Kesantunan Berbahasa Fenomena Pragmatik

2.2.2.6 Kefatisan dalam Berbahasa

Komunikasi fatis adalah komunikasi yang bertujuan untuk menimbulkan kesenangan diantara pihak-pihak yang terlibat di dalamnya Devito, 2012 dalam jurnal Ramadanty, 2014. Komunikasi fatis dalam bahasa Inggris disebut juga small talk atau chit chat. Orang-orang menyadari bahwa beberapa ungkapan seperti, “Hari yang cerah, bukan?” dan “bagaimana dengan liburanmu?” adalah percakapan yang bersifat sosial. Mereka juga memahami cara melakukan komunikasi fatis tertentu yang mempersyaratkan terlibatnya mental dan memakan waktu. Malinowski 1923 dalam skripsi Jayanti 2010: 9 mengatakan terdapat suatu fungsi bahasa dalam percakapan yang bebas, tanpa tujuan atau maksud tertentu. Misalnya dalam situasi beberapa orang di sela-sela waktu istirahat kerja mereka, duduk di sekeliling api unggun melakukan pembicaraan ringan yang tidak ada hubungannya dengan apa yang sedang mereka lakukan atau bergosip. Pembicaraan ringan yang mereka lakukan antara lain mengenai kondisi kesehatan, mengomentari cuaca, dan penegasan terhadap sesuatu yang sudah jelas. Percakapan tersebut tidak bertujuan untuk bertukar informasi atau mengungkapkan perasaan melainkan hanya untuk memecah kebisuan dan merupakan tahap awal untuk memulai komunikasi dengan seseorang.Bentuk komunikasi baru ini oleh Malinowski disebut phatic communion. Menurut Malinowski, phatic communion merupakan tipe ujaran yang mengikat suatu komunitas yang tercipta melalui pertukaran kata-kata. Tujuan mendasar dari tipe ujaran ini adalah untuk memenuhi fungsi sosial dan sama sekali tidak memiliki fungsi untuk bertukar informasi atau bertukar pikiran. Kridalaksana 1986: 111 menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Malinowski dalam tesis Arimi 1998 mendefinisikan phatic communion atau basa-basi digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antar peserta komunikasi. Situasi tersebut diciptakan dengan pertukaran kata-kata dalam pembicaraan ringan yang disertai dengan perasaan tertentu untuk membentuk hidup bersama yang menyenangkan. Arimi 1998: 95 mengatakan bahwa secara praktis basa-basi didefinisikan sebagai fenomena bahasa yang secara sadar dipakai oleh penutur, akan tetapi secara sadar pula tidak diakuinya ketika ditanyakan kebasa-basian itu. Dengan kata lain, basa-basi adalah fenomena lingual yang alamiah, tetapi penggunaannya mental atau menolak jika ditanyakan apakah penutur berbasa-basi. Basa-basi memiliki peranan penting dalam hubungan manusia dalam berkomunikasi. Dalam penggunaan bahasa untuk keperluan basa-basi ini tentulah bukan isi pembicaraan tetapi sikap yang diperlihatkan oleh si pembicara. Si pembicara dapat melakukan gerak atau sikap badan tertentu dan alunan suara tertentu yang dilazimkan dalam sesuatu masyarakat bahasa. Di Indonesia sering terjadi basa-basi ketika seseorang bertemu dengan orang lain yang mungkin dikenalnya dan kemudian menanyakan “Hendak kemana?”. Biasanya dalam hal ini si penanya tidak mempunyai minat untuk mengetahui hendak kemana orang yang ditanya itu, pertanyaan tadi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sebenarmua hanya untuk mempertahnkan hubungan baik antara si penutur dan lawan tutur. Arimi 1998 membagi tuturan basa-basi yang dipakai dalam masyarakat bahasa Indonesia berdasarkan daya tuturannya digolongkan atas dua jenis, yaitu basa-basi murni dan polar. Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. Basa-basi murni digolongkan menjadi tiga subjenis, yaitu basa-basi murni keniscayaan, basa-basi keteralamian, dan basa-basi keakraban. Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan. Basa-basi polar dibagi menjadi dua, yaitu basa-basi polar sosial dan basa-basi polar personal. Berikut ini contoh pemakaian basa-basi murni dan basa-basi polar. Karyawan : “Selamat siang pak. Ada yang bisa saya bantu?” Direktur : “Siang. Mana data yang saya minta diserahkan hari ini? Konteks : seorang karyawan memasuki ruang direkturnya. Basa-basi tersebut termasuk basa-basi murni karena digunakan saat berjumpa. Tuturan yang dipakai adalah selamat siang. Ungkapan selamat siang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul yang menandai realitas siang.