hidup, bertumbuh, dan berkembang dalam semua bidang kehidupan di dunia ini yang kita peroleh di dalam perjumpaan dengan Allah, sesama dan diri sendiri. Selanjutnya, dilengkapi dengan pembahasan mengenai spiritualitas Ignasian itu sendiri bahwa spiritualitas Ignasian itu tak lepas dari 14 macam doa yang ditekankan oleh St. Ignatius dalam spiritualitasnya. Lalu, dibahas juga kekhasan Spiritualitas St. Ignatius yaitu iman, harapan, dan cinta merupakan sumber hidup kontemplasi. Terakhir, dibahas pula karya-karya pelayanan St. Ignatius selama hidupnya yang sungguh mengutamakan Tuhan dan juga sesama. Ketiga, dibahas mengenai semangat pelayanan sebagai warisan dari St. Ignatius Loyola bahwa intinya adalah demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar melalui Latihan Rohani.

D. Semangat Pelayanan Para Mahasiswa Prodi Ilmu Pendidikan Agama Katolik (PAK) Universitas Sanata Dharma

1. Pengertian Pelayanan secara Umum

Pelayanan adalah sebagai “perbuatan yang baik”, pengabdian dan juga bantuan kepada Tuhan dan sesama. Iman, pengharapan, dan kasih adalah inti dari pelayanan.


(58)

Pelayanan kasih adalah bagian tak terpisahkan dari jati diri kristiani, sesuatu yang sejak awal hingga kini senantiasa selalu terus dihidupkan. Pelayanan kasih menyatakan dan mewartakan kasih Kristus, kasih dari hati-Nya yang tertikam, yang karenanya mengalirkan aliran-aliran air hidup (Yoh 7: 38) jika dia menimba kasih Allah dari Hati Yesus yang senantiasa terbuka. Maka, pelayanan kasih hanya akan utuh membawakan kasih Allah jika senantiasa diteguhkan dalam perjumpaan dengan Tuhan, sebab di dalamnya dinyatakan kasih Allah, dan dengannya diterima perutusan untuk mengasihi sesama ( Krispurwana, 2010: 162-164).

Di samping pelayanan dengan pengertiannya yang luas tersebut di atas di dalam Perjanjian Baru juga dikemukakan adanya pelayanan dengan pengertian yang sempit atau khusus. Pelayanan dalam pengertiannya yang disebut belakangan diartikan sebagai pelayanan kepada orang-orang yang sangat membutuhkan bantuan, yakni pelayanan kepada orang-orang miskin, orang-orang yang sakit, orang-orang yang tidak memiliki tempat tinggal, orang-orang yang terhukum, dan seterusnya.

Pelayanan menjadi Injil dalam aksi, yang tidak hanya dilihat sebagai bagian kehidupan sehari-hari, namun lebih sebagai sumbernya. Iman, pengharapan, dan kasih adalah inti dari pelayanan.

Pelayanan murah hati adalah bentuk pelayanan yang keluar dari hati yang sungguh mau memberi. Semua dilakukan demi semakin dirasa-dilaksanakannya semangat Gereja yang melayani. Namun begitu, pelayanan yang murah hati tidak dimaksudkan sebagai sebuah pelayanan yang semau gue, yang tidak


(59)

mengindahkan konsensus bersama, yang a-yuridis. Pelayanan yang murah hati adalah pelayanan demi kebaikan bersama, ut bonum commune. Jika demikian, pelayanan yang murah hati haruslah berada dalam koridor tata penggembalaan yang ditumbuh-mekarkan. Pelayanan murah hati harus dilihat dan ditempatkan dalam konteks yang luas, yakni dalam keseluruhan cita-cita Gereja semesta untuk mewartakan karya keselamatan Allah melalui Kristus dalam dunia. Dalam Injil Lukas 6:36 telah dikemukakan bahwa “Bukankah kita mesti murah hati, sama seperti Bapa adalah murah hati” (Suharyo. 2009: 69).

2. Arti dan Makna Semangat dalam Pelayanan

Semangat dalam melayani itu tidak akan habisnya karena sikap itu tumbuh hanya dalam diri orang yang ingin tergerak akan keutamaan Kerajaan Allah. Semangat itu juga identik dengan sikap rendah hati yang mau berkorban demi sesama dan demi Allah itu sendiri.

Motivasi pelayanan hendaknya berangkat dari ketulusan dan bukan dari semangat mencari pengakuan. Dalam Injil Lukas, Yesus menyampaikan kebenaran kepada kita bahwa para pelayan yang harus rela melayani tuannya merupakan hal yang sudah sewajarnya dilakukan. Tidak ada pelayan yang serba minta ucapan terima kasih dari majikannya atau serba mau minta cuti dan istirahat. Tentu dari pihak majikan, perlu ada ungkapan terima kasih itu dan gaji yang sesuai. Tetapi dari pihak si pelayan, ia harus melakukan segala sesuatu karena itu memang telah menjadi tugasnya. Melakukan dengan tulus sebagai rasa


(1)

Pengertian Semangat Pelayanan

7. Iman, harapan, dan kasih merupakan inti dari semangat pelayanan. a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

8. Apakah anda sudah mempraktekkan sikap dan tindakan untuk saling melayani terutama kepada Allah dan sesama sebagai calon katekis?

a. Selalu

b. Kadang-kadang c. Tidak selalu d. Tidak pernah

Makna Semangat Pelayanan

9. Apakah anda setuju bahwa arti dari semangat adalah sikap yang tumbuh dalam diri pribadi untuk bergerak dan berubah?

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

10. Apakah anda setuju bahwa keutamaan dalam semangat pelayanan adalah sikap rendah hati yang mau berkorban demi sesama dan demi Allah sendiri? a. Sangat setuju

b. Setuju


(2)

Latar Belakang Kuliah di PAK

11. Mengapa anda memilih kuliah di PAK? a. Dorongan dari orang tua dan keluarga b. Keinginan dan motivasi dari diri sendiri c. Keterpaksaan dan tidak ada jalan lain

d. ………

12. Apa tujuan anda kuliah di PAK?

a. Ingin menggapai cita-cita terutama menjadi guru agama atau katekis b. Untuk membentuk pribadi yang mempunyai karakter

c. Ingin lebih dekat dengan Tuhan

d. ……….

Kesulitan dan tantangan yang dihadapi selama menempuh proses studi di PAK

13. Apa kesulitan anda selama kuliah di PAK?

a. Sulit memahami setiap materi dalam mata kuliah yang diberikan b. Kemalasan dalam diri yang selalu menghambat proses perkuliahan c. Sulit memahami karakter dosen dalam proses perkuliahan

d. ………

14. Apa tantangan anda selama kuliah di PAK?

a. Tantangan mengendalikan diri sendiri dan memotivasi diri b. Pergaulan selama menempuh proses studi

c. Pembagian waktu dalam studi maupun kegiatan-kegiatan lain


(3)

Cara Mengatasi Kesulitan Selama Studi di PAK

15. Bagaimana anda mengatasi kesulitan selama kuliah di PAK?

a. Berkomunikasi dengan keluarga untuk mencari solusi dari setiap masalah b. Meminta saran atau sharing pengalaman dari teman maupun kakak tingkat c. Berkomunikasi dengan Allah lewat doa dan tindakan

d. ………..

16. Bagaimana sikap anda menghadapi tantangan selama kuliah di PAK? a. Putus asa dan menyerah

b. Termotivasi dan optimis c. Bersyukur

d. ………..

Hubungan antara makna spiritualitas Ignasian dan semangat pelayanan para mahasiswa PAK sebagai calon katekis

17. Bagaimana anda menghayati spiritualitas Ignasian selama kuliah di PAK? a. Terlibat aktif dalam kegiatan pelayanan baik di paroki maupun

lingkungan

b. Menjalin relasi yang baik terhadap seluruh keluarga besar PAK

c. Berusaha untuk memahami setiap pendampingan dalam mata kuliah di PAK

d. ...

18. Apa peranan penghayatan spiritualitas Ignasian bagi pelayanan anda sebagai mahasiswa PAK?


(4)

Harapan Mahasiswa PAK

19. Menurut anda apa terobosan yang harus dilakukan untuk mempermudah menghayati spiritualitas Ignasian di PAK?

a. Mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang menjadi sejarah pewartaan St. Ignatius

b. Melaksanakan kegiatan doa yang ditekankan oleh St. Ignatius dalam Latihan Rohani

c. Mengikuti seminar atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan spiritualitas St. Ignatius

d. ……….

20. Apa poin-poin yang harus diperhatikan dalam melaksanakan terobosan yang anda usulkan untuk mempermudah menghayati spiritualitas Ignasian di PAK? a. Menumbuhkan semangat dan tekad dalam diri

b. Membangun kesadaran bersama untuk tergerak hatinya c. Memperkaya wawasan terutama wawasan tentang St. Ignatius


(5)

LAMPIRAN 3: Teks Lagu “Hari ini Kurasa Bahagia” Hari ini kurasa bahagia

Berkumpul bersama saudara seiman Tuhan Yesus tlah satukan kita Tanpa memandang di antara kita

Reff: Bergandengan tangan dalam kasih dalam satu hati Berjalan dalam terang kasih Tuhan

Kau saudaraku….kau sahabatku


(6)

LAMPIRAN 4: Teks Kitab Suci

“Roti Hidup” (Yohanes 6: 52-59)

6: 52 Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan.” 6: 53 Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.

6: 54 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.

6: 55 Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.

6: 56 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.

6: 57 Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.

6: 58 Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.”

6:59 Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Ekaristi terhadap perkembangan hidup rohani mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan KeKhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma sebagai calon katekis.

2 20 241

Analisis kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma : studi pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pemakai jasa Perpustakaan Kampus I Mrican.

0 1 126

Persepsi karyawan pada program pelatihan dan pengembangan spiritualitas Ignasian : studi kasus pada karyawan biro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 0 139

Spiritualitas pelayanan ibu Teresa dari Kalkuta sebagai teladan bagi katekis dalam mewujudkan semangat pelayanan bagi kaum miskin.

2 36 137

MANAJEMEN WAKTU MAHASISWA TERHADAP KURIK

0 1 17

Kehidupan doa mahasiswa-mahasiswi awam prodi IPPAK sebagai calon katekis - USD Repository

0 0 148

Upaya pengembangan pendampingan spiritualitas mahasiswa-mahasiswi calon katekis di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 1 230

SPIRITUALITAS PELAYANAN IBU TERESA DARI KALKUTA SEBAGAI TELADAN BAGI KATEKIS DALAM MEWUJUDKAN SEMANGAT PELAYANAN BAGI KAUM MISKIN SKRIPSI

0 2 135

Persepsi karyawan pada program pelatihan dan pengembangan spiritualitas Ignasian : studi kasus pada karyawan biro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 0 137

Pembinaan spiritualitas di program studi IImu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sebagai upaya membantu mahasiswa dalam menanggapi panggilannya sebagai katekis - USD Repository

0 2 167