Wujud Tuturan Fatis Analisis Data

Tuturan B1 P : Kamu kok punya buku sintaksis? Pinjem? MT : Pinjam perpus kok Pak. P : Saya mau beli lagi tuh ndak ada e. Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur bertanya tentang buku sintaksis yang dibawa mitra tutur. Penutur penasaran darimana mitra tutur mendapatkan buku sintaksis tersebut. Tuturan B1 merupakan tuturan yang diucapkan oleh mitra tutur dengan bentuk tuturan “Pinjam perpus kok Pak”. Dalam tuturan ini penutur merupakan seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur merupakan mahasiswa perempuan berusia 21 tahun. Tuturan B1 merupakan basa-basi menerima karena mitra tutur bersedia menanggapi tuturan dengan didasari rasa menghargai kepada penutur. Ibrahim 1993: 16 mendefinisikan basa-basi menerima adalah suatu kekuatan bahasa yang berguna untuk menanggapi tuturan dari orang lain yang didasari rasa menghargai dari diri sendiri. Bentuk fatis kok dalam tuturan yang bercetak tebal di atas membuktikan bahwa tuturan B1 tersebut merupakan basa-basi menerima. Bentuk fatis kok yang bertugas untuk menekankan alasan atau jawaban membuktikan bahwa mitra tutur menghargai tuturan dari penutur yang bertanya tentang buku sintaksis yang dibawanya. Jadi dari basa-basi tersebut mitra tutur berusaha untuk menunjukkan rasa menghargai dengan menjawab pertanyaan dari penutur dengan sopan. Wujud dari tuturan B1 adalah basa-basi murni. Arimi 1998 mengatakan bahwa basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan oleh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI penutur selaras dengan kenyataan. Dalam hal ini, buku sintaksis yang ditanyakan oleh penutur memang benar dipinjam mitra tutur di perpustakaan karena ada label perpustakaan di sudutnya. Fenomena basa-basi ini juga terlihat pada tuturan B4, B10, dan B12 yang dapat dilihat pada lampiran tabulasi basa-basi menerima. Tuturan B2 MT : Ehmmm.. Haduh pak P : Kenapa toh? MT : Terus yang ehmmm… apa namanya. Ehmmm… yang kajian pustakanya ini harus ditambahi lagi atau sudah pak? P : Cukup. Ya nanti kalo sambil jalan nemu ya ditambah. Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Mitra tutur bermaksud menanyakan tentang kesulitannya dalam mengerjakan skripsi namun mitra tutur bingung bagaimana harus menjelaskannya kepada penutur. Tuturan B2 merupakan tuturan yang diucapkan penutur dengan menggunakan ungkapan “Kenapa toh?”. Dalam tuturan tersebut, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 21 tahun. Tuturan B2 tersebut merupakan basa-basi karena penutur berusaha untuk mempertahankan pembicaraannya dengan mitra tutur dengan menanyakan kegelisahan mitra tutur. Anwar 1984: 46 menjelaskan bahwa basa-basi merupakan sejemput kata-kata yang dipakai untuk sekedar memecah kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik. Tuturan B2 merupakan basa-basi menerima karena penutur berusaha untuk mempertahankan pembicaraannya dengan mitra tutur yang terlihat gelisah. Berdasarkan konteksnya tuturan di atas memiliki wujud basa-basi polar. Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan Arimi, 1998. Penutur menanggapi kegelisahan mitra tutur dengan menanyakan penyebab kegelisahannya untuk menjaga kesopanan, meskipun sebenarnya penutur sedang terburu-buru karena ada sesuatu hal lain yang harus dikerjakannya. Penutur melakukan hal demikian agar mitra tutur merasa dihargai oleh penutur dan agar komunikasi selanjutnya dapat berjalan dengan baik. Tuturan B3 P : Ya coba nanti anu, anu apa namanya ini ehmm sambil jalan, kamu yang penting kerja dulu bab 2 tapi sambil baca-baca nanti kalo ada tambahkan ke bab 1. MT : Iya pak. P : Enak kok nggak masalah kok. Ehemm baju baru ya? Bagus e… MT : Iya pak, hehehehe… P : Oh anunya mana itu sil. MT : Oh iya, saya belum, atau sekarang? Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur melihat bahwa mitra tutur memakai baju baru dan memuji baju yang dikenakan oleh mitra tutur. Tuturan B3 merupakan tuturan basa-basi dengan menggunakan ungkapan “Enak kok nggak masalah kok. Ehemm baju baru ya? Bagus e…”. Dalam tuturan tersebut, penutur merupakan seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur merupakan mahasiswa perempuan berusia 21 tahun. Tuturan yang bercetak tebal merupakan basa-basi karena penutur berusaha memecah kesunyian dan mempertahankan pembicaraannya dengan mitra tutur karena penutur merasa mitra tutur bosan dengan bimbingan hari itu. Anwar 1984: 46 menjelaskan bahwa basa-basi merupakan sejumput kata-kata yang dipakai untuk sekadar memecah kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik. Tuturan B3 di atas merupakan basa-basi menerima karena penutur menegaskan kembali pernyataannya dengan menggunakan bentuk fatis kok. Penutur juga mencairkan suasana bimbingan dengan memuji pakaian yang dikenakan mitra tutur. Hal tersebut dilakukan penutur agar mitra tutur tidak merasa bosan dengan suasana bimbingan yang monoton. Bentuk fatis ya dalam tuturan yang bercetak tebal tersebut digunakan untuk meminta persetujuan atau pendapat dari mitra tutur apakah benar pakaian yang dipakai mitra tutur itu baru atau tidak. Wujud tuturan basa-basi dari tuturan B3 tersebut adalah basa-basi polar. Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya. Tuturan B3 termasuk basa-basi polar karena penutur tidak benar-benar bermaksud memuji pakaian yang dikenakan mitra tutur karena hal yang ingin dilakukan penutur adalah untuk mencairkan suasana bimbingan yang membosankan baik bagi penutur maupun mitra tutur. Tuturan B5 P : Kenapa nggak nyisir? Wah jan Aduh kamu ngapel terus nyampek rumah tidur ya? MT : Iya Pak, hehehe. Lelah e Pak. P : Ngapain aja lelah tuh? MT : Kemarin Pak, membuat lelah. Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur kaget dengan penampilan mitra tutur yang berantakan ketika datang bimbingan. Tuturan B5 merupakan tuturan yang diungkapkan penutur dengan menggunakan bentuk tuturan “Ngapain aja lelah tuh?”. Dalam tuturan tersebut, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan yang bercetak tebal tersebut merupakan basa-basi karena penutur menghargai jawaban mitra tutur dengan bertanya lagi tentang keadaan mitra tutur yang datang bimbingan dengan penampilan yang berantakan. Maliknowski dalam tesis Arimi 1998 mendefinisikan basa-basi digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antar peserta komunikasi. Tuturan B5 tersebut merupakan basa-basi menerima karena penutur menanggapi jawaban mitra tutur dengan memberikan pertanyaan lagi agar penutur mendapatkan alasan yang tepat dengan keadaan mitra tutur yang seperti itu. Dalam tuturan yang bercetak tebal tersebut juga digunakan bentuk faits tuh yang bertugas untuk menegaskan pertanyaan dari penutur. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana santai sebelum bimbingan skripsi dimulai, penutur kaget dengan penampilan mitra tutur yang berantakan dan berusaha untuk menegur mitra tutur demi menjaga hubungan baik antara penutur dan mitra tutur. Wujud tuturan basa-basi dari tuturan di atas adalah basa-basi murni karena penutur benar-benar ingin tahu mengapa mitra tutur datang bimbingan dengan keadaan yang demikian. Penutur merasa mitra tutur tidak siap untuk bimbingan maka penutur membuat suasana bimbingan yang santai agar mitra tutur tidak terlalu terbebani dengan bimbingan hari itu. Tuturan B6 MT1 : Si Mei mana e? MT2 : Mei? P : Lho si Mei kenapa? MT2 : Nggak tau pak nggak pernah keliatan e pak. P : Dia belum ikut krs juga toh? Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun dan mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Mitra tutur menanyakan keadaan temannya yang tidak pernah terlihat lagi di kampus dan mengkhawatirkan keadaannya. Tuturan B6 merupakan tuturan basa-basi dengan bentuk tuturan “Lho si Mei kenapa?”. Penutur adalah dosen laki-laki berusia 42 tahun, mitra tutur 1 adalah mahasiswa perempuan berusia 21 tahun dan mitra tutur 2 adalah mahasiwa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan tersebut merupakan tuturan basa-basi. Sudaryanto 1991: 26 mengatakan bahwa tuturan berupa tegur sapa, sopan santun dan ramah tamah yang menyangkut perangkat etika, tata susila dan tata karma pergaulan. Dalam tuturan tersebut penutur berusaha untuk ikut terlibat dalam pembicaraan antara mitra tutur 1 dan mitra tutur 2 dengan menanyakan keadaan mahasiswa yang tidak pernah terlihat lagi di kampus. Tuturan B6 merupakan tuturan basa-basi menerima karena penutur memberi tanggapan terhadap pernyataan yang dibuat oleh mtra tutur 1 dan mitra tutur 2. Penutur merasa mahasiswa yang tidak pernah terlihat di kampus itu juga adalah tanggungjawabnya sebagai dosen, maka ia perlu tahu keadaan mahasiswa yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dibicarakan tersebut dengan ikut terlibat dalam pembicaraan sehingga dapat meemperoleh informasi yang tepat. Basa-basi dalam tuturan B6 memiliki wujud basa-basi murni. Hal itu dikarenakan tuturan yang diungkapkan penutur sesuai dengan apa yang terlihat. Penutur terlihat panik mengetahui ada salah satu mahasiswanya yang tidak pernah terlihat lagi di kampus. Penutur menunjukkan kekhawatirannya dengan ikut terlibat dalam pembicaraan dengan mitra tutur 1 dan mitra tutur 2. Dengan ikut terlibat dalam pembicaraan penutur dapat mengetahui dengan jelas apa penyebab mahasiswa yang dibicarakan itu tidak terlihat lagi di kampus. Fenomena basa-basi seperti ini juga terlihat dalam tuturan B13 yang dapat dilihat dalam tabulasi basa- basi menerima. Tuturan B7 P : Ada sop empal lho. Sop empal gandrung. Arah mau masuk ke Kanisius. MT : Oh iya Pak, nanti saya carinya. P : Namanya itu sop empal gandrung, mungkin gandrung itu namanya yang punya. Ini langsung dibetulin nanti hari Senin hari Jumat udah selesai. Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur memberitahu mitra tutur jika ada sop yang menggunakan daging sebagai bahan utamanya yang dapat dimasukkan dalam data penelitiannya. Tuturan B7 merupakan sebuah tuturan yang diucapkan mitra tutur dengan menggunakan bentuk tuturan “Oh iya Pak, nanti saya carinya”. Dalam tuturan tersebut, penutur adalah seorang dosen berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan yang bercetak tebal tersebut merupakan basa-basi karena mitra tutur berusaha untuk menunjukkan kesopanan dan melegakan hati penutur. Sudaryanto 1991: 26 mengatakan bahwa basa-basi merupakan tuturan berupa tegur sapa, sopan santun dan ramah tamah yang menyangkut perangakt etika, tata susila, dan tata karma pergaulan. Mitra tutur menanggapi tuturan dari penutur dengan sopan untuk melegakan hati penutur sehingga penutur menganggap mitra tutur akan melakukan apa yang diungkapan oleh penutur. Tuturan B7 di atas termasuk dalam subkategori basa-basi menerima. Arimi 1998 mengatakan bahwa basa-basi menerima yaitu fungsi tuturan untuk menerima menghargai basa-basi dari lawan tutur. Dalam hal ini, penutur meminta mitra tutur untuk datang ke suatu tempat yang dapat menjadi referensi untuk data penelitiannya. Mitra tutur menjawab tuturan dari penutur dengan jawaban “Oh iya Pak, nanti saya carinya”. Dari jawaban mitra tutur dapat dilihat bahwa mitra tutur menerima basa-basi dari penutur untuk menunjukkan kesopanannya. Wujud basa-basi dari tuturan basa-basi di atas adalah basa-basi polar karena ekspresi yang ditunjukkan mitra tutur ketika memberikan jawaban kepada penutur berbeda dengan jawaban yang diungkapkan. Ekspresi yang ditunjukkan mitra tutur seperti enggan untuk mencari tempat yang dimaksud penutur. Meskipun begitu mitra tutur tetap menanggapi basa-basi dari penutur untuk menunjukkan kesopanannya dan melegakan hati penutur. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tuturan B8 P : Apakah antara sup dan gulai itu dicampur? MT : Enggak. Dipisah, Pak. P : Nah MT : Tapi kalau di daftar menunya itu mereka nulisnya sogul Pak. P : Oh.. MT : Nulisnya langsung sogul ini harganya ini. Jadi pesan 1 porsi sogul. P : Saya belum pernah sih. MT : Iya Pak, itu yang paling dekat di ini lho Pak, ehmm… P : Nek ada gulainya saya ndak makan, mungkin supnya bisa saya makan. MT : Oh, iya ya, Pak, ada santannya ya? Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai Penutur meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian yang didapatnya. Tuturan B8 di atas menggunakan bentuk tuturan “Oh, iya ya, Pak, ada santannya ya?”. Tuturan tersebut termasuk dalam tuturan basa-basi karena mitra tutur telah mencoba untuk menanggapi tuturan dari penutur dengan sebuah tuturan ringan yang dapat menjaga hubungan baik dengan penutur. Malinowski 1923:315 mengatakan basa-basi digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi. Situasi tersebut diciptakan dengan pertukaran kata-kata dalam pembicaraan ringan, dengan perasaan tertentu untuk membentuk hidup bersama yang menyenangkan. Tuturan B8 di atas termasuk dalam kategori basa-basi menerima. Hal itu dikarenakan mitra tutur bersedia menanggapi tuturan yang didasari dengan rasa menghargai kepada penutur. Mitra tutur mencoba untuk memahami penutur yang memiliki penyakit tertentu sehingga tidak dapat mengkonsumsi makanan- makanan yang mengandung santan. Mitra tutur memberikan tanggapan baik untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menjaga kesopansantunannya terhadap penutur yang merupakan dosen pembimbingnya. Tuturan “Oh, iya ya, Pak, ada santannya ya?” menunjukkan bahwa mitra tutur memberikan perhatian kepada penutur dengan menanyakan hal tersebut. Tuturan di atas memiliki wujud tuturan basa-basi murni karena mitra tutur memberikan tanggapan baik kepada penutur. Mitra tutur memberikan tanggapan baik serta gerakan kepala mengangguk yang menunjukkan bahwa dia paham dengan pernyataan dari penutur. Tuturan B10 P : Terus yang ehmmm… Apa namanya. Ehmmm… yang kajian pustakanya ini harus ditambahi lagi atau sudah, Pak? MT : Cukup. Ya nanti kalo sambil jalan nemu ya ditambah. P : Karena yang saya cari itu Pak makalahnya tentang semantik semua gitu. Jadi makalahnya itu makalah-makalah biasa gitu, Pak. MT : Nggak papa, nggak papa kok kalo ada. Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Mitra tutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur bingung dengan skripsi yang dibuatnya, penutur bertanya kepada mitra tutur tentang teori yang didapatnya. Tuturan B10 di atas menggunakan bentuk tuturan “Nggak papa, nggak papa kok kalo ada”. Dalam tuturan tersebut, penutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 21 tahun sedangkan mitra tutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun. Tuturan B10 merupakan tuturan fatis karena memiliki persamaan karakteristik dengan tuturan basa-basi. Kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara Kridalaksana, 1986: 111. Komunikasi fatis dapat juga disebut dengan basa-basi, karena basa-basi merupakan bagian dari komunikasi fatis. Basa-basi memiliki fungsi sosial yang digunakan dalam situasi ramah tamah dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi. Situasi tersebut diciptakan oleh peserta komunikasi dengan saling bertukar kata-kata dalam pembicaraan ringan dan perasaan gembira untuk membentuk hidup yang menyenangkan Malinowski dalam tesis Waridin, 2008: 13. Berdasarkan teori Malinowski, basa-basi itu sendiri cenderung memiliki fungsi sosial dari pada mengomunikasikan ide. Artinya, basa-basi adalah tuturan yang lebih mengutamakan pengaruh atau manfaatnya dari pada pesan yang sebenarnya ingin disampaikan. Jadi, basa-basi pada umumnya adalah tuturan yang tidak membicarakan hal-hal penting, namun cenderung mengutamakan fungsi sosialnya. Tuturan B10 di atas adalah tuturan fatis, bukan tuturan basa-basi. Tuturan tersebut disebut sebagai tuturan fatis karena mitra tutur memberikan tanggapan baik tentang pertanyaan dari penutur berkaitan dengan skripsinya. Penutur dan mitra tutur tidak sedang membicarakan hal lain yang tidak berkaitan dengan skripsi, maka tuturan B10 di atas disebut dengan tuturan fatis. Tuturan B10 di atas termasuk dalam subkategori menerima karena mitra tutur memberikan tanggapan baik atas pertanyaan dari penutur. Mitra tutur memberikan keleluasaan kepada penutur untuk menggunakan teori-teori yang ditemukannya. Jika memang teori yang ditemukan penutur itu sesuai dengan data yang diteliti oleh penutur. Tuturan di atas memiliki wujud tuturan fatis murni. Tuturan fatis murni tidak termasuk ke dalam tuturan basa-basi murni maupun tuturan basa-basi polar. Tuturan di atas memiliki wujud fatis murni karena tuturan tersebut tidak membicarakan hal yang menyimpang dari pembicaraan awal yang membahas tentang kegelisahan penutur tentang teori yang digunakannya. Tuturan B12 P : Ini sama ya? Satu nada ya? MT : Iya Pak, cuma saya tambahi gudangan Pak. P : Ya, ndak papa. Itu kan pendamping nasi, aman jadi ndak usah. Jumat, 26 Februari 2016 pukul 10.07-10.55 WIB Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Mitra tutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur mengoreksi skripsi yang dibuat oleh mitra tutur karena mitra tutur menambahkan beberapa data dalam penelitiannya. Tuturan B12 di atas menggunakan bentuk tuturan “Ya, ndak papa. Itu kan pendamping nasi, aman jadi ndak usah”. Dalam tuturan tersebut, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan di atas merupakan tuturan basa- basi menerima karena penutur menerima pernyataan dari mitra tutur. Penutur setuju dengan pendapat dari mitra tutur. Penutur berkata demikian untuk sekedar melegakan hati mitra tutur yang tampak kebingungan dengan datanya. Tuturan di atas memiliki wujud tuturan basa-basi murni. Tuturan basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncl, maksudnya apa yang diucapkan penutur selaras dengan kenyataan Arimi, 1998. Tuturan di atas memiliki wujud basa-basi murni karena penutur menuturkan sesuai dengan kenyataan bahwa mitra tutur boleh menambahkan gudangan sebagai data yang ditelitinya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tuturan B14 MT2 : Metodenya nggak dilihat? MT1 : Ya Tuhan, semoga nggak dilihat ya Tuhan. P : Semoga jangan sampai dilihat. MT1 : Ya Tuhan.. P : Aku menandatangani hal yang salah tapi daripada nanti nggak selesai- selesai. Hahahaha… MT1 : Iyuhhh.. Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Mitra tutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur meminta mitra tutur 1 untuk menemui dosen pembimbing 2 agar melihat bab 3 yang sudah dibuat agar skripsinya dapat segera selesai. Tuturan B14 merupakan tuturan dengan bentuk tuturan “Iyuhhh..”. Dalam tuturan B14 ini, penutur merupakan seorang dosen berusia 42 tahun, mitra tutur 1 merupakan mahasiswa perempuan berusia 21 tahun, dan mitra tutur 2 merupakan mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan tersebut termasuk dalam subkategori basa-basi menerima karena mitra tutur berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan penutur. Anwar 1984: 46 menjelaskan bahwa basa-basi merupakan sejumput kata-kata yang dipakai untuk sekedar memecah kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik. Tuturan B14 ini termasuk dalam subkategori menerima namun wujud basa-basinya bukan termasuk dalam basa-basi murni maupun basa-basi polar tetapi wujud basa-basi dari tuturan tersebut adalah fatis murni. Hal itu terjadi karena tuturan yang dikatakan oleh mitra tutur 1 hanya terdiri dari satu kata saja dengan bentuk fatis. Harimurti Kridalaksana 1986: 111 mengatakan bahwa kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan atau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Sebagian besar kategori fatis merupakan ciri ragam lisan yang terdapat dalam kalimat non-standar yang banyak mengandung unsur-unsur daerah atau dialek. Dalam tuturan mitra tutur di atas, bentuk fatis “iyuhhh” memiliki arti mengejek penutur yang berusaha mendukung mitra tutur dengan cara yang salah. Namun, bentuk fatis “iyuhhh” sebenarnya tidak memiliki arti. Mitra tutur berkata demikian karena tidak senang dengan ungkapan dari penutur karena mitra tutur merasa penutur juga sering mempersulitnya ketika bimbingan. Mitra tutur berkata demikian juga karena mitra tutur ingin segera mengakhiri pembicaraan dengan penutur karena harus segera menemui dosen lain. Tuturan B15 P : Apakah antara sup dan gulai itu dicampur? MT : Enggak. Dipisah, Pak. P : Nah MT : Tapi kalau di daftar menunya itu mereka nulisnya sogul, Pak. P : Oh.. MT : Nulisnya langsung sogul ini harganya ini. Jadi pesan 1 porsi sogul. P : Saya belum pernah sih. MT : Iya Pak, itu yang paling dekat di ini lho Pak, ehmm… P : Nek ada gulainya saya ndak makan, mungkin supnya bisa saya makan. MT : Oh, iya ya, Pak, ada santannya ya? Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian yang didapatnya. Tuturan B15 merupakan tuturan yang memiliki bentuk tuturan “Oh..” yang dituturkan oleh penutur. Tuturan tersebut bukan merupakan tuturan basa- basi melainkan tuturan fatis karena penutur dan mitra tutur membicarakan satu pokok permasalahan tertentu. Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Penutur hanya menggunakan satu kata fatis dalam menanggapi tuturan dari mitra tutur. Tuturan di atas termasuk dalam subkategori menerima karena penutur memberikan tanggapan baik atas pernyataan dari mitra tutur. Penutur menyadari bahwa dirinya belum pernah ke rumah makan yang menyediakan menu dengan nama tersebut, maka ia memberikan tanggapan hanya untuk menunjukkan bahwa ia paham dengan apa yang dimaksud oleh mitra tutur. Tuturan di atas memiliki wujud tuturan fatis murni. Tuturan fatis murni tidak termasuk dalam tuturan basa-basi murni maupun polar. Bentuk fatis “oh” pada tuturan di atas menunjukkan bahwa penutur menerima apa yang dikatakan mitra tutur dan sekaligus penutur juga paham dengan hal itu. Penutur hanya menuturkan satu kata karena ingin memberikan kesempatan mitra tutur untuk menjelaskan kembali tentang data penelitian yang didapatnya itu. Selain itu, bentuk fatis “oh” juga menunjukkan bahwa seseorang mengerti atau paham tentang apa yang dibicarakan kawan bicaranya. Dalam hal ini, penutur menunjukkan bahwa seolah-olah dia paham dengan apa yang dimaksud oleh mitra tutur. Tuturan B16 P : Apakah antara sup dan gulai itu dicampur? MT : Enggak. Dipisah, Pak. P : Nah Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian yang didapatnya. Tuturan B16 di atas memiliki bentuk tuturan “Nah” yang dituturkan oleh penutur. Dalam tuturan di atas, penutur adalah seorang dosen laki-laki 42 tahun dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan di atas bukan merupakan tuturan basa-basi karena penutur dan mitra tutur tidak membicarakan hal lain selain data penelitian yang ditanyakan oleh penutur. Selain itu, penutur juga memberikan tanggapan hanya dengan menggunakan satu kata saja dengan bentuk fatis. Tuturan di atas termasuk dalam subkategori menerima karena penutur memberikan tanggapan baik pernyataan dari mitra tutur. Tuturan di atas memiliki wujud tuturan fatis murni karena penutur hanya menuturkan satu kata yang mengandung bentuk fatis “nah”. Selain itu, dalam tuturan tersebut penutur dan mitra tutur membicarakan hal yang sama yaitu tentang data penelitian mitra tutur. Bentuk fatis “nah” bertugas untuk minta supaya kawan bicara mengalihkan perhatian ke hal lain. Dalam hal ini, penutur tidak hanya sekedar meminta perhatian dari mitra tutur namun penutur juga menyatakan bahwa apa yang dikatakan sebelumnya benar. Penutur sebenarnya tidak menyalahkan ataupun membenarkan tentang data tersebut. Penutur hanya ingin mendengar penjelasan yang tepat dari mitra tutur sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman dari orang lain yang membaca skripsinya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Wujud Tuturan Fatis Kategori Menolak

Tuturan fatis menolak yaitu fungsi tuturan untuk menolak melanggar basa- basi dari mitra tutur. Dalam hal ini, seseorang dapat menggunakan ungkapan- ungkapan tertentu untuk menolak ajakan atau pendapat dari orang lain. Tuturan C1 P : Ini saya kembalikan, bab 3 dilupakan dulu jangan masuk bab 3. MT : Bab 3 yang ini itu sama dengan yang kemarin Pak. P : Iya tetapi saya tidak mau. Kamu fokus dulu ke yang ini MT : Iya pak, kan cuma contoh Pak. Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur meminta supaya mitra tutur fokus dulu ke satu hal agar konsentrasinya tidak terpecah dengan hal-hal yang lain. Tuturan C1 merupakan tuturan yang diungkapkan penutur dengan bentuk tuturan “Iya tetapi saya tidak mau. Kamu fokus dulu ke yang ini”. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana tegang karena terjadi perdebatan antara penutur dan mitra tutur. Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Berdasarkan konteks tuturan di atas, tuturan C1 termasuk dalam subkategori basa-basi menolak. Hal ini dikarenakan penutur dalam tuturan tersebut secara tegas menolak pendapat dari mitra tutur dan menyatakan pendapatnya sendiri dengan tegas agar mitra tutur fokus untuk merevisi bab 2. Meskipun penutur berbicara dengan nada keras, namun penutur juga tetap menjaga kesopanan dan kewibawaannya sebagai seorang dosen. Wujud basa-basi dari tuturan basa-basi di PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI atas adalah basa-basi murni karena penutur menunjukkan ekspresi tegas yang dibuktikan dengan nada bicara yang keras kepada mitra tutur. Selain itu, posisi gerak tubuh penutur juga menunjukkan ketegangan karena marah. Fenomena basa-basi seperti ini juga terdapat dalam tuturan basa-basi dengan kode C4 yang dapat dilihat pada lampiran basa-basi subkategori menolak. Tuturan C2 P : Apakah antara sup dan gulai itu dicampur? MT : Enggak, dipisah Pak. P : Nah MT : Tapi kalau di daftar menunya itu mereka nulisnya sogul tuh Pak. P : Oh.. MT : Nulisnya langsung sogul ini harganya ini. Jadi pesan 1 porsi sogul. P : Saya belum pernah sih. MT : Iya Pak, itu yang paling dekat di ini lho Pak, ehmm… P : Nek ada gulainya saya ndak makan, mungkin supnya bisa saya makan. MT : Oh iya ya Pak, ada santannya ya? Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian yang didapatnya. Tuturan C2 di atas memiliki bentuk basa-basi “Tapi kalau di daftar menunya itu mereka nulisnya sogul tuh Pak”. Dalam tuturan tersebut, penutur merupakan seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur merupakan seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan C2 merupakan tuturan basa-basi karena mitra tutur berusaha mengelak dan berusaha mempertahankan pendapatnya. Mitra tutur berusaha untuk mempertahankan pendapatnya agar penutur percaya dengan data penelitian yang diperolehnya. Meskipun berusaha mempertahankan pendapatnya, mitra tutur tetap menjaga kesopansantunannya terhadap mitra tutur. Hal itu sejalan dengan teori Malinowski 1923: 315 yang mengatakan basa-basi digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi. Tuturan di atas termasuk dalam basa-basi subkategori menolak. Hal itu dikarenakan, mitra tutur menolak pendapat dari penutur dan berusaha untuk mempertahankan pendapatnya karena mitra tutur merasa bahwa data yang didapatnya itu benar karena sudah sesuai dengan yang ada di lapangan. Bentuk fatis “tuh” juga membuktikan bahwa tuturan tersebut merupakan basa-basi menolak karena mitra tutur tidak serta merta berkata bahwa dia tidak setuju dengan pendapat penutur namun ada rasa kesopansantunan yang dijaga agar hubungan baik antara mitra tutur dengan penutur. Tuturan C2 di atas memiliki wujud basa-basi polar, karena mitra tutur menjawab tuturan dari penutur dengan langsung menunjukkan bukti. Mitra tutur ketika ditanya pertama kali setuju dengan pernyataan penutur namun kemudian mitra tutur mengelak dan memperbaiki jawabannya dengan hal lain. Fenomena basa-basi ini juga terdapat dalam tuturan C3, C5, dan C6 yang dapat dilihat dalam tabel basa-basi subkategori menolak di bagian lampiran. Tuturan C7 P : Apakah antara sup dan gulai itu dicampur? MT : Enggak, dipisah Pak. P : Nah MT : Tapi kalau di daftar menunya itu mereka nulisnya sogul Pak. P : Oh.. MT : Nulisnya langsung sogul ini harganya ini. Jadi pesan 1 porsi sogul. P : Saya belum pernah sih. MT : Iya Pak, itu yang paling dekat di ini lho Pak, ehmm… P : Nek ada gulainya saya ndak makan, mungkin supnya bisa saya makan. MT : Oh iya ya Pak, ada santannya ya? Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur meminta penjelasan mitra tutur tentang data penelitian yang didapatnya. Tuturan C7 dalam tuturan tersebut termasuk basa-basi menolak karena penutur menolak ajakan mitra tutur untuk makan di salah satu rumah makan yang menyediakan gulai dan sup ayam. Dalam tuturan tersebut, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan di atas merupakan basa-basi menolak karena penutur bermaksud menolak tawaran mitra tutur secara halus. Kalimat yang berbunyi “Nek ada gulainya saya ndak makan” menunjukkan penolakan secara halus dan merupakan basa-basi agar mitra tutur tidak tersinggung dengan penolakan dari penutur. Tuturan C7 di atas termasuk dalam basa-basi menolak karena penutur bermaksud menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur dan menunjukkan kesopansantunannya kepada mitra tutur. Tuturan basa-basi di atas memiliki wujud basa-basi murni. Basa-basi digunakan untuk menolak tawaran dari mitra tutur untuk menjaga hubungan baik dan kesopanan. Penutur tidak langsung memberikan penolakan atas tawaran dari mitra tutur, sehingga wujud basa-basi dari tuturan tersebut adalah basa-basi murni. Artinya apa yang diungkapkan penutur tersebut sesuai dengan kenyataan. Kenyataan bahwa penutur menderita penyakit tertentu sehingga tidak dapat mengkonsumsi makanan yang mengandung santan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Wujud Tuturan Fatis Kategori Mengundang

Tuturan fatis mengundang yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan harapan baik ketika sesuatu yang berhubungan dengan masa depan seseorang akan terjadi. Dalam hal ini, seseorang dapat menggunakan ungkapan-ungkapan untuk membuat janji dengan orang lain. Tuturan D1 P : Selamat sore, Pak. MT : Selamat sore, gimana kabarnya? Saudara Silvi, sebentar agak ke sini ya karena itu urusan lain jadi agak ke sini. Ini nanti saya hanya ingin tahu Saudara itu dari membaca ini, saya rasa kamu belum menguasai permasalahan ya? Atau mungkin cara membahasakannya yang belum tepat, kok pake kata wujud itu lho maksudnya apa? P : Bentuknya itu Pak. Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Mitra tutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur memberi salam kepada mitra tutur karena akan bimbingan skripsi. Tuturan D1 merupakan tuturan basa-basi mengundang karena mitra tutur meminta penutur untuk menempati tempat lain tetapi tempat lain yang dimaksud hanya kursi di sebelahnya. Mitra tutur tidak benar-benar meminta penutur untuk menempati tempat lain karena hanya ada dua kursi di ruangan tersebut. Dalam tuturan tersebut, penutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 21 tahun dan mitra tutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun. Ibrahim 1993 mengatakan basa-basi mengundang adalah fungsi tuturan untuk mengekspresikan harapan baik ketika sesuatu yang berhubungan dengan masa depan seseorang akan terjadi. Dalam basa-basi tersebut mitra tutur menggunakan bentuk fatis ya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Bentuk fatis ya digunakan untuk meminta persetujuan dari kawan bicara Kridalaksana, 1986. Dalam kasus ini, bentuk fatis ya digunakan untuk meminta persetujuan dari penutur, namun dalam pernyataan itu mengandung makna perintah di dalamnya. Wujud dari basa-basi di atas adalah basa-basi murni, karena ungkapan- ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan oleh mitra tutur selaras dengan kenyataan Arimi, 1998. Mitra tutur benar-benar meminta penutur untuk berpindah tempat karena ada pekerjaan lain di tempat yang biasa dipakai oleh penutur. Tuturan D3 P : Nanti kamu ketemu saya hari Jumat ya? Karena saya masih punya PR. MT : Iya, Pak. Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur membuat janji bimbingan skripsi dengan mitra tutur. Tuturan D3 di atas dituturkan penutur dengan bentuk tuturan “Nanti kamu ketemu saya hari Jumat ya? Karena saya masih punya PR.”. Dalam tuturan tersebut, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan tersebut merupakan tuturan basa-basi mengundang karena penutur meminta mitra tutur untuk datang kembali untuk bimbingan skripsi pada hari Jumat. Tuturan tersebut termasuk basa-basi mengundang karena penutur berharap agar mitra tutur segera menyelesaikan skripsinya karena itu penutur meminta mitra tutur untuk bimbingan lagi pada hari Jumat. Jakobson 1980 mendefinisikan bahwa basa-basi adalah tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan atau memutuskan komunikasi untuk memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan untuk menarik perhatian lawan bicara atau menjaga agar lawan bicara tetap memperhatikan. Penutur menuturkan basa-basi tersebut karena bermaksud untuk mengakhiri bimbingan skripsi pada hari itu. Tuturan D3 di atas memiliki wujud basa-basi yaitu basa-basi murni karena penutur benar-benar berharap bahwa mitra tutur akan datang bimbingan hari Jumat. Basa-basi murni yaitu ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul Arimi, 1998. Penutur menegaskan agar mitra tutur datang bimbingan hari Jumat, hal itu ditujukkan dengan tuturan yang menggunakan bentuk fatis ya. Bentuk fatis ya digunakan untuk meminta persetujuan dari kawan bicara Kridalaksana, 1986. Tuturan D4 P : Permisi, Pak. MT: Oh iya, mari silahkan duduk dulu. Hari ini kalian mau mengumpulkan? P : Bab 2, Pak. MT: Bab 2 yang direvisi ya? P : Iya. Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Mitra tutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Mitra tutur mempersilahkan penutur masuk ke ruangan dan memulai bimbingan skripsi pada hari itu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tuturan D4 di atas diucapkan mitra tutur dengan bentuk tuturan “Oh iya, mari silahkan duduk dulu. Hari ini kalian mau mengumpulkan?”. Tuturan tersebut termasuk tuturan basa-basi karena mitra tutur berusaha untuk membuka pembicaraan dengan penutur dan tujuannya adalah untuk mempertahankan hubungan baiknya dengan penutur. Basa-basi merupakan sejumput kata-kata yang dipakai untuk sekedar memecah kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik dan sebagainya, sehingga bahasa tidak hanya digunakan untuk menyampaikan perasaan atau pikiran Anwar, 1984: 46. Secara lebih spesifik, basa-basi di atas termasuk dalam subkategori basa- basi mengundang karena mitra tutur memberikan sebuah penawaran kepada penutur. Mitra tutur mempersilahkan penutur untuk duduk. Meskipun sebenarnya tujuan utamanya adalah untuk menjaga hubungan baik dengan penutur agar tercipta suasana baik ketika bimbingan skripsi. Oleh karena itu, wujud basa-basi tuturan D4 tersebut adalah basa-basi polar yaitu tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan. Dalam hal ini, mitra tutur memang mempersilahkan penutur untuk duduk namun hal itu dilakukan hanya untuk menjaga kesopanan saja. Tuturan tersebut hanyalah tuturan basa-basi sebagai bentuk refleks dari dirinya ketika ada seseorang yang datang ke ruangannya dan itu dia gunakan juga untuk memulai pembicaraan dengan penutur. Tuturan D5 P : Terus kalo sudah, laki-laki di luar itu disuruh masuk. MT : Iya, Pak. Terus saya ke sini hari? P : Nanti kamu ke sini terus sudah Pak, gitu. MT : Oh, iya, Pak, hahaha sudah Pak. Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Mitra tutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur meminta mitra tutur untuk memanggil mahasiswa lain yang sudah menunggu untuk bimbingan skripsi. Tuturan D5 di atas dituturkan penutur dengan bentuk tuturan “Nanti kamu ke sini terus sudah Pak, gitu”. Dalam tuturan tersebut, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun sedangkan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan tersebut merupakan tuturan basa-basi karena penutur berusaha untuk mempertahankan pembicaraannya dengan mitra tutur agar dapat menjaga hubungan baik dengan mitra tutur. Tuturan di atas termasuk dalam subkategori basa-basi mengundang karena penutur mengharapkan sesuatu yang baik dari mitra tutur. Ibrahim 1993 mengatakan bahawa basa-basi mengundang adalah fungsi tuturan untuk mengekspresikan harapan baik ketika sesuatu yang berhubungan dengan masa depan seseorang akan terjadi. Dalam hal ini, penutur mengharapkan mitra tutur segera menyelesaikan tugasnya sehingga dapat bimbingan lagi sesuai dengan jadwal sehingga skripsinya dapat selesai lebih cepat. Tuturan D5 tersebut memiliki wujud basa-basi polar. Basa-basi polar yaitu tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya Arimi, 1998. Dalam tuturan tersebut, penutur hanya bergurau dengan mengatakan “Nanti kamu ke sini terus sudah Pak, gitu”. Penutur tidak benar-benar meminta mitra tutur untuk datang kembali setelah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bimbingan berakhir. Penutur mengatakan demikian agar hubungan antara penutur dan mitra tutur dapat terjalin dengan baik.

E. Wujud Tuturan Fatis Kategori Selamat

Tuturan fatis selamat yaitu fungsi tuturan mengekspresikan kegembiraan karena adanya kabar baik tentang orang lain. Dalam hal ini, seseorang dapat menggunakan ungkapan-ungkapan untuk menunjukkan perasaan gembira atas kabar baik tentang orang lain. Tuturan E1 P : Nilai TKBI saya udah keluar lho, Pak MT : Oh ya? Dapat berapa? P : A- MT : Asikkk Selamat ya P : Kalau nilai segitu boleh toh, Pak? MT : Boleh lah… Bagus malahan itu Jumat, 26 Februari 2016 pukul 10.07-10.55 WIB Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Mitra tutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur memberitahukan kepada mitra tutur tentang hasil tes TKBI. Tuturan E1 di atas diucapkan penutur dengan bentuk tuturan “Asikkk Selamat ya”. Tuturan tersebut merupakan tuturan basa-basi karena penutur berusaha menjalin hubungan baik dengan mitra tutur. Malinowski 1923: 315 mengatakan bahwa basa-basi digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi. Penutur mengungkapan perasaan senang dan bangganya karena mitra tutur dapat memperoleh nilai yang memuaskan dari tesnya. Hal itu dilakukan agar tercipta suasana yang baik antara penutur dan mitra tutur. Tuturan E1 di atas termasuk dalam kategori basa-basi selamat karena penutur mengungkapkan kegembiraannya atas hasil yang diperoleh mitra tutur. Wujud basa-basi dari tuturan tersebut adalah basa-basi murni yaitu ungkapan–ungkapan yang digunakan penutur sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan Arimi, 1998. Dalam tuturan tersebut, penutur dengan tulus memberikan ucapan selamat kepada mitra tutur atas hasil yang didapatkan oleh mitra tutur. Oleh karena itu, penutur menggunakan tuturan basa-basi sebagai medianya.

F. Wujud Tuturan Fatis Kategori Salam

Tuturan fatis salam yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan rasa senang karena bertemu dengan seseorang. Dalam hal ini, seseorang dapat menggunakan ungkapan-ungkapan untuk menunjukkan rasa senang karena bertemu dengan seseorang atau untuk sekadar menunjukkan kesopanannya ketika bertemu orang lain. Tuturan F1 P : Halo, selamat pagi, Wil. MT : Pagi, Pak. P : Kamu bawa ini to? Bawa yang … MT : Yang revisi, Pak. Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa laki-laki berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI santai. Penutur menyambut kedatangan mitra tutur yang akan bimbingan skripsi hari itu. Tuturan F1 memiliki basa-basi salam “Halo, selamat pagi, Wil” yang dituturkan oleh penutur. Dalam tuturan tersebut, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa laki-laki berusia 21 tahun. Tuturan tersebut merupakan basa-basi karena penutur berusaha menarik perhatian dari mitra tutur. Tuturan di atas jelas sekali merupakan basa-basi salam karena penutur memberikan sapaan kepada mitra tutur sebagai bentuk keramahan. Bentuk fatis halo dalam tuturan tersebut digunakan untuk menyalami mitra tutur dan menunjukkan bahwa penutur merasa senang karena mitra tutur datang bimbingan skripsi setelah lama tidak datang bimbingan. Tuturan di atas memiliki wujud basa-basi murni. Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan penutur selaras dengan kenyataan. Tuturan tersebut sesuai dengan konteks tuturannya yaitu penutur mengucapkan selamat sore karena hari itu bimbingan memang dilaksanakan pada sore hari. Fenomena basa-basi seperti ini terlihat pula pada tuturan F2 yang dapat dilihat pada tabulasi kategori salam di bagian lampiran.

G. Wujud Tuturan Fatis Kategori Terima Kasih

Tuturan fatis terima kasih yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan terima kasih karena mendapat bantuan. Dalam hal ini, seseorang dapat menggunakan ungkapan-ungkapan untuk menunjukkan rasa terima kasih karena telah mendapatkan bantuan dari orang lain. Tuturan G1 P : Ihh untuk saya? Makasih ya MT : Kalo bapak nggak ada, di tempat mbak Ros? P : Ha’a. MT : Makasih ya, Pak. Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur melihat mitra tutur membawa sesuatu yang dikiranya akan diberikan kepadanya. Tuturan G1 di atas merupakan tuturan basa-basi dengan bentuk tuturan “Ihh untuk saya? Makasih ya” yang dituturkan oleh penutur. Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan yang bercetak tebal di atas merupakan tuturan basa-basi karena penutur ingin menunjukkan sikap ramahnya kepada mitra tutur untuk menghargai kebaikan hati dari mitra tutur. Tuturan tersebut merupakan basa-basi terima kasih. Basa-basi terima kasih adalah fungsi tuturan untuk menyatakan terima kasih karena mendapat bantuan dari lawan bicaranya Ibrahim, 1993. Dalam hal ini, penutur mengucapkan terima kasih atas sesuatu yang diberikan oleh mitra tutur. Tuturan G1 memiliki wujud basa-basi murni karena tuturan yang dituturkan penutur sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul. Penutur merasa tersanjung karena mitra tutur memberikan sesuatu kepadanya. Penutur menggunakan tuturan basa-basi karena penutur ingin menunjukkan keramahannya kepada mitra tutur. Tuturan G2 P : Ya sudah nanti saya baca. Tandatangan belum? Halah, belum diisi? Tanda tangan aja. Aduh, merah nggak papa ya? Wes, saya juga ditunggu ini nanti. Hari Jumat nanti saya tunggu sudah jadi nanti bab 2 dengan perubahan-perubahan. Saya sudah tidak akan anu lagi. Jumat itu saya ada rapat, nanti saya sms lah. MT : Makasih ya, Pak. Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur menutup sesi bimbingan hari itu karena penutur harus segera pergi rapat. Tuturan G2 “Makasih ya, Pak” merupakan tuturan basa-basi yang dituturkan oleh mitra tutur. Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan tersebut merupakan tuturan basa-basi karena mitra tutur berusaha menghargai penutur yang sedang terburu-buru karena ada sesuatu hal lain yang harus dikerjakan. Mitra tutur sadar diri jika dirinya hanya akan mengganggu penutur jadi mitra tutur segera mengucapkan terima kasih dan meninggalkan ruangan penutur. Tuturan tersebut termasuk basa-basi terima kasih karena mitra tutur berusaha untuk menghargai bahwa penutur sedang terburu-buru dan masih mau menerima skripsi mitra tutur. Mitra tutur merasa sungkan berada di dalam ruangan tersebut maka mitra tutur segera mengucapkan terima kasih dan meninggalkan ruangan tersebut. Tuturan tersebut memiliki wujud basa-basi murni. Hal itu dikarenakan mitra tutur sadar bahwa penutur sedang terburu-buru maka dia segera meninggalkan ruangan dan mengucapkan terima kasih karena penutur sudah mau meluangkan waktu untuk menerima skripsi dari mitra tutur. Fenomena basa-basi ini terdapat juga dalam tuturan G3 yang dapat dilihat dalam tabulasi kategori terima kasih di bagian lampiran.

4.2.2 Maksud Tuturan Fatis

Setiap orang yang bertutur tentu terdapat maksud yang ingin disampaikannya. Rahardi 2003: 16-17 memaparkan bahwa ilmu bahasa pragmatik sesungguhnya mengkaji maksud penutur di dalam konteks situasi dan lingkungan sosial-budaya tertentu. Artinya pragmatik mengkaji makna satuan lingual tertentu secara eksternal. Wijana dan Muhammad 2008: 10-11 juga mendefinisikan maksud sebagai elemen luar bahasa yang bersumber dari pembicara. Jadi, maksud yang ada dalam setiap tuturan adalah milik si penutur, bukan milik tuturan. Tuturan adalah media bagi penutur untuk menyampaikan maksud tertentu. Dalam pembahasan ini, peneliti akan mendeskripsikan maksud dari tuturan basa-basi yang dituturkan oleh penutur dan mitra tutur. Peneliti juga menggunakan partikel fatis ah, ayo, deh, dong, ding, halo, kan, kek, kok, -lah, lho, mari, nah, dan ya yang dikemukakan oleh Harimurti Kridalaksana 1986: 111 untuk mempertegas dan mengukuhkan maksud yang ingin disampaikan oleh peserta komunikasi melalui tuturan basa-basinya. Berikut ini merupakan analisis data mengenai maksud tuturan fatis antara dosen dan mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.

A. Maksud Tuturan Fatis Kategori Meminta Maaf

Tuturan fatis meminta maaf apologize yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresiakan penyesalan atas peristiwa yang terjadi pada diri sendiri. Jadi tuturan fatis meminta maaf yang diucapkan oleh seseorang memiliki maksud penyesalan atau rasa tidak enak hati yang ingin ditujukkan seseorang kepada lawan bicaranya, atas konteks yang melingkupi tuturan fatis tersebut. Berikut ini merupakan maksud tuturan fatis meminta maaf yang diucapkan oleh dosen dan mahasiswa program studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Tuturan A1 P : Hem, belum ada contohnya maksudmu? MT : Iya pak, belum ada contohnya maksudnya. P : Kok bisa? MT : Karena di datanya kemarin belum ada pak. Jadi saya masih itu pak. P : Ya mungkin tidak ada, jangan dipaksakan kalo tidak ada. jadi nggak pusing. MT : Iya pak. P : Jadi batasnya adalah, cara berpikirnya begini sumber data kan tiga itu, kalau di situ nggak ada ya jangan dicari. Lalu kemudian kalau mungkin di situ ada, tetapi kamu tidak mendapat, ya sudah, itu artinya keterbatasan pemahaman si peneliti, mohon maaf. Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur menjelaskan kepada mitra tutur tentang bagaimana menganalisis suatu topik skripsi. Penutur merasa sungkan dengan apa yang dikatakannya kepada mitra tutur meskipun itu adalah kenyataan yang sebenarnya. Tuturan A1 di atas, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 21 tahun. Mitra tutur merasa kesulitan dengan contoh yang harus didapatnya, mitra tutur meminta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI saran penutur tentang hal tersebut. Penutur menjelaskan kepada mitra tutur agar tidak terlalu memaksakan diri untuk mendapatkan data yang sesuai dengan teori yang digunakan. Maksud penutur melalui tuturan fatis tersebut adalah penutur tidak benar- benar meminta maaf kepada mitra tutur karena penutur tidak bersalah. Penutur menuturkan demikian agar mitra tutur tidak tersinggung dengan pernyataan dari penutur. Hal itu dilakukan untuk menjaga hubungan baik antara penutur dan mitra tutur.

B. Maksud Tuturan Fatis Kategori Menerima

Tuturan fatis menerima Accept yaitu fungsi tuturan untuk menerima menghargai basa-basi dari lawan tutur. Berdasarkan hal inilah, seseorang dapat menuturkan sebuah ungkapan atau basa-basi yang bermaksud menanggapi, menerima, atau bahkan menghargai tuturan dari orang lain. Tentunya maksud dari tuturan fatis menerima ini dipengaruhi oleh konteks dan niat pribadi dari “si pengucapnya”. Berikut ini merupakan maksud tuturan fatis menerima yang diucapkan oleh dosen dan mahasiswa program studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Tuturan B1 P : Kamu kok punya buku sintaksis? Pinjem? MT : Pinjam perpus kok Pak. P : Saya mau beli lagi tuh ndak ada e. Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur bertanya tentang buku sintaksis yang dibawa mitra tutur. Penutur penasaran darimana mitra tutur mendapatkan buku sintaksis tersebut. Tuturan B1 di atas, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 21 tahun. Penutur berusaha untuk mempertahankan pembicaraan dengan mitra tutur. Penutur memulai percakapan dengan menanyakan buku sintaksis yang dibawa oleh mitra tutur. Maksud tuturan tersebut adalah penutur berusaha untuk mempertahankan pembicaraannya dengan mitra tutur. Penutur membuka pembicaraan dengan menyakan tentang buku sintaksis yang dibawa oleh mitra tutur. Penutur tidak benar-benar ingin tahu dari mana mitra tutur mendapatkan buku tersebut, sedangkan mitra tutur menjawab pertanyaan dari penutur untuk menjaga sopan santun dan menghargai penutur. Tuturan B2 MT : Ehmmm.. Haduh pak P : Kenapa toh? MT : Terus yang ehmmm… apa namanya. Ehmmm… yang kajian pustakanya ini harus ditambahi lagi atau sudah pak? P : Cukup. Ya nanti kalo sambil jalan nemu ya ditambah. Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Mitra tutur bermaksud menanyakan tentang kesulitannya dalam mengerjakan skripsi namun mitra tutur bingung bagaimana harus menjelaskannya kepada penutur. Tuturan B2 di atas, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 21 tahun. Mitra tutur bingung dengan skripsi yang dikerjakannya. Mitra tutur meminta penjelasan dari penutur agar dia dapat lebih jelas dalam mengerjakan skripsinya. Penutur menanggapi mitra tutur dengan sabar agar dapat memberikan penjelasan yang baik kepada mitra tutur. Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur tidak benar-benar menanyakan kesulitan mitra tutur. Penutur hanya sekadar memecah kesunyian karena mitra tutur terlihat bingung untuk menyusun kalimat. Penutur berusaha dengan sabar menanyakan ada apa agar mitra tutur tidak takut ketika bertanya tentang skripsinya. Penutur menggunakan bentuk fatis toh untuk menekankan bahwa penutur menunggu mitra tutur memberikan pertanyaan tentang skripsnya. Tuturan B3 P : Ya coba nanti anu, anu apa namanya ini ehmm sambil jalan, kamu yang penting kerja dulu bab 2 tapi sambil baca-baca nanti kalo ada tambahkan ke bab 1. MT : Iya pak. P : Enak kok nggak masalah kok. Ehemm baju baru ya? Bagus e… MT : Iya pak, hehehehe… P : Oh anunya mana itu sil. MT : Oh iya, saya belum, atau sekarang? Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur melihat bahwa mitra tutur memakai baju baru dan memuji baju yang dikenakan oleh mitra tutur. Tuturan B3 di atas, penutur merupakan seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur merupakan mahasiswa perempuan berusia 21 tahun. Penutur