memiliki peranan penting dalam hubungan manusia dalam berkomunikasi. Dalam penggunaan bahasa untuk keperluan basa-basi ini tentulah bukan isi pembicaraan
tetapi sikap yang diperlihatkan oleh si pembicara. Si pembicara dapat melakukan gerak atau sikap badan tertentu dan alunan suara tertentu yang dilazimkan dalam
suatu masyarakat bahasa. Arimi 1998 membagi tuturan basa-basi yang dipakai dalam masyarakat
bahasa Indonesia berdasarkan daya tuturannya digolongkan atas dua jenis, yaitu basa-basi murni dan polar. Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang
dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. Basa-basi polar
adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan.
Berikut ini merupakan hasil analasis data mengenai wujud tuturan fatis antara dosen dan mahasiswa pada program studi Sastra Indonesia Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta
yang diperoleh
peneliti berdasarkan
kategori acknowledgements.
A. Wujud Tuturan Fatis Kategori Meminta Maaf
Tuturan fatis meminta maaf yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan penyesalan aatas peristiwa yang terjadi pada diri sendiri. Dalam hal ini, seseorang
dapat mengungkapkan rasa penyesalannya terhadap kesalahan yang diperbuatnya kepada orang lain. Berikut ini merupakan wujud tuturan fatis meminta maaf
antara dosen dan mahasiswa program studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Tuturan A1
P : Hem, belum ada contohnya maksudmu? MT : Iya pak, belum ada contohnya maksudnya.
P : Kok bisa? MT : Karena di datanya kemarin belum ada pak. Jadi saya masih itu pak.
P : Ya mungkin tidak ada, jangan dipaksakan kalo tidak ada. jadi nggak pusing. MT : Iya pak.
P : Jadi batasnya adalah, cara berpikirnya begini sumber data kan tiga itu, kalau di situ nggak ada ya jangan dicari. Lalu kemudian kalau mungkin di situ ada,
tetapi kamu tidak mendapat, ya sudah, itu artinya keterbatasan pemahaman si peneliti, mohon maaf.
Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB
Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur menjelaskan kepada mitra tutur tentang bagaimana menganalisis suatu topik skripsi. Penutur merasa sungkan dengan apa yang dikatakannya
kepada mitra tutur meskipun itu adalah kenyataan yang sebenarnya.
Tuturan dengan kode A1 tersebut terjadi karena penutur merasa sungkan dengan mitra tutur dengan apa yang dikatakannya yang dapat menyinggung mitra
tutur meskipun apa yang dikatakannya itu merupakan kenyataan yang sebenarnya.
Tuturan A1 merupakan basa-basi meminta maaf dengan bentuk tuturan “Lalu kemudian kalau mungkin di situ ada, tetapi kamu tidak mendapat, ya sudah,
itu artinya keterbatasan pemahaman si peneliti, mohon maaf”. Penutur adalah
seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun, sedangkan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 21 tahun. Tuturan tersebut dapat dikatakan sebgai tuturan
basa-basi meminta maaf karena dengan tuturan tersebut penutur ingin menjaga hubungan baik antara dirinya dengan mitra tutur. Secara tidak langsung penutur
juga menunjukkan etika dan tatakrama agar tidak menyinggung perasaan mitra PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI