Ketidaksantunan Berbahasa Fenomena Pragmatik
sebenarmua hanya untuk mempertahnkan hubungan baik antara si penutur dan lawan tutur.
Arimi 1998 membagi tuturan basa-basi yang dipakai dalam masyarakat bahasa Indonesia berdasarkan daya tuturannya digolongkan atas dua jenis, yaitu
basa-basi murni dan polar. Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya
apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. Basa-basi murni digolongkan menjadi tiga subjenis, yaitu basa-basi murni keniscayaan, basa-basi
keteralamian, dan basa-basi keakraban. Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak
sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan. Basa-basi polar dibagi menjadi dua, yaitu basa-basi polar sosial dan basa-basi polar personal. Berikut ini
contoh pemakaian basa-basi murni dan basa-basi polar. Karyawan : “Selamat siang pak. Ada yang bisa saya bantu?”
Direktur : “Siang. Mana data yang saya minta diserahkan hari ini?
Konteks : seorang karyawan memasuki ruang direkturnya.
Basa-basi tersebut termasuk basa-basi murni karena digunakan saat berjumpa. Tuturan yang dipakai adalah selamat siang. Ungkapan selamat siang dipakai
secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul yang menandai realitas siang.
Berbeda dengan basa-basi murni, dalam basa-basi polar orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan.
Berikut contoh dari basa-basi polar. Tuan rumah
: Mari makan. Tamu
: Saya baru saja makan Pak, Bu, terima kasih. Konteks
: seseorang bertamu saat tuan rumah dan keluarganya sedang makan.
Tuturan tuan rumah mari makan menunjukkan tuturan yang tidak sebenarnya karena tuan rumah melihat tamu datang saat mereka makan. Sebagai
sopan santun tuan rumah menawarkan makan pada tamu tersebut dan bukan bersungguh-sungguh menawarkan makanan. Tuturan tamu saya baru sajamakan
menunjukkan tuturan yang tidak sebenarnya. Tuturan sang tamu bukan bersungguh-sungguh meyakinkan tuan rumah bahwa dia sudah makan, melainkan
hanya untuk sopan santun menolak untuk makan bersama tuan rumah. Basa-basi sebagai pembuka, pembentuk, pemelihara hubungan atau kontak
antara pembicara dengan penyimak masuk dalam klasifikasi acknowledgements. Acknowledgements merupakan tuturan yang digunakan untuk mengekspresikan
perasaan tertentu kepada mitra tutur atau dalam kasus-kasus di mana ujaran berfungsi secara formal, kehendak penutur bahwa ujarannya memenuhi criteria
harapan sosial untuk mengekspresikan perasaan dan kepercayaan tertentu. Tuturan yang termasuk acknowledgements adalah sebagai berikut: apologize meminta
maaf yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan penyesalan atas peristiwa yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terjadi pada diri sendiri; condole belasungkawa yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan penyesalan atas peristiwa yang terjadi pada orang lain;
congratulate mengucapkan selamat yaitu fungsi tuturan mengekspresikan kegembiraan karena adanya kabar baik tentang orang lain; great memberi salam
yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan rasa senang karena bertemu seseorang; thanks berterimakasih yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan terima kasih
karena mendapat bantuan; bid mengundang yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan harapan baik ketika sesuatu yang berhubungan dengan masa
depan seseorang akan terjadi; accept menerima yaitu fungsi tuturan untuk menerima menghargai basa-basi dari lawan tutu; dan reject menolak yaitu
fungsi tuturan untuk menolak melanggar basa-basi dari mitra tutur. Kategori fatis menurut Kridalaksana 1986: 111-113 adalah kategori yang
bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Kelas kata ini biasanya terdapat dalam konteks
dialog atau wawancara bersambut, yaitu kalimat-kalimat yang diucapkan oleh pembicara dan kawan bicara. Sebagian besar kategori fatis merupakan ciri ragam
lisan. Karena ragam lisan pada umumnya merupakan ragam non-standar, maka kebanyakan kategori fatis terdapat dalam kalimat-kalimat non-standar yang
banyak mengandung unsur-unsur daerah atau dialek regional. Bentuk dan kategori fatis tersebut terbagi atas: ah yang bertugas menekankan rasa penolakan atau acuh
tak acuh; ayo bertugas menekankan ajakan, ayo juga mempunyai variasi yo bila diletakkan di akhir kalimat. Ayo juga bervariasi dengan ayuk dan ayuh; deh
digunakan untuk menekankan: pemaksaan dengan membujuk, pemberian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI